LAPORAN MARKET INTELLIGENCE
PERKEMBANGAN PETERNAKAN UNGGAS DI INDONESIA
Agustus 2009
Halaman Berikutnya>>
Latar belakang
Di tengah tekanan yang mendera berbagai sektor industri di dalam negeri, sektor peternakan unggas tetap mampu bertahan. Industri peternakan di Indonesia sepanjang 2008 lalu menunjukkan kinerja yang cukup bagus. Bahkan dalam tahun 2009 ketika krisis global yang belum berlalu ketika terjadi penurunan daya beli yang kemudian mendorong substitusi pangan ke produk unggas, industri perunggasan masih mampu bertahan. Produk unggas yang tetap bertahan di tengah krisis adalah ayam dan telur, yang termasuk sebagai protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan dengan harga daging sapi.
Sementara itu, dari sisi produksi terlihat kecenderungan yang meningkat pada produksi DOC broiler (Daily Old Chick) atau dikenal sebagai ayam pedaging yaitu melonjak menjadi 1,2 juta ekor pada 2008 dari tahun sebelumnya hanya 1,1 juta ekor. Demikian juga dengan produksi DOC layer atau ayam petelur tercatat naik dari 64 juta ekor pada 2007 menjadi 68 juta ekor pada 2008.
Walaupun demikian bukan berarti tidak ada maslah yang dihadapi industri perunggasan. Hingga pertengahan 2009 pasar dalam negeri mengalami kelebihan pasokan ayam mencapai 27%. Hal ini mengakibatkan harga ayam di pasar lokal menjadi tertekan. Sedangkan pada tahun sebelumnya kondisi kelebihan pasokan hanya sekitar 5% saja.
Selain itu, industri peternakan ayam juga menghadapi permasalahan kenaikan harga pakan dan biaya produksi yang diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup. Hal ini terkait dengan daya beli masyarakat yang sangat tergantung terhadap pendapatan. Sejauh ini daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dalam pemenuhan gizi (protein hewani) masih rendah dibandingkan dengan gaya hidup masyarakat yang sangat konsumtif.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai tingkat produksi, impor, ekspor serta konsumsi ayam di dalam negeri.
Deskripsi produk
Pada umumnya peternakan ayam dapat dibedakan menjadi dua, berdasarkan jenis yaitu :
1. Ayam bukan ras (buras) atau lebih dieknal dengan ayam kampung, yang merupakan ayam lokal. Ayam lokal banyak dipelihara secara tradisional, oleh peternak skala kecil. Lokasi peternakan baik di rumah-rumah maupun di kebun-kebun
2. Ayam ras, yang asal mulanya diimpor dari luar negeri. Ayam jenis ini dikenal dengan istilah ayam broiler.
Impor anak ayam dalam umur sehari atau disebut Day Old Chick (DOC) dalam bentuk DOC komersial (DOC Final Stock/DOC FS).
Final Stock yaitu jenis ayam yang tidak untuk dikembang biakkan lagi, hanya dipelihara dalam satu siklus produksi.
Untuk DOC broiler (ayam pedaging) selama 8 minggu, sedangkan untuk DOC layer (ayam petelur) selama 73 minggu.
Ayam ras komersial merupakan hasil kemajuan teknologi pemuliaan ternak (animal breeding), baik melalui persilangan beberapa bangsa ayam atau galur murni (pre bred/line). Ayam jenis ini memiliki karakteristik yaitu produktivitas tingi, tahan penyakit dan memiliki sifat-siaft unggul.
Dengan tumbuh pesatnya industri perunggasan, maka tumbuh spesialisasi industri yaitu pembibitan (animal breeder), penetasan (hatchery), pemotongan/pemrosesan ayam pedaging, telur tetas, telur konsumsi, pakan ternak, obat-obatan hewan, sarana produksi dan sebagainya.
Kapasitas produksi dan produsen
Peternakan ayam potong dan penghasil DOC sebagian besar merupakan perusahaan besar yang sudah menggunakan teknologi modern. Sebagian besar industri peternakan ayam komersial di Indonesia merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) yang mendominasi pasar, dengan menguasai sekitar 70%-80% pasar. Sejumlah perusahaan asing tersebut diantaranya Charoen Popkhand yang berpusat di Thailand, Cheil Jedang dari Korea, Sierad berasal dari Malaysia dan lain-lain.
Industri peternakan terintegrasi
Hingga kini industri peternakan di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan CJ Feed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak dan pengolahan produk ternak.
PT. Charoen Pokphand salah satu peternakan ayam terbesar, merupakan industri terpadu yang memiliki industri pakan ayam, industri pakan udang dan peternakan ayam. Disamping itu, Charoen Pokphand juga memiliki industri pengolahan daging ayam berupa sosis yang dipasarkan dengan merk Prima Food.
PT. Japfa Comfeed juga memiliki indutri yang terintegrasi mulai dari industri pakan ternak ayam, industri peternakan ayam dan industri pengolahan daging ayam. Produk olahan daging ayam berbentuk sosis dipasarkan dengan merk So Good.
Peternakan rakyat sebagai mitra
Peternakan rakyat yang jumlahnya lebih banyak dari pabrikan besar tersebut kini mulai tersingkir. Padahal sebelumnya peternakan rakyat inilah yang sebelumnya menguasai pasar, namun kini menjadi terpinggirkan. Hal ini disebabkan karena peternakan rakyat belum menggunakan teknologi modern yang membutuhkan investasi besar
Sejumlah produsen besar seperti Sierad Produce, Charoen Pokphand Indonesia, Japfa Comfeed Indonesia, telah mengembangkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama dengan perternakan rakyat. Perusahaan besar tesebut menyiapkan dana awal untuk membuka usaha peternakan rakayat, produsen memberi fasilitas pemeliharaan dan sapronak (sarana produksi peternakan) seperti bibit DOC, pakan, obatan-obatan, vitamin. Sedangkan. tugas sebagai peternak hanyalah mengusahakan agar anak ayam (DOC) tetap sehat dan panen tepat waktu.
Produsen besar umumnya menjanjikan insentif jika konsumsi pakan atau food convertion ratio (FCR) memenuhi standar perusahaan umumnya sekitar 1% atau akan mendapatkan 30% dari selisih harga kontrak dengan harga pasar..
Sistem kemitraan di Grup CP yang dibangun mulai 1987 lebih kepada penetapan harga kontrak. Skala usaha plasma minimal 5.000 ekor/peternak, plus agunan sekitar 10% dari nilai sapronak dan surat perjanjian. Dengan pola semacam itu, CP telah merektut ribuan peternak yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.
.
Demikian juga sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT Wonokoyo, sistem dan persayaratan yang diterapkan hampir sama dengan pabrikan lain. Hanya saja skala usaha plasma minimal 10.000 ekor/peternak. Kemitraan itu sudah diterapkan sejak 1999, tapi masih terbatas di Jawa, khususnya Jatim.
CJ Feed menerapkan sistem kemitraan dengan skala usaha peternak mitra minimal 4.000 ekor/peternak. Syarat lainnya, tak jauh beda dengan produsen lain, saat ini peternak plasmanya kini baru ada di Banten dan Jabar.
Hingga saat ini Sierad Produce, misalnya telah mejalin kemitraan dengan sekitar 1.000 peternakan rakyat yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari produksi DOC sebanyak 1,5 juta ekor per minggu, sekitar 900.000 ekor yang diserap peternak mitra, sisanya dijual kepada peternak mandiri. Sierad akan meningkatkan program kemitraan, dengan demikian semakin banyak DOC yang terserap peternak mitra, sehingga akan meningkatkan utilisasi produksi pakan ternaknya yang kini akan 55%. Baru-baru ini Sierad mendapatkan kredit dari sebesar Rp 225 miliar dari Bank BNI untuk ekspnasi termasuk meningkatkan kemitraan dengan peternak, kemitraan dengan rumah potong ayam.
Jenis-jenis pola kemitraan
Umumnya kemitraan di Indonesia memiliki konsep contract farming antara produsen pakan ternak besar dengan para peternakan rakyat. Konsep kemitraan secara umum yaitu dimana seorang peternak memelihara ayam untuk sebuah perusahaan yang terintegrasi secara vertikal. Ada dua pihak yang terlibat dalam kemitraan, yakni peternak dan perusahaan.
Biasanya peternak menyediakan tanah, kandang, peralatan dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan menyediakan bibit berupa DOC (day old chicken), pakan, obat-obatan dan pengarahan manajemen.
Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan laku dijual, peternak baru mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi dua bentuk. Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per ekornya. Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal yang diberikan dan hasil penjualan ayam. Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah disepakati.
Produksi ayam pedaging dan ayam petelur meningkat
Berdasarkan data Dirjen Peternakan, produksi pembibitan ayam ras pedaging (broiler) dalam periode lima tahun pada 2004-2008 mengalami peningkatan. Kondisi perunggasan tidak terlepas dari berapa suplai DOC FS yang diproduksi oleh para pembibit.
Produksi bibit ayam ras (Daily Old Chick Final Stock/DOC FS) broiler pada triwulan pertama tahun 2008 tercatat naik menjadi 26.8 juta ekor per minggu atau terjadi peningkatan sebesar 16.5% dibandingkan 23 juta ekor per minggu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi DOC FS broiler, didukung oleh laporan populasi, produksi dan distribusi yang disampaikan oleh para pembibit. Kenaikan produksi di triwulan pertama ini disebabkan karena efek samping dari faktor bisnis pada triwulan keempat tahun 2007, antara lain penjualan DOC yang tidak optimal, penundaan/pengurangan setting HE (harga ekspor) dan aborsi disetter/hatcher pada triwulan keempat tahun 2007 untuk peningkatan harga. Kejadian seperti ini terjadi hampir di setiap tahun.
Sementara itu Produksi DOC FS pada triwulan kedua ini adalah produksi bibit ayam ras (DOC FS) broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan yaitu dari produksi DOC FS sebanyak 24.1 juta ekor per minggu menjadi 28.2 juta ekor per minggu atau meningkat sebesar 17 %. Peningkatan produksi DOC FS broiler pada triwulan kedua tahun 2009, diperkirakan merupakan sikap optimis para pengusaha yang terlihat dari produksi DOC FS broiler yang terus meningkat mulai bulan April sampai dengan Juni 2009. Momen liburan anak sekolah dan meningkatkan permintaan di bulan Juni sampai dengan Juli akibat banyaknya orang yang mengadakan pesta, mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi DOC FS dengan harapan demand akan meningkat.
Sementara produksi ayam pedaging (boiler) mengalami pertumbuhan rata-rata 5,89% yaitu dari 975 juta ekor pada 2004 menjadi 1.230 juta ekor pada 2008.
Sementara itu, produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer pada triwulan pertama tahun 2008 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 terjadi penurunan dari produksi DOC FS 0.73 juta ekor per minggu menjadi 0.70 juta ekor per minggu atau terjadi penurunan sebesar 4.1 %. Penurunan ini disebabkan karena penundaan masyarakat untuk mengganti ternak ayam layer. Hal ini disebabkan karena melonjaknya harga penunjang seperti pakan yang tidak sebanding dengan harga telur. Turunnya minat masyarakat peternak tersebut juga didukung oleh data jumlah pemasukan Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) tahun 2007 yang lebih rendah dibanding tahun 2006.
Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer mengalami peningkatan pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2008 sama besar yaitu sejumlah 1,55 juta ekor/minggu. Kondisi ini disebabkan karena sikap keragu-raguan dari peternak untuk meningkatkan demand terhadap DOC FS layer membuat para pembibit masih menahan produksinya.
Pada triwulan kedua tahun 2009 tercatat pemasukan PS layer sebesar 51.660 ekor, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2008 tidak ada pemasukan PS layer. Para pembibit PS layer optimis, diperkirakan adanya peningkatan demand pada enam bulan kedepan terhadap DOC FS layer, sehingga mereka meningkatkan pemasukan DOC PS layer. Peningkatan ini biasanya terjadi menjelang puasa dan Hari Raya pada Agustus –September ini.
Sedangkan produksi ayam petelur (layer) juga mengalami peningkatan dalam periode 2004-2008, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 5,47% per tahun. Produksi ayam petelur (layer) tercatat dari hanya 55 juta ekor pada 2004 , kemudian meningkat menjadi 68 juta ekor pada 2008.
Halaman Berikutnya>>
sumber: http://www.datacon.co.id/Ternak1-2009.html
PERKEMBANGAN PETERNAKAN UNGGAS DI INDONESIA
Agustus 2009
Halaman Berikutnya>>
Latar belakang
Di tengah tekanan yang mendera berbagai sektor industri di dalam negeri, sektor peternakan unggas tetap mampu bertahan. Industri peternakan di Indonesia sepanjang 2008 lalu menunjukkan kinerja yang cukup bagus. Bahkan dalam tahun 2009 ketika krisis global yang belum berlalu ketika terjadi penurunan daya beli yang kemudian mendorong substitusi pangan ke produk unggas, industri perunggasan masih mampu bertahan. Produk unggas yang tetap bertahan di tengah krisis adalah ayam dan telur, yang termasuk sebagai protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan dengan harga daging sapi.
Sementara itu, dari sisi produksi terlihat kecenderungan yang meningkat pada produksi DOC broiler (Daily Old Chick) atau dikenal sebagai ayam pedaging yaitu melonjak menjadi 1,2 juta ekor pada 2008 dari tahun sebelumnya hanya 1,1 juta ekor. Demikian juga dengan produksi DOC layer atau ayam petelur tercatat naik dari 64 juta ekor pada 2007 menjadi 68 juta ekor pada 2008.
Walaupun demikian bukan berarti tidak ada maslah yang dihadapi industri perunggasan. Hingga pertengahan 2009 pasar dalam negeri mengalami kelebihan pasokan ayam mencapai 27%. Hal ini mengakibatkan harga ayam di pasar lokal menjadi tertekan. Sedangkan pada tahun sebelumnya kondisi kelebihan pasokan hanya sekitar 5% saja.
Selain itu, industri peternakan ayam juga menghadapi permasalahan kenaikan harga pakan dan biaya produksi yang diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup. Hal ini terkait dengan daya beli masyarakat yang sangat tergantung terhadap pendapatan. Sejauh ini daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dalam pemenuhan gizi (protein hewani) masih rendah dibandingkan dengan gaya hidup masyarakat yang sangat konsumtif.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai tingkat produksi, impor, ekspor serta konsumsi ayam di dalam negeri.
Deskripsi produk
Pada umumnya peternakan ayam dapat dibedakan menjadi dua, berdasarkan jenis yaitu :
1. Ayam bukan ras (buras) atau lebih dieknal dengan ayam kampung, yang merupakan ayam lokal. Ayam lokal banyak dipelihara secara tradisional, oleh peternak skala kecil. Lokasi peternakan baik di rumah-rumah maupun di kebun-kebun
2. Ayam ras, yang asal mulanya diimpor dari luar negeri. Ayam jenis ini dikenal dengan istilah ayam broiler.
Impor anak ayam dalam umur sehari atau disebut Day Old Chick (DOC) dalam bentuk DOC komersial (DOC Final Stock/DOC FS).
Final Stock yaitu jenis ayam yang tidak untuk dikembang biakkan lagi, hanya dipelihara dalam satu siklus produksi.
Untuk DOC broiler (ayam pedaging) selama 8 minggu, sedangkan untuk DOC layer (ayam petelur) selama 73 minggu.
Ayam ras komersial merupakan hasil kemajuan teknologi pemuliaan ternak (animal breeding), baik melalui persilangan beberapa bangsa ayam atau galur murni (pre bred/line). Ayam jenis ini memiliki karakteristik yaitu produktivitas tingi, tahan penyakit dan memiliki sifat-siaft unggul.
Dengan tumbuh pesatnya industri perunggasan, maka tumbuh spesialisasi industri yaitu pembibitan (animal breeder), penetasan (hatchery), pemotongan/pemrosesan ayam pedaging, telur tetas, telur konsumsi, pakan ternak, obat-obatan hewan, sarana produksi dan sebagainya.
Kapasitas produksi dan produsen
Peternakan ayam potong dan penghasil DOC sebagian besar merupakan perusahaan besar yang sudah menggunakan teknologi modern. Sebagian besar industri peternakan ayam komersial di Indonesia merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) yang mendominasi pasar, dengan menguasai sekitar 70%-80% pasar. Sejumlah perusahaan asing tersebut diantaranya Charoen Popkhand yang berpusat di Thailand, Cheil Jedang dari Korea, Sierad berasal dari Malaysia dan lain-lain.
Industri peternakan terintegrasi
Hingga kini industri peternakan di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan CJ Feed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak dan pengolahan produk ternak.
PT. Charoen Pokphand salah satu peternakan ayam terbesar, merupakan industri terpadu yang memiliki industri pakan ayam, industri pakan udang dan peternakan ayam. Disamping itu, Charoen Pokphand juga memiliki industri pengolahan daging ayam berupa sosis yang dipasarkan dengan merk Prima Food.
PT. Japfa Comfeed juga memiliki indutri yang terintegrasi mulai dari industri pakan ternak ayam, industri peternakan ayam dan industri pengolahan daging ayam. Produk olahan daging ayam berbentuk sosis dipasarkan dengan merk So Good.
Peternakan rakyat sebagai mitra
Peternakan rakyat yang jumlahnya lebih banyak dari pabrikan besar tersebut kini mulai tersingkir. Padahal sebelumnya peternakan rakyat inilah yang sebelumnya menguasai pasar, namun kini menjadi terpinggirkan. Hal ini disebabkan karena peternakan rakyat belum menggunakan teknologi modern yang membutuhkan investasi besar
Sejumlah produsen besar seperti Sierad Produce, Charoen Pokphand Indonesia, Japfa Comfeed Indonesia, telah mengembangkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama dengan perternakan rakyat. Perusahaan besar tesebut menyiapkan dana awal untuk membuka usaha peternakan rakayat, produsen memberi fasilitas pemeliharaan dan sapronak (sarana produksi peternakan) seperti bibit DOC, pakan, obatan-obatan, vitamin. Sedangkan. tugas sebagai peternak hanyalah mengusahakan agar anak ayam (DOC) tetap sehat dan panen tepat waktu.
Produsen besar umumnya menjanjikan insentif jika konsumsi pakan atau food convertion ratio (FCR) memenuhi standar perusahaan umumnya sekitar 1% atau akan mendapatkan 30% dari selisih harga kontrak dengan harga pasar..
Sistem kemitraan di Grup CP yang dibangun mulai 1987 lebih kepada penetapan harga kontrak. Skala usaha plasma minimal 5.000 ekor/peternak, plus agunan sekitar 10% dari nilai sapronak dan surat perjanjian. Dengan pola semacam itu, CP telah merektut ribuan peternak yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.
.
Demikian juga sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT Wonokoyo, sistem dan persayaratan yang diterapkan hampir sama dengan pabrikan lain. Hanya saja skala usaha plasma minimal 10.000 ekor/peternak. Kemitraan itu sudah diterapkan sejak 1999, tapi masih terbatas di Jawa, khususnya Jatim.
CJ Feed menerapkan sistem kemitraan dengan skala usaha peternak mitra minimal 4.000 ekor/peternak. Syarat lainnya, tak jauh beda dengan produsen lain, saat ini peternak plasmanya kini baru ada di Banten dan Jabar.
Hingga saat ini Sierad Produce, misalnya telah mejalin kemitraan dengan sekitar 1.000 peternakan rakyat yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari produksi DOC sebanyak 1,5 juta ekor per minggu, sekitar 900.000 ekor yang diserap peternak mitra, sisanya dijual kepada peternak mandiri. Sierad akan meningkatkan program kemitraan, dengan demikian semakin banyak DOC yang terserap peternak mitra, sehingga akan meningkatkan utilisasi produksi pakan ternaknya yang kini akan 55%. Baru-baru ini Sierad mendapatkan kredit dari sebesar Rp 225 miliar dari Bank BNI untuk ekspnasi termasuk meningkatkan kemitraan dengan peternak, kemitraan dengan rumah potong ayam.
Jenis-jenis pola kemitraan
Umumnya kemitraan di Indonesia memiliki konsep contract farming antara produsen pakan ternak besar dengan para peternakan rakyat. Konsep kemitraan secara umum yaitu dimana seorang peternak memelihara ayam untuk sebuah perusahaan yang terintegrasi secara vertikal. Ada dua pihak yang terlibat dalam kemitraan, yakni peternak dan perusahaan.
Biasanya peternak menyediakan tanah, kandang, peralatan dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan menyediakan bibit berupa DOC (day old chicken), pakan, obat-obatan dan pengarahan manajemen.
Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan laku dijual, peternak baru mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi dua bentuk. Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per ekornya. Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal yang diberikan dan hasil penjualan ayam. Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah disepakati.
Produksi ayam pedaging dan ayam petelur meningkat
Berdasarkan data Dirjen Peternakan, produksi pembibitan ayam ras pedaging (broiler) dalam periode lima tahun pada 2004-2008 mengalami peningkatan. Kondisi perunggasan tidak terlepas dari berapa suplai DOC FS yang diproduksi oleh para pembibit.
Produksi bibit ayam ras (Daily Old Chick Final Stock/DOC FS) broiler pada triwulan pertama tahun 2008 tercatat naik menjadi 26.8 juta ekor per minggu atau terjadi peningkatan sebesar 16.5% dibandingkan 23 juta ekor per minggu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi DOC FS broiler, didukung oleh laporan populasi, produksi dan distribusi yang disampaikan oleh para pembibit. Kenaikan produksi di triwulan pertama ini disebabkan karena efek samping dari faktor bisnis pada triwulan keempat tahun 2007, antara lain penjualan DOC yang tidak optimal, penundaan/pengurangan setting HE (harga ekspor) dan aborsi disetter/hatcher pada triwulan keempat tahun 2007 untuk peningkatan harga. Kejadian seperti ini terjadi hampir di setiap tahun.
Sementara itu Produksi DOC FS pada triwulan kedua ini adalah produksi bibit ayam ras (DOC FS) broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan yaitu dari produksi DOC FS sebanyak 24.1 juta ekor per minggu menjadi 28.2 juta ekor per minggu atau meningkat sebesar 17 %. Peningkatan produksi DOC FS broiler pada triwulan kedua tahun 2009, diperkirakan merupakan sikap optimis para pengusaha yang terlihat dari produksi DOC FS broiler yang terus meningkat mulai bulan April sampai dengan Juni 2009. Momen liburan anak sekolah dan meningkatkan permintaan di bulan Juni sampai dengan Juli akibat banyaknya orang yang mengadakan pesta, mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi DOC FS dengan harapan demand akan meningkat.
Sementara produksi ayam pedaging (boiler) mengalami pertumbuhan rata-rata 5,89% yaitu dari 975 juta ekor pada 2004 menjadi 1.230 juta ekor pada 2008.
Sementara itu, produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer pada triwulan pertama tahun 2008 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 terjadi penurunan dari produksi DOC FS 0.73 juta ekor per minggu menjadi 0.70 juta ekor per minggu atau terjadi penurunan sebesar 4.1 %. Penurunan ini disebabkan karena penundaan masyarakat untuk mengganti ternak ayam layer. Hal ini disebabkan karena melonjaknya harga penunjang seperti pakan yang tidak sebanding dengan harga telur. Turunnya minat masyarakat peternak tersebut juga didukung oleh data jumlah pemasukan Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) tahun 2007 yang lebih rendah dibanding tahun 2006.
Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer mengalami peningkatan pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2008 sama besar yaitu sejumlah 1,55 juta ekor/minggu. Kondisi ini disebabkan karena sikap keragu-raguan dari peternak untuk meningkatkan demand terhadap DOC FS layer membuat para pembibit masih menahan produksinya.
Pada triwulan kedua tahun 2009 tercatat pemasukan PS layer sebesar 51.660 ekor, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2008 tidak ada pemasukan PS layer. Para pembibit PS layer optimis, diperkirakan adanya peningkatan demand pada enam bulan kedepan terhadap DOC FS layer, sehingga mereka meningkatkan pemasukan DOC PS layer. Peningkatan ini biasanya terjadi menjelang puasa dan Hari Raya pada Agustus –September ini.
Sedangkan produksi ayam petelur (layer) juga mengalami peningkatan dalam periode 2004-2008, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 5,47% per tahun. Produksi ayam petelur (layer) tercatat dari hanya 55 juta ekor pada 2004 , kemudian meningkat menjadi 68 juta ekor pada 2008.
Halaman Berikutnya>>
sumber: http://www.datacon.co.id/Ternak1-2009.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar