by Cahayaputrifarm
I. Pendahuluan
Semakin hari kebutuhan ikan lele meningkat dengan cukup pesat. Sebab konsumen daging sapi banyak yang baralih ke daging ayam, sementara konsumen daging ayam banyak yang pindah ke ikan. Dan ikan yang paling banyak diminta konsumen adalah lele. Sebab dibanding dengan ikan mas, nila dan patin, maka harga lele termasuk paling rendah. Lebih-lebih dengan gurami.
Harga per kg. ikan mas saat ini Rp 20.000,-/Kg di tingkat konsumen, harga ikan patin Rp 16.000,-/Kg. Sementara hargalele hanya Rp 15.000,- dan gurami mencapai Rp 40.000,- per kg. Produksi ikan lele, sebagimana halnya ikan mas, sudah merupakan agroindustri. Pola spesifikasi hulu tengah hilir sudah berjalan cukup baik. Pada bagian hulu ada industri pakan dan pembenihan. Di bagian tengah pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan calon induk, serta di bagian hilir hanyalah sebatas distribusi dan perdagangan. Sebab daging ikan lele tidak lazim diolah dan diawetkan. Konsumsi ikan lele hanyalah sebatas segar (hidup) untuk digoreng (termasuk pecel lele) atau dimasak basah (mangut).
Sampai saat ini Budidaya ikan lele sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, hal ini dikarenakan kebutuhan konsumen yang kian banyak, dan juga dari segi budidaya, usaha budidaya ikan lele lebih mudah untuk dilaksanakan dan lebih cepat menghasilkan dibandingkan dengan budidaya ikan jenis lain yang memerlukan waktu relatif lebih panjang. Budidaya ikan lele cukup dengan waktu 2-3 bulan sudah bisa panen, sedangkan budidaya ikan patin, nila, dan emas setidaknya memerlukan waktu 6-8 bulan, terlebih lagi budidaya ikan gurame yang memerlukan waktu lebih dari satu tahun.
Namun demikian tidak sedikit pembudidaya ikan lele yang gulung tikar dikarenakan harga pakan lele terus melambung. Harga pakan lele yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.
Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan jumlah kebutuhan pakan 1.000 ekor lele dengan masa pemeliharaan sampai dengan 2 bulan.
Untuk 1000 ekor lele akan menghasilkan daging konsumsi seberat 100 Kg, dengan kebutuhan pakan sesuai FCR 1:1 adalah 100 Kg pelet pabrik.
Jadi pengeluaran biaya untuk kebutuhan pakan lele adalah 100 kg x Rp 7.500,00 = Rp 750.000,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 200,00 = Rp 200.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 750.000,00 + Rp 200.000,00 = Rp 950.000,00
Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah 100 Kg x Rp. 11.000,00 = Rp 1.100.000,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 1.100.000,00 - Rp 950.000,00 = Rp 150.000,00. Hasil usaha tersebut masih sangat sedikit bahkan cenderung merugi jika faktor-faktor produksi yang lain yang sifatnya kecil dimasukkan.
Dari uraian di atas diketahui bahwa pakan merupakan faktor produksi terbesar dalam budidaya ikan lele, dalam hal ini pakan menyerap 80 % dari biaya produksi.
II. Perumusan Masalah
a. KEBUTUHAN PAKAN LELE TINGGI
b. HARGA PAKAN LELE PRODUKSI PABRIK MAHAL
c. PAKAN ALTERNATIF (SIPUT, KEONG, AYAM MATI) KEBERADAANNYA TIDAK MENJAMIN DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN PAKAN LELE DALAM SKALA BESAR.
III. Pemecahan Masalah
UNTUK MENSIKAPI MASALAH TERSEBUT upaya yang harus dilakukan yaitu menekan pengeluaran biaya pembelian pakan untuk memaksimalkan perolehan hasil usaha.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan lele, sebaiknya pakan pelet tersebut dibuat sendiri.
IV. MEMBUAT PAKAN IKAN SENDIRI
Kebanyakan petani masih ragu dengan Pakan ikan (pelet) buatan sendiri. Padahal kualitas pakan buatan sendiri belum tentu kalah dari pakan buatan pabrik. Bahkan tidak menutup kemungkinan pakan buatan sendiri lebih baik, lebih segar, jika bahan-bahan pembuatan pakan tersebut cukup tersedia dan kandungan mineral dan vitamin yang baik untuk pertumbuhan ikan dapat kita atur sesuai kebutuhannya.
Pakan yang baik memenuhi nutrisi ikan. Mengenal kebutuhan nutrisi ikan merupakan landasan dalam pembuatan pakan ikan sendiri, setiap ikan membutuhkan nilai gisi yang berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat ikan nila berbeda dengan ikan lele.
Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat berakibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama.
Kandungan nutrisi pakan ikan buatan sendiri dibagi dua bagian sesuai dengan umur ikan.
ikan lele yang berumur 1-2 bulan memerlukan pakan pelet dengan nilai protein antara 30%-35%.
Ikan lele yang berumur 2-3 bulan keatas (lele konsumsi) memerlukan pakan pelet dengan nilai protein 25%-30% .
Setelah mengetahui kebutuhan ikan, kita perlu mempelajari bahan-bahan dan kandungan gisi setiap bahan yang tersedia. Hampir semua bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan ikan sendiri tersedia di seluruh pelosok nusantara. Seperti, jagung, dedak kuning, tepung ikan, ampas tahu, limbah udang, bungkil, dan lainnya. Bahan-bahan tersebut memiliki nilai gisi yang cukup untuk kebutuhan ikan.
Jika tidak memiliki satu atau dua bahan yang tertera di atas kita masih tetap bisa membuat pellet ikan, dengan dua atau tiga macam jenis bahan. Dengan memperhatikan kebutuhan ikan, maka pakan ikan dapat diupayakan. Lebih baik dengan bahan dua atau tiga macam yang ketersediaannya berkelanjutan daripada lima atau enam baham campuran yang kadang tersedia dan kadang tidak. Sebaiknya jangan membuat pakan dengan campuran bahan pakan yang terus berubah-ubah menjaga agar ikan tidak stres oleh karena perubahan bahan pembuatan pelet.
PROSES PEMBUATAN PELET
Bahan baku dihaluskan sampai berbentuk tepung (halus)
Semua bahan dicampur dan diaduk sampai merata
Dicetak dengan mesin cetak atau dengan sistem manual
Dijemur atau diopen
Dikemas
PROFIT MARGIN YANG DIPEROLEH DARI BUDIDAYA LELE DENGAN PAKAN PRODUKSI SENDIRI
Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan keuntungan yang diperoleh dari budidaya lele dengan menggunakan pakan produksi sendiri.
Dari hasil pengalaman kami kebutuhan pakan untuk 1000 ekor apabila dengan menggunakan pakan buatan sendiri dengan bahan bekatul, ikan rucah, ditambah vitamin dan mineral pemacu pertumbuhan adalah sebanyak 120 kg.
Pakan yang kami gunakan adalah seperti berikut :
Analisa perhitungan usaha budidaya lele yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
Untuk 1000 ekor lele akan menghasilkan daging konsumsi seberat 100 Kg, dengan kebutuhan pakan adalah 120 Kg pelet buatan sendiri. Biaya untuk pengadaan pakan adalah Rp 370.000,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 200,00 = Rp 200.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 370.000,00 + Rp 200.000,00 = Rp 570.000,00
Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah 100 Kg x Rp. 11.000,00 = Rp 1.100.000,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 1.100.000,00 - Rp 570.000,00 = Rp 530.000,00.
Dengan demikian usaha budidaya ikan lele dengan pakan buatan sendiri lebih menguntungkan daripada apabila kita mengunakan pakan buatan pabrik. Yang terpenting dalam kita melakukan usaha ini adalah berani mencoba, dan pantang menyerah. Sukses!
sumber : http://rencanakerjausaha.blogspot.com/2011/07/budidaya-ikan-lele-makin-menguntungkan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar