Selasa, 20 Maret 2012

Obat untuk Tomcat tak Boleh Sembarangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penggunaan salep hydrocortisone tak bisa sembarangan. Meski digadang-gadang sebagai obat untuk mengobati serangan Tomcat, namun penggunaan salep ini harus melalu izin dokter ahli.
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Maura Linda Sitanggang menjelaskan, salep hydrocortisone merupakan salah satu jenis obat generik keras.



Untuk itu, penggunaan salep tersebut tak bisa dibeli secara bebas tanpa resep dokter. "Harus diperiksa dulu oleh dokter, baru bisa beli obat itu dengan resep dokter," ujar Linda pada Republika saat sidak ke apotek-apotek di Jakarta, Selasa (20/3).



Linda menegaskan, bukan kewenangannya untuk menjelaskan mengenai fenomena virus Tomcat yang saat ini ramai dibicarakan. Namun, Linda tak menampik jika hydrocortisone, obat yang dikatakan dapat menyembuhkan serangan Tomcat, merupakan salep untuk menghambat pertumbuhan parasit di kulit.

Namun, sekali lagi Linda menyatakan obat tersebut tak dapat sembarangan dikonsumsi karena merupakan obat keras. "Kalau ada tanda bulatan merah dengan huruf K di tengahnya itu tandanya ini obat keras dan tak bisa dikonsumsi sembarangan," jelasnya.



Serangga Tomcat memang sedang ramai dibicarakan. Dari informasi yang beredar di masyarakat, wabah  ini disebabkan oleh binatang kecil mirip kalajengking. Jika terkena gigitannya, kulit akan seperti terkena penyakit herpes dan berwarna merah bernanah.



Untuk mengatasinya dari info yang beredar luas di masyarakat, penderita harus segera mencuci bagian yang merah dengan air bersih dan diberi salep hydrocortisone satu persen. Namun menurut Linda, sebaiknya penderita memeriksakannya langsung ke dokter.

KANDUNGAN, JUMLAH DAN JENIS PAKAN BURUNG

 
Umum:

Pakan merupakan hal yang sangat vital untuk burung kita. Hal yang perlu diperhatikan adalah kecocokan antara pakan dengan jenis burung yang kita rawat. Berikut ini referensi tentang pakan burung yang semoga bisa menjadi acuan untuk penghobi burung.



Hal utama yang perlu diperhatikan dalam masalah pakan adalah bahwa pakan tersebut memenuhi kriteria “empat sehat lima sempurna”. Pakan harus mengandung unsur-unsur karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Jika semua unsur terpenuhi dan jumlahnya mencukupi maka kesehatan burung peliharaan itu dapat tetap terjaga. Selanjutnya dampak yang diharapkan yaitu burung mempunyai kicau yang merdu, bulu yang indah, dan perilaku yang lincah.



+A. Unsur-unsur penting dalam pakan burung



1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan unsur di dalam pakan yang berfungsi sebagai sumber energi, pembakar lemak, memperkecil oksidasi protein menjadi energi, dan memelihara fungsi normal alat-alat pencernaan. Kadar karbohidrat dalam tubuh burung adalah 2%, sementara pakan burung yang baik adalah yang mengandung 70% karbohidrat, yaitu terdapat pada pepaya, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan pisang.



2. Protein

Protein merupakan zat pembangun tubuh; dapat menggantikan jaringan tubuh yang aus atau rusak; sebagai bahan baku pcmbentukan enzim, hormon, dan zat-zat antibodi; serta mengatur peredaran cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel.



Kekurangan protein menyebabkan burung menjadi kurus, bulu rusak, kerdil, kanibalisme, murung, enggan berkicau, serta sering kali berperilaku mencabuti bulunya sendiri. Burung berkicau membutuhkan 35% protein dari berat badannya. Protein ini dapat diperoleh antara lain dari ikan, susu, cacing, kacang tanah, kacang panjang, kacang hijau, kacang kedelai.



3. Lemak

Lemak merupakan sumber energi, saluran air metabolik, insulator (pengatur suhu tubuh), sebagai bantalan atau pelindung bagian tubuh, serta sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Apabila burung terlalu banyak mengonsumsi lemak maka burung ini berpeluang untuk mencret atau gemuk. Padahal burung yang gemuk cendcrung malas berkicau dan berbiak.



4. Vitamin dan asam amino

Vitamin berfungsi untuk membantu pembentukan dan pemeliharaan sel-sel jaringan epitel, memperlancar metabolisme, membentuk jaringan pengikat, membantu pembentukan tulang, dan membantu proses pembentukan darah.



Vitamin-vitamin utama dan asam amino yang dibutuhkan burung antara lain adalah A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3; Zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate.



5. Mineral

Mineral merupakan pembentuk in-organik yang ada di seluruh jagad raya. Ya, tubuh makhluk hidup dibentuk dari mineral. Dan mineral juga membantu proses kimia dan elektrik yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Proses -proses kimia dan elektrik hanya akan berfungsi dengan benar apabila keseimbangan mineral yang sesuai diberikan pada sistem. Misalnya zat besi untuk darah, belerang untuk otot, kalsium untuk tulang, dan banyak lainnya yang secara umum memberikan kelancaran fungsional tubuh makhluk hidup.



Mineral dibutuhkan untuk pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Meskipun vitamin begitu penting, vitamin tidak dapat melakukan apa-apa untuk makhluk hidup tanpa mineral. Celakanya tubuh makhluk hidup dapat menghasilkan beberapa vitamin, tapi tidak dapat menghasilkan satu pun mineral.



Mineral yang diperlukan burung antara lain adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan Kalium.



Jika burung kecukupan mineral, maka burung akan memiliki bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi serta kematian embrio rendah.



Dengan demikian, defisiensi mineral akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan. Gangguan apa saja? Anda bisa melihatnya dalam tulisan di sini: PETA PENYAKIT BURUNG.

Kembali ke menu artikel atau kembali ke BERANDA

  

+B. Jumlah pakan yang tepat

Jumlah pakan yang diberikan untuk burung harus mencukupi kebutuhan, tetapi tidak berlebih. Jumlah yang cukup ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan pengamatan dan pengalaman sehari-hari pada burung peliharaan. Pakan diberikan dua kali sehari, pagi dan siang hari. Pada pagi hari biasanya jumlahnya lebih banyak daripada pakan yang diberikan pada siang hari karena pada pagi hari burung lebih aktif makan. Setiap hari pakan harus diganti dengan yang baru, terutama bila pakan berupa buah-buahan karena buah yang sudah basi dapat menyebabkan burung menjadi sakit.



Jumlah pakan yang dimakan seekor burung dalam sehari sangat tergantung pada faktor-faktor berikut:



1. Berat badan burung

Berat badan burung berkisar dari burung kolibri yang berbobot sekitar 10 g sampai burung unta yang berbobot sekitar 100 kg. Burung darat dengan bobot 100—1.000 g dapat makan sebanyak 5—9% dari berat tubuhnya dalam sehari, sedangkan burung berkicau yang berbo-bot 1—90 g dapat makan sebanyak 10—30% dari bobot badannya per hari.



2. Jenis pakan

Jenis pakan juga mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan burung. Burung pemakan biji, misalnya, dapat makan per hari scbanyak 10% dari berat badannya. Sementara burung pemakan serangga mampu makan sebanyak 40% dari berat badannya. Hal ini terjadi kare-na serangga lebih banyak mengandung air daripada biji-bijian.



3. Umur burung

Umur burung juga berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dimakan seekor burung dalam sehari. Burung dewasa akan memakan pakan sekitar 10—40% dari berat badannya, sedangkan anak burung dapat makan sebanyak berat tubuhnya sendiri dalam sehari.



4. Tingkat metabolisme tubuh

Burung yang berukuran kecil, seperti burung penghisap madu dan burung kacamata, mempunyai nilai metabolisme tubuh yang lebih besar daripada burung yang berukuran besar seperti poksai, jalak, atau kasuari. Dengan demikian, burung-burung kecil ini juga memerlukan jumlah pakan yang lebih besar daripada burung-burung besar.



Jumlah pakan yang diberikan juga berkaitan dengan luas sangkar tempat hidup burung. Jika burung menempati sangkar yang kecil maka pakan yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan pakan yang diberikan kepada burung yang menempati sangkar yang lebih besar. Hal ini dapat dimaklumi sebab di dalam sangkar yang kecil energi yang dikeluarkan burung relatif kecil jika dibandingkan dengan burung yang menempati sangkar besar.



Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan, burung juga mempunyai selera terhadap suatu jenis pakan. Gejala ini disebut sebagai palatabilitas. Gejala palatabilitas ini tergantung kepada beberapa faktor yaitu satwa yang bersangkutan, pakan kesukaannya, kondisi pakan yang diberikan (dalam keadaan segar atau sudah basi), serta kesempatan memilih pakan yang lain.



Penelitian menunjukkan bahwa pakan yang paling digemari oleh burung pemakan serangga adalah kroto basah, kemudian ulat hongkong, disusul oleh pepaya, dan terakhir atau pakan yang paling tidak disukai burung adalah kroto halus.



+C. Berbagai Jenis Pakan Burung

Pakan burung dapat berupa pakan hewani dan pakan nabati.



1. Hewani

Pakan hewani untuk burung antara lain kroto, serangga dan berbagai jenis ulat, cacing, ikan, daging, telur ayam/unggas lain, serta susu.



a. Kroto

Kroto merupakan larva semut ataupun semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang banyak digemari oleh burung-burung pemakan serangga, seperti jalak, kutilang, beo, dan poksai. Menurut jenisnya, kroto dibedakan menjadi kroto basah, kroto halus, kroto kasar, dan kroto kacang.



1) Kroto basah merupakan kroto yang paling banyak digemari oleh burung dan juga sebagai umpan pancing. Kroto jenis ini merupa-kan telur dan larva semut rangrang yang masih baru yang mem-punyai kandungan air tertinggi (78,72%) sehingga mudah sekali busuk. Jika tanpa pengawetan, umur kroto basah hanya dapat bertahan sehari. Kroto basah sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin dan dibungkus dulu dengan kertas agar air terserap kerta. Dalam kondisi ini kroto basah dapat bertahan hingga tiga hari. Di antara berbagai jenis kroto, kroto basah mempunyai kandungan gizi yang terbaik, terutama protein, yaitu 47,80%.



2) Kroto halus berupa semut-semut pekerja kecil dan besar. Tanpa pengawetan, jenis kroto ini dapat tahan selama seminggu. Di antara berbagai jenis kroto, kroto halus merupakan jenis yang paling tidak disukai burung.



3) Kroto kasar berupa induk semut ratu dan semut jantan. Jenis kroto ini juga dapat tahan seminggu.



4) Kroto kacang berupa campuran ketiga jenis kroto, yaitu kroto basah, kroto halus, dan kroto kasar, ditambah dengan jenis pakan lain, seperti kacang, jagung, padi, dedak, voer, dan beras ketan. Kroto ini dapat tahan dalam seminggu, tanpa pengawetan. Di antara jenis kroto yang lain, kroto kacang mempunyai kandungan lemak yang tertinggi (17,07%).



b. Serangga dan ulat

Banyak burung berkicau merupakan pemakan serangga, selain buah-buahan sebagai pakan tambahannya. Serangga yang banyak dijual di pasaran adalah jangkerik (Gryllus mitratus), sedangkan ulatnya berupa ulat hongkong, ulat bambu dan ulat kandang.



Ulat hongkong (Tenebrio mollitor) termasuk salah satu jenis pakan yang digemari burung. Berbagai jenis burung sangat menggemarinya. Selain semua jenis burung pemakan serangga, ulat ini juga disukai oleh elang, kuntul, rajaudang, dan nuri. Berbeda dengan kroto, jenis pakan ini sudah dapat dibudidayakan sehingga setiap saat tersedia di pasaran.



Ulat bambu (Erionota thrax) biasanya dijual dalam kemasan bumbung bambu. Berbeda dengan ulat hongkong, ulat ini mempunyai kulit yang lebih tipis dan lunak sehingga kandungan kitin di dalamnya juga lebih sedikit. Dengan kondisi tubuhnya seperti ini maka ulat ini mempunyai nilai gizi yang lebih baik untuk burung, terutama untuk anak-anak burung, yang sistem pencernaannya tergolong masih peka.



Catatan: Sebelum diberikan kepada burung, ulat hongkong sebaiknya tidak diberi pakan seperti voer tetapi berilah pakan dengan wortel atau daun pepaya. Tujuannya adalah untuk mengurangi kandungan lemaknya. Jika diberi voer, ulat hongkong malah bertambah gemuk karena numpuk karbohidrat dalam bentuk lemak di lapisan bawah kulitnya. Kadang hal ini disebut sebagai upaya untuk mengurangi risiko ulat hongkong menjadi penyebab katarak. Namun hal itu anggapan yang salah, sebab tidak ada hubungan antara ulat hongkong dan katarak pada burung.



c. Ikan

Ikan termasuk salah satu jenis pakan burung, terutama untuk jenis burung pemakan ikan (piscivora) seperti kuntul, bangau, blekok, ra-. jaudang, dan elang laut. Jenis ikan yang biasa diberikan adalah ikan mujahir dalam kondisi hidup.



d. Daging

Pakan berupa daging biasanya dikonsumsi oleh burung-burung pemangsa (predator) dan pemakan daging (karnivora). Daging ini dapat berasal dari berbagai hewan seperti sapi, kelinci, ayam, itik manila, dan tikus putih. Sementara pemangsanya adalah burung hantu, elang, rangkong, kasuari, dan gagak. Daging ini dapat disajikan dalam bentuk potongan kecil atau dalam bentuk hidup, seperti anak ayam (DOC) dan tikus putih (mencit) untuk burung hantu dan elang.



e. Susu

Jenis pakan ini umumnya diberikan kepada anak-anak burung dari keluarga merpati (Columbidae) dan paruh bengkok (Psittacidae) seperti nuri dan kakatua. Meskipun sudah dewasa, kadangkala bu’ rung-burung ini masih menyukai susu. Semua jenis susu dapat diberikan kepada burung, tetapi yang terbaik adalah susu yang berkadar lemak rendah.



f. Telur ayam/unggas lain

Telur ayam atau unggas lain yang direbus juga bisa diberikan untuk pakan burung, terutama burung-burung anakan.



g. Cacing (Lihat pembahasan masalah cacing di bawah).



2. Nabati



Pakan nabati dapat berupa sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.



a. Sayuran

Sayuran biasa diberikan kepada burung, terutama untuk suku ayam hias (Phasianidae) seperti ayam, merak, kuau, dan puyuh. Pakan sayuran ini disukai pula oleh bebek, kakatua, dan parkit dan kenari. Jenis sayuran yang biasa diberikan adalah kecambah (taoge), kangkung, dan wortel untuk kakatua.



b. Buah-buahan

Hampir semua burung menyukai buah-buahan sebagai pakan utamanya atau hanya sebagai pakan tambahan. Di antara buah-buahan yang tersedia di pasar, buah yang banyak disukai burung adalah pepaya dan pisang kepok yang sudah matang. Buah untuk pakan sebaiknya yang matang pohon, jangan yang matang karena dikarbit. Selain itu, ada jenis buah lain yang juga disukai oleh burung, seperti buni, kersen (ceri), salam, beringin, dan palem.



c. Biji-bijian

Biji-bijian yang dapat diberikan kepada burung antara lain biji-bijian halus maupun biji-bijian kasar.



1) Biji-bijian halus: Biji-bijian jenis ini disukai oleh burung-burung perkutut, kakatua kelabu australia, dan betet afrika (lovebird). Jenis pakan ini meliputi biji-bijian yang berukuran kecil dan halus, yaitu milet (Panicum sp. dan Panisetum glaucum), jewawut (Panicum italia), kenari biji (canary seed, Phallaris canariensis), beras ketan hitam, pellet (voer) 511.



2) Biji-bijian kasar Biji-bijian ini disukai oleh burung-burung dari keluarga (suku) ayam hias (Phasianidae) seperti ayam hutan (merah dan hijau), kuau, merak, puter, dan tekukur. Biji-bijian kasar ini meliputi biji-bijian berukuran agak besar dan kasar, seperti jagung kering, gabah, beras merah, kacang hijau, pellet (voer) 521.



+D. Tips-tips tentang pakan burung:



+(1). Jenis-jenis cacing untuk pakan burung

Cacing saat ini digunakan secara luas oleh para penghobi burung untuk pakan hewan kesayangan mereka. Sebagaimana kita ketahui, cacing adalah hewan tingkat rendah karena tak bertulang belakang (invertebrata). Dalam konteks burung, maka kita akan membahas cacing tanah dan kerabatnya yang biasa diberikan kepada burung. Nah cacing tanah sendiri termasuk kelas oligochaeta dengan famili terpenting dari kelas ini adalah Megascilicidae dan Lumbricidae.



Oke, sebelum berbicara lebih jauh tentang manfaat cacing untuk burung, ada baiknya kita berbicara serba sedikit tentang cacing itu sendiri.



Jenis cacing yang paling banyak diternakkan saat ini berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Dan beberapa jenis yang populer antara lain adalah Pheretima, Perionyx dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.



1. Lumbricus. Cacing ini berbentuk pipih dengan jumlah segmen sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Jenis ini sering kalah bersaing dengan jenis lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Namun bila diternakkan, besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.



2. Pheretima. Cacing ini bersegmen sampai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen ke 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.



3. Perionyx. Cacung ini berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Perionyx termasuk cacing agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.



Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak



Beberapa Manfaat Cacing Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:



1. Bahan Pakan Ternak

Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.



2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.



3. Bahan Baku Kosmetik

Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.



4. Makanan Manusia

Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam. Bahan pakan unggas yang berprotein tinggi dan berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas.



Kandungan protein cacing Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.



Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.



Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%. Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum.



Melihat kandungan protein pada cacing ini, maka cacing memang bagus untuk diberikan kepada burung. Burung apa saja, selama mau makan cacing, boleh saja diberi cacing.



Selama ini, burung yang sangat suka dengan cacing adalah anis kembang (AK) dan anis merah (AM). Namun demikian pada prakteknya, cacing juga sering diberikan untuk burung lain selama burung itu suka memakannya. Perlu digarisbawahi bahwa kesukaan burung pada cacing, termasuk masalah “kebiasaan” yang bisa dibentuk atau dilatih. Artinya, burung yang tidak doyan cacing, bisa dilatih sedikit demi sedikit agar mau cacing, terutama adalah burung-burung pemakan serangga dan/atau buah. Sedangkan burung pemakan biji, kebanyakan memang tidak suka cacing. Sedangkan jenis cacing yang bisa diberikan kepada burung antara lain adalah:



1. Cacing Kristal atau cacing merah (lumbricus rabbelus)

Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ikan louhan, dan sering dijual dalam kantong plastik yang diberi media serbuk sagu dan tanah. Cacing kristal juga biasa digunakan sebagai umpan mancing dan kesukaan ikan-ikan bersisik seperti wader, tawes, lokas, jelawat, grass karp dan mujair. Ikan-ikan rawa juga senang dengan umpan ini di antaranya ikan sepat, betik, gurameh serta ikan oportunis yaitu ikan lele. Cacing ini dapat tumbuh sampai 10-15 cm dan berwarna merah-coklat gelap.



2. Cacing Bayam (eisenia sp)

Cacing ini biasa hidup di pematang-pematang swah atau juga di sayuran yang membusuk sehingga sering disebut cacing bayam. Dapat tumbuh sampai 40 cm panjangnya dan warnanya merah pucat. Selain disuka burung, cacing ini disuka oleh ikan gabus, betutu, jambal, baung dan lele. Karena cacing ini termasuk besar, maka untuk pemberiannya kepada burung perlu dipotong-potong dulu.



3. Cacing Tanah (lumbricus terestris)

Cacing ini di daerah jawa disebut cacing uker, karena biasanya akan melengkung atau mlungker (bahasa jawa) bila dipegang. Cacing ini mempunya segmen-segmen yang jelas, warna hitam gelap sampai abu-abu, hidup di tanah membuat liang mempunyai diameter batang tubuh yang paling besar diantara cacing lainnya dan karenanya juga perlu dipotong-potong dulu untuk diberikan kepada burung.



4. Cacing Fosfor (lumbricus sp)

Cacing ini kalau dipencet akan mengeluarkan getah putih yang sangat lengket di tangan dan karena mengandung phospor, cairan ini akan terlihat menyala di malam hari. Ciri khas cacing ini adalah warna tubuhnya merah kecoklatan. Cacing ini termasuk lincah gerakannya sehingga kadang perlu dimatikan (dengan dipukul-pukulkan ke kayu) sebelum diberikan kepada burung. Cacing jenis banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai bahan baku obat. Cacing ini dapat berukuran sampai 30 cm. (Sumber:poultryindonesia.com, alfaqirbinmiskin.blogspot, dan beberapa sumber lainnya).



+(2) Agar rajin berkicau, stop pakan sebelum kenyang

Berikut ini adalah salah satu kiat perawatan burung harian yang mungkin sudah banyak diterapkan oleh para kicaumania, namun setahu saya tidak pernah dibahas secara detil.



Tulisan ini bertolak dari suatu asumsi (berdasarkan pengamatan atas perilaku burung dan juga manusia, hehehe) bahwa dalam kondisi kekenyangan, burung (dan juga manusia-lah) cenderung malas-malasan. Manifestasi malas2an ini, kalau burung ya nggak rajin bunyi, kalau manusia ya akan segera menuju kamar tidur lantas mendekap guling….



Dalam konteks burung, ada saran dari saya: berikan pakan ketika lapar dan stop pemberian sebelum kenyang (atau kekenyangan). Tapi perlu diingat, bahwa ini adalah pola perawatan bagi mereka yang “sempat” dan bisa konsisten.



Caranya, setelah burung mandi (pada pagi hari, kalau biasa dimandikan pagi) katakanlah jam 7, berikan pakan seperti sediakala. Selepas jam 9, keluarkan wadah pakan. Ini bertujuan agar burung tidak makan melulu setelah itu. Sekitar jam 12, baru wadah pakan dimasukkan lagi. Kalau siang biasanya diberi tambahan jangkrik entah berapa ekor misalnya, ya berikan seperti sediakala. Keluarkan lagi wadah pakan sekitar jam 13. Masukkan lagi pada jam 17-an atau setengah jam sebelum burung masuk peraduan. Dan keluarkan wadah pakan bersamaan dengan Anda mengerodong burung, atau kalau yang tidak biasa kerodong, ya pokoknya keluarkan wadah pakan agar burung tidak makan di malam hari.



Pola di atas memang tidak baku, terserah Anda bagaimana mengaturnya yang jelas tujuannya adalah agar burung tidak makan melulu dan kekenyangan. Burung yang selalu kenyang, selain relatif tidak rajin bunyi, juga gampang menjadi gemuk. Padahal kalau burung kegemukan, pastilah relatif nggak rajin bunyi.



Catatan: Pola pengaturan pakan seperti ini berlaku untuk burung dalam kondisi normal (tidak sakit/ mabung; tidak dalam treatment khusus menghadapi lomba dsb) dalam perawatan sehari-hari.



Pola pengaturan pakan seperti ini mutlak diterapkan kepada burung2 jenis tertentu (dalam kondisi normal untuk perawatan sehari-hari) yang kerjanya kebanyakan makan melulu seperti kenari. Jangan biarkan sangkar kenari Anda selalu ada pakan di dalamnya, karena selama ada pakan, kenari tidak pernah berhenti makan. Atau, cukup letakkan pakan kenari 1 sendok makan (atau bahkan kurang) pada pagi hari (dengan asumsi masih ada sayur/buah, atau kadang malah telor puyuh dsb). Cukupkan itu untuk makan kenari dalam sehari. Kalau sore hari sudah kosong, biarkan saja. Dan baru diberi lagi pagi hari keesokannya.



Terapkan ini secara konsisten, niscaya burung Anda yang seharusnya rajin bunyi tetapi angin2an, menjadi rajin bunyi.



Kembali ke menu artikel atau kembali ke BERANDA



+ (3) Melatih burung makan voer dan atau buah

Melatih burung makan voer. Untuk burung pemakan buah, taburkan dan tekan voer di pisang atau kates. Kalau dia makan pisangnya, lama-lama juga terbiasa dengan voernya dan nantinya akan mau makan voer.



Sementara itu untuk melatih burung bukan pemakan buah agar mau makan voer, bisa menggunakan kroto yang dicampur voer dengan perbandingan 1-1. Semakin lama, porsi kroto dikurangi sampai akhirnya burung mau makan voer.



Kembali ke menu artikel atau kembali ke BERANDA



+(4) Memastikan burung kecukupan vitamin dan mineral

Pastikan burung Anda mengonsumi vitamin dan mineral yang cukup. Jika Anda kurang yakin, berikan saja pakan standar seperti yang biasa Anda lakukan dan gunakan BirdVit serta Bird Mineral. Kedua produk ini sudah cukup untuk memberikan semua vitamin dan mineral yang diperlukan burung.



BirdVit



Penggunaan utama/ hilangkan indikasi:



Burung bakalan, burung pucat, nyekukruk, bulu mekar, tidak gacor, sakit-sakitan, kurang power, mental lemah, turun tangkringan ketika ditrek, tidak segera produksi/infertil, anakan mati muda, kaki pengkor, kaki lemah, bulu mudah rontok.



Deskripsi: BirdVit adalah multivitamin dan multimineral dalam bentuk powder/ tepung khusus untuk burung. Selain untuk pengobatan berbagai penyakit karena disefisiensi fungsi organ, juga MENJAGA KESEHATAN BURUNG AGAR SELALU PRIMA.



Kandungan: Vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3; Zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate; Mineral utama seperti potasium chlorida, sodium chlorida, magnesium sulfate, mangan sulfate, iron sulfate, zinc sulfate, copper sulfate dan cobalt sulfate.



BirdMineral



Penggunaan utama/ hilangkan indikasi: Rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal), paralysa (lumpuh), perosis (tumit bengkak), anak burung menetas cacat, urat keting (tendo), terlepas sendinya, tercerai (luxatio); paruh meleset, kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran tidak segera bertelur, telur tidak berisi, produktivitas rendah, daya tetas rendah, serta banyak terjadi kematian embrio.



Kandungan: BirdMineral (BMN) berisi multi mineral dalam bentuk serbuk/ tepung, antara lain Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum, Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin, Kalium, Vit B12, Vit D3.



Deskrispi Fungsi: BirdMineral/BMN juga berfungsi menjaga pertumbuhan bulu yang bagus ketika burung mengalami mabung/molting sehingga bulu tumvuh kuat, sehat dan bercahaya. BirdMineral/BMN sangat direkomendasikan untuk diberikan ke burung baik burung kicauan, burung yang ditangkarkan dan juga merpati (balap sprint maupun tinggian).



BURUNG TANGKARAN BEBAS PARASIT



BURUNG SEHAT PASTI BUNYI, BURUNG SEHAT BEREPRODUKSI



+(5) Jenis pakan dan minuman agar merpati giring keket

Kemampuan terbang merpati sangat tergantung pada kesehatannya. Kondisi kesehatan juga sangat tergantung dari pakan dan minuman yang diberikan kepada merpati. Pemberian pakan yang tepat, dengan demikian, sangat penting untuk diperhatikan.



Makanan yang diperlukan oleh burung datang dari dua sumber, yakni protein dan karbohidrat. Karbohidrat adalah persenyawaan karbon dan hidrogen, seperti pada gula, tepung kanji dan selulose. Protein sendiri merupakan persenyawaan yang mengandung unsur nitrogen, seperti yang ditemukan pada abumin, fibrin, dan caesin yang membentuk jaringan-jaringan pada burung.



Dengan mengetahui komposisinya, kita akan bisa memberikan pakan untuk burung berdasar mutunya dan bukan pada murah dan mahalnya harga. Banyak penghobi burung, termasuk merpati, yang mengorbankan mutu burung mereka dengan memberi pakan yang asal murah.



Sebenarnya mencampur pakan sendiri untuk burung bisa kita lakukan asal kita tahu tentang keperluan burung dan nilai gizi dari biji-bijian dan semua bahan yang kita pakai. Cara ini bahkan lebih baik, sebab kita dapat membuat campuran yang sesuai dengan keperluan burung.



Burung yang diternakkan akan memerlukan protein yang tinggi, burung yang dipertandingkan untuk terbang dalam jarak pendek akan memiliki kebutuhan protein yang berbeda dengan burung yang dipertandingkan dalam jarak jauh.



Begitu pula campuran makananan di musim kemarau berbeda dengan keperluan campuran pakan pada musim penghujan. Ada juga orang yang memberikan pakan dengan cara berbeda, tergantung kebiasaan dan tujuan khusus pemberian pakan dengan cara yang berbeda tersebut.



Hal yang perlu diperhatikan Untuk memilih bijian bagi merpati kita, adalah bijian tersebut benar-benar matang pohon dan kering. Penyakit mencret dan penyakit perut lainnya dapat terjadi karena burung memakan bijian yang belum matang. Kita bisa mengetahuinya dengan cara menggigit bijian itu, Biji yang baik akan terasa keras dan bila digigit akan pecah dalam butiran yang keras pula.



Selain itu makanan harus bebas dari kotoran dan debu. Pakan yang sudah dimakan ngengat, habis diacak-acak tikus dan binatang lain, jangan pernah diberikan kepada merpati kita.



Selain bijian, merpati juga memerlukan grit, yaitu campuran mineral, yang juga diperlukan bagi keberhasilan burung untuk terbang memenangkan pertandingan. Keperluan mineral merpati sangat tinggi. Selain sebagai sumber mineral, grit juga membantu burung menghancurkan bijian yang dimakannya, dan ini ditempatkan di empedal yang merupakan bagian terpenting dari merpati. Makanan dihancurkan di empedal dan di tempat inilah grit berfungsi sebagai alat pembantu. Grit juga membantu perkembangan burung-burung merpati muda, dan juga mencegah keluarnya telur lunak pada merpati yang sedang ditangkarkan.



Campuran grit yang baik terdiri dari: 45% kulit kerang yang dihancurkan dalam ukuran sedang 35% berupa pecahan-pecahan kecil batu gamping/kapur atau batu granit 10% pecahan kecil dari arang kayu (kayu-kayu yang keras) 5% tepung tulang 5% tepung kapur 4% garam 1% apa yang disebut venetian red



Memberikan pakan burung sebaiknya dilakukan dua kali sehari. Jangan sampai kekenyangan dan membuat gemuk, sebab kegemukan akan menyebabkan banyak masalah.



Air minum memegang pernanan penting. Burung dapat tahan tidak makan untuk beberapa hari tanpa tanda-tanda pengaruh buruk pada kesehatannya. Tetapi kalau burung tidak minum dalam 24 jam boleh jadi ada organ tubuh yang rusak.



Untuk menjaga kesehatan burung, disarankan mengganti air minumnya dua kali sehari agar burung selalu mendapatkan air yang tidak tercemar.



Minuman untuk rawatan harian



Berkaitan dengan pakan ini saya disarankan untuk pemberian vitamin dan mineral untuk memastikan merpati tidak mengalami avitaminosis (penyakit karena kekurangan vitamin tertentu) dan malnutrisi (penyakit karena kekurangan atau kesalahan pemberian mineral).



Salah satu multivitamin dan mineral yang bisa digunakan adalah BirdVit. BirdVit adalah multivitamin dan multimineral dalam bentuk powder/ tepung khusus untuk burung, termasuk merpati.



Selain untuk pengobatan berbagai penyakit karena disefisiensi fungsi organ, BirdVirt juga MENJAGA KESEHATAN BURUNG AGAR SELALU PRIMA. BirdVit mengandung hampir semua vitamin dan mineral yang diperlukan merpati, seperti: • Vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3. • Zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate. • Mineral utama seperti potasium chlorida, sodium chlorida, magnesium sulfate, mangan sulfate, iron sulfate, zinc sulfate, copper sulfate dan cobalt sulfate.



BirdVit dijual dalam beberapa kemasan dengan kemasan terkecil 25 gram dengan harga Rp. 25.000. Pemberian BirdVit dengan cara dilarutkan dalam air minum burung. Untuk merpati sakit, diberikan dengan dosis 2 gram untuk setiap 1 liter air, sementara untuk penggunaan harian (tanpa efek samping) 2 gram untuk 1,5 s/d 2 liter air. Informasi mengenai BirdVit, bisa diklik tulisan ini.



Minuman agar merpati giring keket



Sementara itu kalau penghobi merpati menghadapi masalah dengan burung yang sulit giring, disarankan digunakan PIGEON-VIT. Ya, giring yang lengket, keket yang punya gereget mutlak dipunyai pasangan merpati untuk lomba balap sprint. PIGEON VIT memastikan merpati giring, keket, hanya dalam waktu singkat. Sebab, Pigeon-Vit mengandung unsur-unsur vitamin dan mineral serta asam amino khusus untuk membangkitkan libido burung merpati. Untuk informasi mengenai PIGEON VIT bisa dilihat dalam tulisan ini.



Rawatan memasuki masa telur



Ketika merpati memang kita siapkan untuk segera mempunyai anakan, maka minumannya bisa kita tambahkan BirdMature (BMR). BirdMature adalah multivitamin dan multi mineral cair yang dilengkapi dengan suplemen lain yang lengkap dan seimbang disertai bahan aktif yang bermanfaat untuk kebutuhan utama asupan makan merpati induk dan merpati anakan/piyikan.



Fungsi utama BirdMature/BMR adalah meningkatkan fertilitas dan menormalkan fungsi reproduksi merpati, meningkatkan daya tahan tubuh piyikan, menormalkan sistem kekebalan tubuh piyikan serta menyempurnakan pertumbuhan bulu burung.



BirdMature/BMR sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh para penangkar sehingga mencapai produksi merpati yang optimal, menjaga kesehatan indukan dan menstabilkan fungsi reproduksi burung. Penggunaan BirdMature/BMR adalah diteteskan langsung ke paruh burung-burung indukan atau calon indukan (khususnya untuk burung-burung pemakan biji).



Untuk merpati, BirdMature bisa digunakan antara 4-7 tetes (untuk jantan dan betina), dan diberikan sehari sekali selama merpati betina kita siapkan untuk bertelur. Informasi mengenai BirdMature, bisa diklik pada tulisan ini.
 
SUMBER : http://omkicau.com/pakan-burung/#berbagai

Kamis, 15 Maret 2012

Hemat Biaya Pembuatan Pakan Itik dengan Limbah Agroindustri

Permasalahan yang dihadapi pada usaha produksi daging itik adalah biaya produksi yang cukup tinggi, kira-kira 50% lebih tinggi dibanding biaya produksi ayam potong. Penyebabnya adalah rasio konversi pakan yang tidak sebaik seperti pada ayam potong. Untuk mencapai bobot badan antara 1100-1200 g diperlukan waktu 10 minggu dengan konversi pakan 4,19-6,02. Pemanfaatan bahan pakan dari limbah agroindustri  dapat mengurangi biaya pakan

Di Indonesia bahan pakan lokal dari limbah agroindustri cukup melimpah namun masih jarang digunakan untuk  pakan itik. Limbah yang cukup besar potensinya sebagai bahan pakan diantaranya adalah onggok dan kulit ari biji kedelai (Kleci). Onggok adalah sisa pemerasan umbi ubi kayu untuk mendapatkan pati. Satu ton ubi kayu dapat menghasilkan 114 kg onggok. Kulit ari biji  kedelai adalah limbah dari pengupasan biji kedelai. Potensi kulit ari kedelai atau kleci sangat besar karena pada proses pembuatan tempe selalu dihasilkan limbah kulit ari biji kedelai. Sedangkan tempe dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Beberapa kendala dalam pemanfaatan limbah agroindustri sebagai ransum unggas adalah tingginya kandungan serat kasar serta adanya protein yang sulit dicerna. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan adalah dengan melakukan fermentasi. Fermentasi ini bisa dilakukan secara sederhana dan mudah diadopsi oleh peternak.

Pemanfaatan bahan pakan dari limbah agroindustri dapat mengurangi biaya pakan. Untuk membuat pakan ternak tersebut, anda dapat mencoba teknologi berikut ini. Sebagai contoh adalah pembuatan ransum sebanyak 10 kg bahan. Jika ingin membuat lebih banyak  tinggal mengalikan sesuai kelipatan yang diinginkan. Bahan yang diperlukan adalah 1,5kg  Kleci, 1,5 kg  Onggok, 4kg Jagung dan 3 kg Menir Kedelai. Jadi perbandingannya 15% Kleci, 15% onggok, 40% jagung dan 30% menir kedelai. Aduklah bahan tersebut sampai merata kemudian lakukan proses fermentasi.

Ada dua cara fermentasi yaitu dengan Aspergillus niger atau dengan multi mikroba Untuk fermentasi dengan Aspergillus niger tempatkan 10 kg bahan ransum dalam ember besar dan tambahkan 8 liter air hangat. Aduk sampai rata dan biarkan beberapa menit. Setelah agak dingin tambahkan 100 gram ragi tempe (Aspergillus niger) dan 100 gram urea, aduk kembali hingga merata. Kemudian tutup ember dan biarkan selama 3 hari. Selanjutnya ransum sudah siap untuk diberikan pada itik.

Untuk fermentasi dengan Multi mikroba siapkan 8 liter air dalam ember, tambahkan 10 ml multi mikroba  dan aduk merata. Tambahkan 10 kg bahan ransum sambil diaduk. Kemudian masukkan dalam karung dan tutup rapat lalu dibiarkan selama 3 hari. Bahan yang telah difermentasi dalam jumlah banyak dapat disimpan sebagai pakan. Sebelum disimpan agar dijemur terlebih dahulu sampai kering supaya tidak  bau ataupun  ditumbuhi jamur.

Penggunaan pakan dari bahan limbah ini menunjukkan adanya kenaikan bobot yang lebih tinggi pada itik yang dipelihara. Sedangkan banyaknya pakan yang diperlukan menjadi berkurang. Berarti biaya pakan juga menjadi lebih murah. Kalau mau lebih murah, disarankan pembuatan pakannya dengan cara fermentasi multi mikroba.



Sumber : BPTP Yogyakarta

Selasa, 13 Maret 2012

Berbagai Komposisi Pakan Alternatif untuk Budidaya Ikan Lele

    PAKAN 1

    Biasanya, para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari :

    1. Dedak halus (bekatul) 20%,

    2. Ampas tahu 20%,

    3. Menir atau jagung giling 20%,

    4. Ayam broiller mati/ ikan rucah 35%,

    5. Tepung tapioka 5%

    6. Vitamin C serta B Complex.

    7. Kuning telur



    Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil dagingnya. Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat. Adonan dibentuk lempengan seperti pempek Palembang lalu dikukus sampai benar-benar masak. Tanda kemasakan adalah,apabila ditusuk, sudah tidak ada bagian yang berwarna keputih-putihan. Pakan ramuan sendiri inilah yang dijadikan menu sehari-hari lele tersebut. Baik yang masih berupa burayak, kebul, putihan maupun lele konsumsi. Bedanya, pada pakan burayak, komposisi protein hewaninya diperbesar menjadi 50% dengan ditambah kuning telur. Telur-telur ini pun merupakan telur afkir yang kondisinya masih bagus, yang dibeli di pengusaha penetasan telur ayam maupun itik. Dedak halus, ampas tahu dan menir atau jagungnya dikurangi hingga masing-masing tinggal 15%.



    Pakan berupa "kue kukus" tersebut bisa tahan disimpan di kulkas sampai dengan 1 minggu. Hingga produksi pakan yang sangat merepotkan ini bisa dilakukan selang 1 minggu sekali, 3 hari sekali atau sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan. Cara pemberian pakan cukup dengan ditaruh dalam tampah, nyiru atau nampan kayu dan dimasukkan ke dalam bak atau kolam. Tampah, nyiru atau kotak kayu ini dibuat tiga susun. Tampah paling bawah berukuran paling besar, yang ditengah tanggung dan yang di atas paling kecil. Tiga tampah ini diikat kawat dengan jarak sekitar 15 cm. dan diberi gantungan untuk mengikatkannya di tiang pancang, hingga tampah paling atas hanya masuk ke dalam air sebatas 10 sd. 20 cm. Pakan hanya ditaruh pada tampah bagian atas. Tetapi karena lele itu akan makan secara berebutan, maka pakan akan berhamburan dan jatuh pada tampah kedua. Di sini pun pakan diperebutkan dan kembali berhamburan. Tetapi karena pakan di tampah kedua hanya merupakan ceceran dari tampah diatasnya, maka yang jatuh ke tampah ketiga pun volumenya terbatas.



    Harga dedak halus, saat ini Rp 800,- per kg. (kering). Harga ampas tahu sekitar Rp 150,- (basah). Harga ayam mati Rp 1.000,- per ekor bobot 1,5 kg. kotor atau 0,75 kg.daging. Menir atau jagung giling Rp 1.500,- per kg. Tepung tapioka Rp 2.000,- per kg. Vitamin-vitamin senilai Rp 50,- per kg. ramuan. Dengan komposisi dedak halus, ampas tahu dan menir 20%, ayam 35% dan tepung tapioka 5%, maka nilai pakan dengan bobot 10 kg adalah Rp 10.900,- atau per kg. basah Rp 1.140,- Biaya produksi (tenaga kerja + bahan bakar) sekitar Rp 200,- per kg. Hingga total nilai pakan Rp 1.340,- bobot basah atau bobot kering Rp 2 000,- Dengan asumsi harga pakan pabrik Rp 2.500,- per kg, maka harga pakan ramuan sendiri ini lebih murah Rp 500,- per kg. Harga lele di tingkat peternak, saat ini Rp 5.500,- dari harga tersebut, peternak mengambil marjin sekitar 20%, hingga harga pokoknya Rp 4.400,- Dari harga pokok tersebut, sekitar 70% atau Rp 3.080,- merupakan nilai pakan. Harga ini menggunakan patokan perhitungan pakan pabrik dengan bobot 1,232 kg. Apabila menggunakan pakan ramuan sendiri dengan nilai Rp 2.000,-per kg, maka nilai pakan itu hanya Rp 2.464,- Berarti, dari tiap kg. ikan lele yang diproduksi menggunakan pakan ramuan sendiri, peternak memperloleh tambahan marjin Rp 616,- Dengan volume pembesaran lele 10 ton dalam jangka waktu 3 bulan, maka marjin tambahan yang bisa diperoleh peternak dari penggunaan pakan tambahan adalah Rp 6.160.000,-



    Perhitungan ramuan pakan dengan konversinya pasti akan sangat bervariasi, tergantung lokasi peternakan dan kejelian peternak untuk memperolehbahan pakan yang berkualitas sama baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Kelebihan penggunaan pakan buatan sendiri adalah, peternak bisa mengatur komposisi protein hewani maupun nabatinya, sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada. Peternak juga bisa mempertinggi prosentase protein hewaninya agar pertumbuhan lele bisa dipercepat, namun tanpa terlalu besar menambah beban biaya pakan akibat pembengkakan nilai protein hewani terebut. Ini semua memerlukan kejelian yang luarbiasa, hingga keong sawah atau darat, kepompong ulat sutera dan cacing tanah misalnya, akan mampu memperbesar marjin. Pemeliharaan cacing tanah, paling tinggi hanya boleh menghabiskan biaya produksi Rp 2.000 per kg. Ini dimungkinkan sebab komponen pakan cacing adalah limbah organik. Meskipun nilai gizi cacing tanah terlalu tinggi untuk dimanfaatkan bagi pembesaran lele. Cacing tanah lebih cocok untuk pakan pembesaran ikan yang nilai ekonomisnya juga lebih tinggi dari lele.



    PAKAN 2

    Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele siap konsumsi, jika menggunakan pakan pellet menghabiskan pakan 1 ton, sedangkan apabila menggunakan pakan organik hanya membutuhkan 2.300 liter. Sementara bobot dalam 1 kilogram ikan lele yang diberi pakan pelet berjumlah antara 8 hingga 9 ekor, sedangkan yang diberi pakan organik 7 hingga 8 ekor. Saat ini harga ikan lele di pasaran mencapai 14.000 rupiah per kilogram.

    Untuk menghasilkan pakan lele organik ini, peternak hanya mengumpulkan limbah kotoran sapi ke dalam bak yang dicampur air beserta enzim bakteri silanace untuk mempercepat proses penguraian kotoran sapi. Selang lima hari kemudian, dengan proses aerasi, kotoran sapi yang telah berbentuk cairan siap diberikan ke ikan lele dengan cara disiramkan.



    PAKAN 3

    Cara Aplikasi yang kami berikan adalah sebagai berikut dibawah ini :

    Lahan di Pupuk NPK Organik , Dosis 600 KG – 1.000 KG / HA. Kemudian didiamkan selama 10 hari agar tercipta ZOOPLANKTON dan PHYTOPLANKTON, dan hari ke-11 bibit ikan baru dimasukan. Pemberian PAKAN baru dilakukan setelah kira – kira ZOOPLANKTON dan PHYTOPLANKTON berkurang atau habis.

    Cara membuat pakan ikan buatan ( Per 110 KG ) :

    bahan – bahan :

    katul : 100 kg ( harga rp. 1.500/kg )

    tepung gaplek : 10 kg ( harga rp. 1.500/kg )

    garam kasar : 2 kg ( harga rp. 1.000/kg )

    tesaki cair : 4 botol/0,5 liter ( suplemen organik ) – ( harga rp. 30.000/botol )

    Garam Kasar/Grosok dihaluskan kemudian dicampur RATA dengan KATUL dan TEPUNG GAPLEK, setelah itu dikukus sampai warna coklat tua. 3 Botol TESAKI CAIR dicampur dan diaduk RATA dengan 50 liter Air matang / Air isi ulang. Hasil KUKUSAN dicampurkan merata dengan TESAKI + AIR, setelah itu dimasukan mesin pellet atau Gilingan Daging kemudian dikeringkan ( Dijemur atau di Oven pakai Oven Kue ).



    PAKAN 4

    Tanaman yang bisa untuk Pakan Ternak sekaligus Kesuburan Tanah (contoh di Madura):

    1. Rumput gajah rakus unsur hara

    2. Jagung

    3. Kleresede

    4. Kacang-kacangan

    5. Kaliandra

    6. Ketela rakus unsur hara

    7. Lamtoro gung

    Pengolahan Pakan Ternak:

    I.Hay

    Mengeringkan hijauan/tanaman Cara alami (dengan sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering Kandungan air 12-20% ? tidak tumbuh jamur. Tujuan: penyediaan hijauan untuk pakan ternak pada saat kritis & saat ternak diangkut jarak jauh Dapat diperjualbelikan Kualitas hijauan akan menurun apabila tertimpa hujan Pengeringan terlalu lama mengakibatkan kehilangan nutrisi & mudah tumbuh jamur

    Syarat tanaman yang dibuat Hay:

    1. Bertekstur halus

    2. Dipanen pada awal musim berbunga

    3. Dipanen dari area yang subur

    Pengawet:

    1.Garam dapur 1-2%:

    mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air mengontrol aktivitas mikroba menekan pertumbuhan jamur

    2.Amonia cair

    mencegah timbulnya panas meningkatkan kecernaan hijauan memberikan tambahan Nitrogen

    Kriteria Hay yang baik:

    1.berwarna tetap hijau meskipun ada yang kekuning-kuningan

    2.daun yang rusak tidak banyak

    3.bentuk hijauan masih tetap utuh & jelas

    4.tidak terlalu kering sebab akan mudah patah.



    II.Silase

    Hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar melalui proses fermentasi Kandungan air: 60-70% Tujuan: pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun, atau untuk mengatasi kekurangan pakan di musim paceklik dalam silo Silo: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dsb. Pencacahan: memutus/menghentikan proses respirasi/pernafasan pada tanaman agar kandungan air hijauan dapat mencapai titik dimana aktivitas air dalam tanaman dapat mencegah perkembangan mikroba

    Prinsip pembuatan Silase:

    1. Keadaan hampa udara ? pemadatan hijauan yang telah dicacah dengan cara ditekan atau diinjak-injak

    2. Terbentuk suasana asam saat penyimpanan ? penambahan bahan pengawet: garam, gula, dedak, bakteri

    3. Tempat penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran & harus tertutup rapat yang diberi pemberat

    Jenis hijauan yang dapat dibuat Silase: rumput, sorghum, jagung, biji-bijian kecil

    Kriteria Silase yang baik:

    1.pH sekitar 4 (asam)

    2.Bau segar atau bukan berbau busuk

    3.Warna hijau masih jelas

    4.Tidak berlendir

    5.Tidak berbau mentega tengik.



    III. Amoniasi atau Urease

    Melepaskan serat kasar dari hijauan agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak

    Kandungan gizi:

    Jerami: protein 3-5%, kecernaan 25-45%, kadar vitamin & mineral rendah (jangan diberikan pada ternak perah atau yang sedang menyusui)

    Rumput gajah: protein 12-14%

    Keuntungan Amoniasi:

    1.Kecernaan meningkat

    2.Protein jerami meningkat

    3.Menghambat pertumbuhan jamur

    4.Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami

    Pemberian Urea 3% dari berat jerami atau air kencing secara berlapis lalu dipadatkan

    Kriteria Amoniasi yang baik:

    1.Berwarna kecoklat-coklatan

    2.Kering

    3.Jerami padi hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.



    PAKAN 6



    1. dedak halus (karbohidrat)

    2. tepung kedelai (protein)

    3. tepung jagung (karbohidrat)

    4. bekicot (protein)

    5. cacing (protein)

    6. tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)

    Komposisi :

    1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30

    2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30

    3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30

    4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30

    cara membuat

    1. semua bahan dicampur

    2. aduk rata dengan air panas

    3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)



    PAKAN 7

    Cara membuat pakan ikan lele

    Tepung teri

    Tepung udang

    Tepung darah.

    Tepung ikan

    Tepung kedelai

    Tepung jagung tepung singkong

    Minyak ikan.

    Tepung kanji

    Bila di tempat anda sulit mencari bahan2 di atas, anda bisa membuatnya dengan 3bahan yg ada di atas. Misal : TEPUNG IKAN, MINYAK IKAN DAN JAGUNG GILING. bisa juga di tambah tepung kanji agar bahan bisa merekat. Kenapa minyak ikan harus ada? Karena minyak ikan adalah salah satu penambah nafsu makan. kadang ikan tak mau makan pelet buatan sendiri karena tidak di campur dengan minyak ikan. jadi minyak ikan bisa dikatakan bahan utama dlm pembuatan pelet sendiri. Campur ketiga bahan tersebut sampai merata lalu tuangkan air hinga menjadi seperti pasta. dan ingat! usahakan dlm pembuatan pelet sebaiknya jangan terlalu encer. kemudian anda masukan kemesin cetak, klo tidak punya mesin bisa anda buat seperti cacing dengan tangan anda sendiri lalu potong pendek-pendek. setelah itu bisa anda keringkan. bila pelet / pakan ikan sudah kering atau sudah siap untuk di jadikan makanan ikan lele, taburkan secukupnya pada pagi dan sore hari.



    PAKAN 8

    Tapi ada cara lain untuk budidaya ikan lele yang lebih hemat biaya, yaitu dengan menggunakan “ kotoran Sapi “ sebagai pakan. Cara ini ternyata sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele dan rasanya pun lebih gurih daripada ikan lele yang diberi pakan sentrat. Cara ini sangat populer di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Dengan memberi pakan ikan lele secara Organik maka seakan lele hidup di alam bebas, dimana hidupnya dari makan bahan2 organik.

    Hasil panen dari Budidaya ikan lele Organik dengan ikan lele non organik sangatlah berbeda. Ikan lele organic hasilnya bisa lebih panjang 20 – 35 cm. Warnanya juga berbeda, ikan lele organic biasanya warnanya agak kemerah-merahan terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan ikan lele non organic warnanya agak kehitam-hitaman.

    Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter.



    PAKAN 9

    Pengolahan limbah pertanian, termasuk limbah cair industri pengolahan banyak dikembangkan menggunakan proses fermentasi metan yang menghasilkan energi berupa gas metan. Belakangan ini telah dikembangkan kombinasi fermentasi metan dengan fermentasi hidrogen yang disebut perlakuan dua tahap (two-step treatment). Yakni perlakuan fermentasi hidrogen yang dilanjutkan dengan fermentasi metan. Satu kelompok 5 orang ilmuwan Jepang belum lama ini mencoba penggunaan campuran kotoran ternak (sapi) dengan limbah organik lainnya untuk perlakuan fermentasi satu dan dua tahap. Temuan-temuan mereka membuka peluang dan manfaat baru dalam kegiatan penanganan limbah organik. Kelompok ilmuwan tersebut, Hiroshi Yokoyama dkk dari tim riset daur ulang limbah dan tim riset pengendalian polusi pada Lembaga Nasional Ilmu Peternakan dan Lahan Rumput Badan Nasional Riset Pertanian dan Pangan Jepang menggunakan kotoran sapi sebagai campuran limbah organik lain karena kotoran hewan biasanya mengandung bakteri penghasil hidrogen. Sehingga pada fermentasi hidrogen tidak perlu menambahkan benih bakteri tersebut pada substrat yang akan difermentasi. Limbah organik yang digunakan sebagai substrat fermentasi secara bersama atau terpisah sangat beragam meliputi sisa-sisa makanan dari bahan serealia, daging, ikan, susu, kembang gula, telur, selai, sayuran dst. Pada fermentasi dua tahap, mereka menggunakan campuran kotoran sapi dengan makanan anjing sebagai substrat. Fermentasi tahap pertama berlangsung secara anaerobik selama 4 hari pada suhu 60oC. Dilanjutkan dengan tahap kedua dengan perlakuan penyesuaian pH menjadi 7,0-7,5 menggunakan larutan NaOH, dicampur dengan lumpur metanogenik dan ditambahi air, lalu dibiarkan selama 10 hari pada suhu 37oC.

    1. dedak halus (karbohidrat)

    2. tepung kedelai (protein)

    3. tepung jagung (karbohidrat)

    4. bekicot (protein)

    5. cacing (protein)

    6. tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)

    Komposisi :

    1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30

    2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30

    3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30

    4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30

    cara membuat

    1. semua bahan dicampur

    2. aduk rata dengan air panas

    3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)



    sumber: http://rcn56.blogspot.com/2011/02/pa...5546746fdf0dac

Kamis, 08 Maret 2012

Daun Enceng Gondok Bisa Tingkatkan Kualitas Telur Itik

Makassar, Sinar Harapan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), berdasarkan pengkajiannya menyarankan pemberian daun eceng gondok pada makanan itik untuk meningkatkan kualitas telur.



Kepala IPPTP Makassar, Dr.lr. Djafar Baco menjelaskan hari Jumat (21/6), ternak itik berpotensi besar untuk dikembangkan, karena mampu memproduksi telur yang tinggi, tidak mengerami telurnya, harganya relatif stabil dan pemasaran telur relatif murah.



Salah satu faktor yang paling menentukan dalam usaha ternak itik adalah faktor makanan sebagai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup dan proses biologis di dalam tubuh ternak, tambahnya.

Eceng gondok merupakan gulma air yang sering merusak lingkungan dan tidak dimanfaatkan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan makanan yang bisa menekan harga ransum. Menurut Djafar Baco, pemberian eceng gondok pada makanan itik itu, tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap produksi telur baik dari segi berat maupun jumlah butirnya. Penggunaan eceng gondok itu berpengaruh terhadap warna kuning telur dan tebalkulit telur.



Selama ini kualitas telur untuk perlakuan kontrol (pakan basal) berat telurnya rata-rata 57,7 gram/butir dan untuk perlakuan yang diberi makanan eceng gondok mencapai 59,19 gram/butir.Kontrol adalah 7,29 dan pada perlakuan yang diberi daun eceng gondok adalah 9,10. Kemudian persentase berat kuning telur pada perlakuan kontrol 35,16 persen dan 35,99 persen pada pemberian daun eceng gondok. Rata-rata persentase berat putih telur pada perlakuan kontrol adalah 46,76 persen dan perlakuan dengan pemberian daun eceng gondok adalah 48,69 persen.



Pada perlakuan kontrol (pakan basal), itik diberikan ransum basal dengan kandungan protein kasar 16,06 persen dan energi metabolisme 2544,22- kilo kalori/kg ransum. Melalui pemberian daun eceng gondok pada makanan itik diperoleh konsumsi ransum berdasarkan bahan kering sebanyak 111,79 gram/ekor/hari.Eceng gondok dapat diberikan sampai 10 persen dalam ransum.

telur

Cara pemberiannya ransum basal ditambah daun eceng gondok dalam keadaan segar. Guna menjaga kesegaran dari daun eceng gondok, sebaiknya pengambilan dari lokasi dilakukan setiap pagi.”Sebelum diberikan, daun terlebih dahulu dicincang hingga kecil,” kata Djafar. (ant/san)

Semoga bermanfaat



Selasa, 06 Maret 2012

Bisnis Menggiurkan Penetasan Telur Itik

Kategori: Umum - Dibaca: 1158 kali



Tak sedikit masyarakat Kroya – Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, kini menyandarkan pendapatan utamanya pada bisnis penetasan telur itik skala rumah tangga. Dengan mengandalkan pasokan telur itik Rambon (Ras Masyarakat Cirebon) dari peternak sekitar, produksi DOD (Day Old Duck) atau anak itik hasil tetasan kawasan ini mampu mencapai 9,5 juta ekor per tahun.



Cakupan distribusi DOD made in Kroya ini tidak sekadar Cirebon dan Jawa Barat, tetapi juga Banten, Jawa Tengah, sertaJawa Timur bahkan sudah merambah Sumatera dan Kalimantan. Padahal semula, usaha ini dipandang sebelah mata dan hanya merupakan kegiatan sampingan.



Jabidi, adalah salah satu penduduk Kroya yang menggeluti usaha penetasan telur itik. Ia yang memulai usahanya14 tahunlaludengan10 mesin tetas berkapasitas 600 telur per unit, kini memiliki 30 unit mesin tetas dengan kapasitas 1.000 butir telur per unit. “Usaha di penetasan telur itik ini sangat aman dan tidak terpengaruh krisis ekonomi. Hanya sedikit terganggu pada saat awal merebaknya flu burung,” ungkap Jabidi kepada TROBOS beberapa waktu lalu.



Selain sebagai penetas, Jabidi juga bermain sebagai pengepul telur tetas yang memasokpenetas lainnya. Ia mengakumendapatkan telur dari peternak itik minimal 2.000 – 3.000 butir per 3 hari. Jika sedang banyak, telur yang dapat dikumpulkan bisa mencapai 7.000 – 10.000 butir. “Saya baru mampu memenuhi 5 % dari kebutuhan telur tetas yang ada. Terlalu banyak telur yang dikumpulkan pun tidak efektif karena telur fertil itu optimal disimpan sebelum ditetaskan sekitar 2 hari. Apalagi masih ada pengumpul telur tetas lainnya,” tuturnya.

 

Ditetaskan Bertahap

Dalam menetaskan telur itik, Jabidi tidak mengisi semua mesin tetas tetapi dilakukan secara bertahap. Sekali produksi, rata–rata ditetaskan 1.000 – 4.000 telur. Sedangkan mesin tetas yang tidak digunakan diistirahatkan dan disterilkan sekitar 3-7 hari dengan menggunakan desinfektan atau sabun untuk mematikan mikroorganisme.



Telur yang dikumpulkan dari kandang diseleksi,dipisahkan antara yang bersih dengan yang kotor.“Telur yang kotor kurang bagus kalau ditetaskan,” ungkap Jabidi. Ditambahkannya, telur yang kotor kemudian diolah untuk telur asin.



Jabidi melanjutkan, telur bersih kemudian masuk mesin tetas. Keesokan harinya dilakukan candling (peneropongan) telur menggunakan lampu untuk mengetahui fertilitas telur. Pada telur yang fertil terdapat tunas. Candling kembali dilakukan pada hari ke-5 untuk menyeleksi lagi telur yang fertil dan tidak. Pada telur fertil terlihat urat darah seperti laba - laba.



Sedangkan telur yang mati ada lingkaran dan urat darahnya putus– utus, hilang atau bahkan kosong.“Candling terakhir dilakukan pada hari ke-15. Telur yang hidup akan tampak berwarna gelap/hitam dan yang mati berwarna terang,” jelasnya.



Bernilai Tambah

Pria yang belajar penetasan telur itik secara otodidak ini mengungkapkan, banyak nilai tambah dalam usaha penetasan telur itik ini. Telur yang baru dibeli dari kandang dan didiamkan semalam di mesin tetas lalu ketika di-candling dan terdapat tunas nilai jualnya akan meningkat. Dari harga beli telur yang Rp 1.420 per butir, ia bisa menjual telur bertunas Rp 1.750. Sedangkan untuk DOD jantan dijual Rp 3.500 dan betina Rp 4.500. “DOD yang dihasilkan dengan umur 1 – 5 hari langsung dijual di tempat,” ujarnya.



Ia menggambarkan keuntungan dari penetasan telur itik ini minimal setengahnya dari modal. Dari kapasitas mesin tetas 1.000 butir per unit keuntungan minimal sekitar 300 butir per unit. “Kalau sudah dikurangi listrik dan tenaga kerja keuntungan bersih sekitar 200 butir,” katanya.



(Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=29&aid=3088)

Basmi Lalat : Kalau Lalat Sudah Membandel

Anehnya, meski telah menggunakan anti lalat yang dipromosikan efektif dan sederhana, nyatanya ?sang teroris? tak kunjung tuntas diberantas


Wawan, sebut saja begitu, berulangkali harus menjawab dering telepon selulernya. Meski sepertinya antara satu dering dengan dering berikutnya berbeda person, tapi percakapan yang berlangsung dengan orang di seberang terdengar senada. Semua pada intinya mengorder produk antilalat yang diperdagangkan oleh sebuah perusahaan distributor obat hewan ternama di tanah air. Dan sebagai tenaga pemasaran di perusahaan tersebut, Wawan terhitung November ini kebanjiran order obat antilalatnya.


Sementara itu, di tempat berbeda, Surono, seorang peternak layer dengan kapasitas kandang lebih dari 100 ribu mulai gelisah beberapa waktu terakhir. Pasalnya, beberapa kali ia telah mendapat keluhan dari warga soal banyaknya lalat yang sampai di pemukiman. Sebelum populasi ayamnya sebesar saat ini, lalat di kandang masih terkendali, tapi belakangan ia mulai kewalahan mengatasi berjibunnya serangga tersebut. Fenomena ini dirasakannya nyata awal November, saat hujan sudah mulai sering menyambangi areal kandangnya. Dan anehnya, meski ia telah menggunakan antilalat yang dipromosikan efektif dengan aplikasi sederhana, nyatanya ?sang teroris? tak kunjung tuntas diberantas. Seakan jagoan yang sakti mandraguna, lalat-lalat itu kebal terhadap berbagai obat antilalat.


Terkonsentrasi Akibat MigrasiTak dapat terelakkan, iklim menjadi salah satu variabel pemicu tingginya kepadatan lalat di areal budidaya unggas. Baik itu layer maupun broiler. Fakta tersebut diiyakan oleh drh Hananto, Technical Manager Animal Health Business Unit PT Novartis Indonesia. ?Salah satu faktor utama lalat terkonsentrasi tinggi di kandang adalah musim,? tutur Hananto.

Meskipun, menurut Hananto, sebenarnya populasi lalat secara keseluruhan tidak meningkat secara berarti. Yang terjadi, lalat bermigrasi ke areal kandang karena areal di luar kandang basah, sementara di kandang terlindung dan terdapat sumber makanan yang begitu melimpah. Kotoran ayam merupakan sumber makanan lalat dengan nutrisi sangat tinggi, khususnya protein. Dan jika musim penghujan tiba, biasanya lingkungan kandang jadi lembab, yang disukai lalat untuk berkembang biak. 


Alhasil, lalat berbondong-bondong ke kandang ayam. ?Jadi lebih disebabkan faktor migrasi, hingga terkonsentrasi,? tandas pria yang lebih sering di lapangan daripada di kantor ini. Selain itu, kelembaban yang tinggi dan nutrisi yang cukup ini turut mendorong perpendekkan siklus hidup lalat, peralihan larva menjadi pupa dan selanjutnya menjadi lalat dewasa. Fenomena ini pun bisa jadi makin mempertinggi populasi, karena dengan interval waktu pendek lalat sudah cepat menetas.


Kontrol yang TerintegrasiDi lapangan, peternak sering kali mengalami frustasi akibat penanganan yang dilakukannya dalam pemberantasan lalat tidak efektif sama sekali. Sehingga tidak sedikit peternak yang tidak percaya akan efektivitas antilalat. Dan akhirnya kembali menggunakan ?cara lama? dengan menaburkan banyak-banyak kapur alias gamping di atas kotoran ayam. Hananto tidak menganjurkan ini dilakukan, karena bisa jadi bumerang bagi kesehatan ayam yang ujungnya berdampak pada produktivitas. ?Meski efektif membasmi lalat, kapur ?terutama bila basah? akan mengeluarkan asap yang dapat mengganggu pernafasan ayam,? jelas dokter hewan lulusan UGM ini.


Mengenai ?membandelnya? lalat dibasmi dengan antilalat, pria yang sudah belasan tahun terjun di bisnis pembasmian lalat ini, menilai cara peternak dalam memahami hama lalat sering masih parsial. ?Kebanyakan peternak beranggapan hanya lalat dewasa saja yang mengganggu, sementara larva tidak terlalu diperhatikan keberadaannya,? terang Hananto. Padahal, lalat dewasa hanya menempati porsi 20% dari total lalat dalam berbagai stadiumnya. Selebihnya, berupa larva 1, 2, 3 dan pupa.

Sehingga, sambung Hananto, penanganan lalat di areal kandang unggas tidak bisa tidak, harus terintegrasi, menyeluruh. Selain itu, dibarengi pengetahuan yang tepat akan teknis aplikasi pemberantasannya. Karena kadangkala, sebagian peternak lain telah paham lalat tidak hanya yang dewasa  tapi juga larva, tetapi dalam aplikasinya kurang tepat, sehingga berkontribusi pula pada ketidakberhasilan pembasmian. Maka sebelum memutuskan penggunaan antilalat apa yang akan dipilih, peternak mesti paham dahulu lalat, siklus hidupnya, cara-cara pengendaliannya, sampai jenis-jenis antilalat yang ada. 


?Konsepnya integrated fly control (pengendalian lalat terintegrasi-red)!? tandas Hananto lagi. Maksud dia, penanganan tersebut mencakup aspek kontrol fisik, biologis dan kimiawi (Baca: ?Tiga Kiat Basmi Lalat?). Menurut Hananto, ketiganya harus berjalan secara paralel.

Hal lain yang menjadi titik kritis adalah, ?Penggunaan obat yang harus tepat dosis, jangan terbiasa mengurangi dosis dengan alasan penghematan,? tegas Hananto. Dan ini harus disosialisasikan pada anak kandang. Prinsip yang digunakan jangan asal murah, tapi berpegang pada ?cost effectively? (pembiayaan efektif-red).
Selengkapnya baca Majalah TROBOS edisi Desember 2007

Jumat, 02 Maret 2012

Budidaya Ikan Lele Makin Menguntungkan

by Cahayaputrifarm


I. Pendahuluan

Semakin hari kebutuhan ikan lele meningkat dengan cukup pesat. Sebab konsumen daging sapi banyak yang baralih ke daging ayam, sementara konsumen daging ayam banyak yang pindah ke ikan. Dan ikan yang paling banyak diminta konsumen adalah lele. Sebab dibanding dengan ikan mas, nila dan patin, maka harga lele termasuk paling rendah. Lebih-lebih dengan gurami.



Harga per kg. ikan mas saat ini Rp 20.000,-/Kg di tingkat konsumen, harga ikan patin Rp 16.000,-/Kg. Sementara hargalele hanya Rp 15.000,- dan gurami mencapai Rp 40.000,- per kg. Produksi ikan lele, sebagimana halnya ikan mas, sudah merupakan agroindustri. Pola spesifikasi hulu tengah hilir sudah berjalan cukup baik. Pada bagian hulu ada industri pakan dan pembenihan. Di bagian tengah pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan calon induk, serta di bagian hilir hanyalah sebatas distribusi dan perdagangan. Sebab daging ikan lele tidak lazim diolah dan diawetkan. Konsumsi ikan lele hanyalah sebatas segar (hidup) untuk digoreng (termasuk pecel lele) atau dimasak basah (mangut).



Sampai saat ini Budidaya ikan lele sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, hal ini dikarenakan kebutuhan konsumen yang kian banyak, dan juga dari segi budidaya, usaha budidaya ikan lele lebih mudah untuk dilaksanakan dan lebih cepat menghasilkan dibandingkan dengan budidaya ikan jenis lain yang memerlukan waktu relatif lebih panjang. Budidaya ikan lele cukup dengan waktu 2-3 bulan sudah bisa panen, sedangkan budidaya ikan patin, nila, dan emas setidaknya memerlukan waktu 6-8 bulan, terlebih lagi budidaya ikan gurame yang memerlukan waktu lebih dari satu tahun.



Namun demikian tidak sedikit pembudidaya ikan lele yang gulung tikar dikarenakan harga pakan lele terus melambung. Harga pakan lele yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.

Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan jumlah kebutuhan pakan 1.000 ekor lele dengan masa pemeliharaan sampai dengan 2 bulan.



Untuk 1000 ekor lele akan menghasilkan daging konsumsi seberat 100 Kg, dengan kebutuhan pakan sesuai FCR 1:1 adalah 100 Kg pelet pabrik.

Jadi pengeluaran biaya untuk kebutuhan pakan lele adalah 100 kg x Rp 7.500,00 = Rp 750.000,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 200,00 = Rp 200.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 750.000,00 + Rp 200.000,00 = Rp 950.000,00



Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah 100 Kg x Rp. 11.000,00 = Rp 1.100.000,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 1.100.000,00 - Rp 950.000,00 = Rp 150.000,00. Hasil usaha tersebut masih sangat sedikit bahkan cenderung merugi jika faktor-faktor produksi yang lain yang sifatnya kecil dimasukkan.



Dari uraian di atas diketahui bahwa pakan merupakan faktor produksi terbesar dalam budidaya ikan lele, dalam hal ini pakan menyerap 80 % dari biaya produksi.



II. Perumusan Masalah

a. KEBUTUHAN PAKAN LELE TINGGI

b. HARGA PAKAN LELE PRODUKSI PABRIK MAHAL

c. PAKAN ALTERNATIF (SIPUT, KEONG, AYAM MATI) KEBERADAANNYA TIDAK MENJAMIN DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN PAKAN LELE DALAM SKALA BESAR.



III. Pemecahan Masalah

UNTUK MENSIKAPI MASALAH TERSEBUT upaya yang harus dilakukan yaitu menekan pengeluaran biaya pembelian pakan untuk memaksimalkan perolehan hasil usaha.

Untuk memenuhi kebutuhan pakan lele, sebaiknya pakan pelet tersebut dibuat sendiri.



IV. MEMBUAT PAKAN IKAN SENDIRI

Kebanyakan petani masih ragu dengan Pakan ikan (pelet) buatan sendiri. Padahal kualitas pakan buatan sendiri belum tentu kalah dari pakan buatan pabrik. Bahkan tidak menutup kemungkinan pakan buatan sendiri lebih baik, lebih segar, jika bahan-bahan pembuatan pakan tersebut cukup tersedia dan kandungan mineral dan vitamin yang baik untuk pertumbuhan ikan dapat kita atur sesuai kebutuhannya.



Pakan yang baik memenuhi nutrisi ikan. Mengenal kebutuhan nutrisi ikan merupakan landasan dalam pembuatan pakan ikan sendiri, setiap ikan membutuhkan nilai gisi yang berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat ikan nila berbeda dengan ikan lele.



Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat berakibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama.



Kandungan nutrisi pakan ikan buatan sendiri dibagi dua bagian sesuai dengan umur ikan.



ikan lele yang berumur 1-2 bulan memerlukan pakan pelet dengan nilai protein antara 30%-35%.



Ikan lele yang berumur 2-3 bulan keatas (lele konsumsi) memerlukan pakan pelet dengan nilai protein 25%-30% .



Setelah mengetahui kebutuhan ikan, kita perlu mempelajari bahan-bahan dan kandungan gisi setiap bahan yang tersedia. Hampir semua bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan ikan sendiri tersedia di seluruh pelosok nusantara. Seperti, jagung, dedak kuning, tepung ikan, ampas tahu, limbah udang, bungkil, dan lainnya. Bahan-bahan tersebut memiliki nilai gisi yang cukup untuk kebutuhan ikan.



Jika tidak memiliki satu atau dua bahan yang tertera di atas kita masih tetap bisa membuat pellet ikan, dengan dua atau tiga macam jenis bahan. Dengan memperhatikan kebutuhan ikan, maka pakan ikan dapat diupayakan. Lebih baik dengan bahan dua atau tiga macam yang ketersediaannya berkelanjutan daripada lima atau enam baham campuran yang kadang tersedia dan kadang tidak. Sebaiknya jangan membuat pakan dengan campuran bahan pakan yang terus berubah-ubah menjaga agar ikan tidak stres oleh karena perubahan bahan pembuatan pelet.



PROSES PEMBUATAN PELET

 Bahan baku dihaluskan sampai berbentuk tepung (halus)

 Semua bahan dicampur dan diaduk sampai merata

 Dicetak dengan mesin cetak atau dengan sistem manual

 Dijemur atau diopen

 Dikemas



PROFIT MARGIN YANG DIPEROLEH DARI BUDIDAYA LELE DENGAN PAKAN PRODUKSI SENDIRI



Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan keuntungan yang diperoleh dari budidaya lele dengan menggunakan pakan produksi sendiri.

Dari hasil pengalaman kami kebutuhan pakan untuk 1000 ekor apabila dengan menggunakan pakan buatan sendiri dengan bahan bekatul, ikan rucah, ditambah vitamin dan mineral pemacu pertumbuhan adalah sebanyak 120 kg.



Pakan yang kami gunakan adalah seperti berikut :





Analisa perhitungan usaha budidaya lele yang kami lakukan adalah sebagai berikut :



Untuk 1000 ekor lele akan menghasilkan daging konsumsi seberat 100 Kg, dengan kebutuhan pakan adalah 120 Kg pelet buatan sendiri. Biaya untuk pengadaan pakan adalah Rp 370.000,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 200,00 = Rp 200.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 370.000,00 + Rp 200.000,00 = Rp 570.000,00



Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah 100 Kg x Rp. 11.000,00 = Rp 1.100.000,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 1.100.000,00 - Rp 570.000,00 = Rp 530.000,00.



Dengan demikian usaha budidaya ikan lele dengan pakan buatan sendiri lebih menguntungkan daripada apabila kita mengunakan pakan buatan pabrik. Yang terpenting dalam kita melakukan usaha ini adalah berani mencoba, dan pantang menyerah. Sukses!
 
sumber : http://rencanakerjausaha.blogspot.com/2011/07/budidaya-ikan-lele-makin-menguntungkan.html