Kamis, 12 Juli 2012

PENINGKATAN MUTU GENETIK ITIK MOJOSARI MELALUI APLIKASI SELEKSI GENETIK

TUGAS TERSTRUKTUR ILMU PEMULIAAN TERNAK 
PENINGKATAN MUTU GENETIK ITIK MOJOSARIMELALUI APLIKASI SELEKSI GENETIK DI DESAMODOPUROKECAMATAN MOJOSARI KABUPATENMOJOKERTO
OLEH :ARIF SUGIANTO
NIM. P2DA10010 
Jl. Gunung Merbabu No.17 RT 04 RW 02Karangwangkal, 
Kecamatan Purwokerto UtaraKode Pos 53123 
Telepon. 08565 9898 756 E-mail : riff11@ymail.com
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2011


ABSTRACT

In Indonesia, duck farming plays as analternative source of income for small farmers withtheir population about 40,6 million ducks. However,the population that relatively high do not have animportant role as source food, because theproduction of duck farming is still low. Mojosari Duckis one of the local ducks that have low production. This certainly requires a genetik improvements areby using selection and line breeding to improve theproduction of Mojosari duck. This study is aimed toselection Mojosari duck and estimate the bestresponse selection in egg production for threegeneration.Selection method are by using simulation of selection in egg production of Mojosari duck. Recordof performance Mojosari duck were obtained fromrandom numbers trough data transformation.Material that used in this research are 100 henfemale Mojosari ducks and 10 hen of male Mojosariducks. Selection criteria that used in this selectionare the highest egg production at the age of sixmonths The simulation results showed an increase inthe average population of generation I of 108,38 ±3,29; generation II 110,01 ± 4,45; and generation III113,22 ± 5,96. Selection in this program indicatesvalue of selection response in generation I,generation II and the generation III, respectively



ABSTRAK

Ternak itik merupakan salah satu sumberpendapatan tunai bagi keluarga dengan populasi40.6 juta ekor. Namun potensi populasi ini belummampu berperan sebagai sumber pangan andalan,karena produktivitas itik yang relatif rendah. ItikMojosari merupakan salah satu itik lokal yangmemiliki produksi yang rendah. Upaya yang dapatdilakukan untuk meningkatkan produksi telur itikMojosari adalah perbaikan terhadap mutu genetikmelalui seleksi dan perkawinan line breeding. Penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi itikMojosari dan menduga nilai respon seleksi padaproduksi telur itik Mojosari selama tiga generasi.Materi yang digunakan penelitian ini adalah itikMojosari jantan 10 ekor dan betina sebagai induk100 ekor dengan populasi dasar dibangkitkanmenggunakan angka random yang terdistribusinormal berdasarkan rataan produksi telur itikMojosari 103,6 ± 2,3 butir/induk/6 bulan. Metodepenelitian adalah simulasi seleksi terhadap produksitelur enam bulan itik MojosariHasil simulasi menunjukkan adanyapeningkatan rataan populasi generasi I 108,38 ±3,29; generasi II 110,01 ± 4,45; dan generasi III113,22 ± 5,96. Seleksi menunjukkan adanya responseleksi generasi I, generasi II, dan generasi IIIberturut-turut adalah 0,36; 0,36; 0,32. Lajupeningkatan tertinggi terjadi pada generasi I dangenerasi II dengan respon seleksi yang sama yakni sebesar 0,36. Dengan demikian, simulasi programseleksi mampu menghasilkan 100 ekor itik Mojosaridengan rataan produksi telur 113,22 butir/ekor/6bulan.



I. PENDAHULUANI.
1 Latar Belakang

Itik merupakan salah satu ternak yang memilikiperanan penting sebagai sumber pendapatan tunaibagi petani kecil di beberapa wilayah di Indonesia.Berdasarkan Data Statistik Peternakan (2009)populasi itik lokal cukup tinggi yaitu sekitar 40,68 juta ekor. Meski demikian, sumbangan yangdiberikan dari itik sebagai unggas penghasil telurdan daging secara nasional justru relatif kecil, yaitu18 % dari total produksi telur nasional. Hal inimenunjukkan potensi populasi itik belum mampuberperan sebagai sumber pangan andalan, karenaproduktivitas itik yang masih rendah (Hardjosworo, et all., 2001).

Itik lokal belum banyak dikembangkan sebagaiternak itik komersial karena memiliki produktivitasyang masih rendah. Itik lokal Mojosari misalnya,meski banyak dipelihara sebagai penghasil telurnamun belum banyak peternak yang memelihara secara intensif. Itik lokal asal Mojosari kabupatenMojokerto Jawa Timur ini juga memiliki dayaadaptasi yang baik. Namun produksi telurnya yangmasih rendah menjadi kendala dalammengembangkan usaha ternak itik Mojosari.Prasetyo, et all., (1998) melaporkan bahwa rata-rataproduksi telur itik Mojosari dalam satu tahun adalah194 butir. Rendahnya produksi telur inimenunjukkan perlunya upaya perbaikan mutugenetik untuk meningkatkan produktivitas ternakitik Mojosari.Perbaikan mutu genetik sangat penting karenaakan memberikan dampak yang lebih permanenterhadap produktivitasnya. Upaya yang dapatdilakukan untuk memperbaiki mutu genetik itikMojosari, salah satunya melalui seleksi.

Seleksidilakukan untuk menghasilkan bibit unggul danmenjaga kemurnian itik Mojosari. Parameter seleksiseperti produksi telur merupakan sifat kuantitatif Itik yang dapat dijadikan acuan untuk menghasilkanbibit unggul dan bernilai ekonomis (Dudi, 2007).I.2



Perumusan Masalah

Produksi telur itik Mojosari oleh masyarakatKecamatan Mojosari relative rendah yaitu 194 butirper tahun (Prasetyo, et all., 1998). Hal tersebutdisebabkan mutu genetik yang rendah, sistempemeliharaan dan pemberian pakan seadanya.Disisi lain kebutuhan akan telur itik semakinmeningkat sejalan dengan kesadaran gizi masyarakat yang membaik. Untuk dapat memenuhikebutuhan telur itik yang berkesinambungan dalam jumlah dan kualitas yang memadai, diperlukanupaya peningkatan mutu genetik itik, terutamadalam penyediaan bibit yang mempunyai produksitelur tinggi.Perbaikan mutu genetik merupakan salah satufaktor penting dalam meningkatkan produksi teluritik Mojosari. Salah satu upaya dalam melakukanperbaikan mutu genetik yakni melalui seleksiterarah terhadap produksi telur sertamengaplikasikan pola perkawinan terkontrol (linebreeding). Upaya perbaikan mutu genetik tersebutdiharapkan mampu menghasilkan bibit itik Mojosariunggul yang dapat diaplikasikan ke industripembibitan dalam menyediakan bibit dalam jumlahbanyak dan berkesinambungan.



II. TUJUAN DAN MANFAAT

II.1 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menaksirrespon seleksi produksi telur itik Mojosari dengankriteria produksi telur umur enam bulan darigenerasi I sampai generasi III.



II.2 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian iniadalah menghasilkan bibit itik Mojosari unggul darihasil seleksi dengan sifat produksi telur tinggi.Sehingga dapat diaplikasikan pada industripembibitan dan atau BPTU (Balai Perbibitan TernakUnggul) untuk menyediakan DOD dalam jumlahbanyak dan berkesinambungan.



III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Produksi Telur Itik Mojosari

Itik Mojosari juga disebut itik Mojokerto atauMadupuro. Jenis itik ini merupakan itik lokal yangberasal dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. ItikMojosari merupakan itik petelur unggul. Bentuktubuh itik Mojosari adalah seperti botol dan berdiritegak. Warna itik jantan maupun betina tidakberbeda yaitu berwarna kemerahan denganbeberapa variasi (Wahono, 2003). Meskipun posturtubuhnya lebih kecil jika dibandingkan itik petelurunggul lain, itik Mojosari mempunyai telur yangukurannya relatif besar, dengan warna kerabangbiru kehijau-hijauan. Kelebihan Itik Mojosari adalahmasa produktifnya dalam menghasilkan telur cukuplama (Prasetyo, et all., 1998). Produksi telur merupakan salah satu sifatpenting yang bernilai ekonomi dari performansternak petelur. Kemampuan seekor unggas untukmenghasilkan telur dipengaruhi oleh beberapafaktor seperti pakan, kepadatan kandang, sistempemeliharaan, cahaya, temperatur dan kelembabanudara (Noyansa, 2004). Faktor genetik sangatberpengaruh terhadap produksi telur (Srigandono,1986). Faktor genetik menunjukkan kemampuanindividu seekor ternak untuk dapat memproduksitelur. Produksi telur 3 bulan Itik Mojosari adalah 67butir, sedangkan produksi per tahun sebanyak 238butir (Prasetyo, et all., 1998; Prasetyo dan Susanti, 2000). Salah satu faktor yang menunjukkan korelasigenetik yang tinggi terhadap produksi telur selamasatu tahun adalah produksi telur umur enam bulan(Gunawan, 1988). Penelitian Susanti (2003)melaporkan bahwa rata-rata produksi telur itikMojosari pada umur enam bulan sebesar 103,6 ±2,3 butir, sedangkan rata-rata produksi per tahun194 butir (Prasetyo,

et all.,.,., 1998). Secara umum,produksi telur Itik Mojosari pada bulan pertamamencapai 40% kemudian akan mencapai 80%sebagai produksi puncak pada bulan ke empat(Mahmudi 2001). Produksi telur tertinggi dicapaipada umur 27 sampai 32 minggu (Susanti, 2003).Itik masih dianggap produktif sampai umur duahingga tiga tahun, setelah lebih dari umur tersebutsudah tidak ekonomis lagi (Hardjosworo,1985).



III.2 Seleksi

Seleksi dapat diartikan sebagai suatu tindakanuntuk membiarkan ternak-ternak tertentubereproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberikesempatan bereproduksi (Noor, 2000). Seleksiakan meningkatkan frekuensi gen-gen yangdiinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yangtidak diinginkan. Terdapat dua kekuatan yangmenentukan apakah ternak pada generasi tertentubisa menjadi tetua pada generasi selanjutnya, yaituseleksi alam dan buatan. Seleksi alam adalahseleksi yang ditentukan oleh alam sedangkan seleksi buatan adalah bila pengamatan ataupenentuan dilakukan oleh manusia (Martojo, 1992).Seleksi buatan dilakukan terhadap suatu tujuanatau sasaran tertentu untuk memenuhi kebutuhanmanusia (Pane, 1986).Seleksi dalam pemuliaan ternak menunjukkankeputusan yang diambil oleh para pemulia pada tiapgenerasi untuk menentukan ternak mana yang akandipilih sebagai tetua pada generasi berikutnya danmana yang akan disisihkan sehingga tidakmemberikan keturunan, kemudian menentukanapakah beberapa dari individu-individu yang terpilihakan dibiarkan mempunyai beberapa keturunansaja. Fungsi seleksi adalah mengubah frekuensigen. Dimana frekuensi gen-gen yang diinginkanakan meningkat, sedangkan frekuensi gen-gen yangtidak diinginkan akan menurun. Seleksi sebagaikekuatan untuk mengubah frekuensi gen yangmengatur beberapa sifat kualitatif dan jugakuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak gendimana pengaruh dari masing-masing gen biasanyatidak dapat dilihat (Warwick, et all., 1995).



IV.MATERI DAN METODE

IV.1 Materi

Penelitian mengenai simulasi seleksi itikMojosari akan dilakukan di Kecamatan Mojosari,Kabupaten Mojokerto dengan ketinggian tempat 22meter diatas permukaan laut. Materi yangdigunakan dalam simulasi seleksi adalah itikMojosari berumur 20 minggu yang diperoleh daripeternakan di Kecamatan Mojosari, KabupatenMojokerto. Jumlah itik Mojosari yang digunakansebanyak 100 ekor betina dan 10 ekor jantan,sehingga setiap pejantan mengawini 10 ekor betina.Data yang diamati adalah produksi telur umur 6bulan yang dihasilkan induk maupun keturunannya.Adapun pakan yang diberikan adalah ransumkomersial (Charoen Phokphand), terdiri dari tigamacam yaitu ransum

starter (1 hari - 8 minggu), grower (8 - 20 minggu) dan ransum untuk produksitelur. Susunan ransum dan kandungan gizinyadisesuaikan dengan umur itik.



IV.2 Metode

Metode yang digunakan adalah metodesimulasi seleksi untuk menduga taksiran responseleksi itik Mojosari untuk tiga generasi. Simulasiseleksi dilakukan menggunakan kriteria produksitelur enam bulan tertinggi. Diasumsikan bahwadalam populasi awal seluruh induk sudah dapatdikawinkan sehingga menghasilkan keturunan pada umur 6 bulan. Itik dikawinkan secara line breeding dengan tujuan untuk memperbanyak populasimurni. Setelah dikawinkan, Itik kemudian diseleksiuntuk memilih tetua dengan produksi telur tertinggidan dipilih sebanyak 75 persen dari populasi.Selama seleksi berlangsung diasumsikan tidak adakematian, dan jumlah ternak tetap dari awalpopulasi hingga menghasilkan generasi III.Populasi awal merupakan populasi dasar yangdibangkitkan menggunakan angka random danterdistribusi normal berdasarkan rataan produksitelur itik Mojosari 103,6 ± 2,3 butir/induk/6 bulan(Susanti, 2003). Setiap generasi diseleksi sebanyak75 ekor tetua terbaik dan akan dikeluarkansejumlah 25 ekor. Kekosongan induk kemudianakan diisi oleh induk terpilih dari hasil seleksi dimana replecement stock (ternak pengganti)berasal dari keturunanya. Semua induk danpejantan diasumsikan fertil, daya tetas 100 persenserta banyaknya kelahiran anak jantan dan betinadengan perbandingan 1:1. Dengan demikian, indukakan menghasilkan keturunan sebanyak 100 ekoryang terdiri dari 50 ekor itik jantan dan 50 ekor itikbetina. Untuk memilih replacement stock, 50 ekoranak betina yang dihasilkan diseleksi berdasarkannilai fenotipik produksi telur tertinggi sebanyak 25ekor. Selanjutnya 75 ekor induk yang terpilih dan 25ekor anak yang terpilih akan digunakan untuk indukgenerasi yang akan dating, sehingga jumlah indukyang digunakan tetap dipertahankan 100 ekor. Nilai heritabilitas ditetapkan sebesar 0.2 dan repitabilitassebesar 0.4 (Susanti, 2003).



IV.2.1 Cara Kerja

1.Data dicari dengan menggunakan program SPSS.

2.Spesifikasi komponen data ditulis di lembarvariabel view dengan kode yaitu : TAG (nomor itikbetina), PT (produksi telur), RPT (rataan produksitelur), HERIT (heritabilitas), TNP (taksiran nilaipemuliaan), TTT (tetua terpilih), SDEF (seleksidiferensial), RTT (rataan tetua terpilih), RSEL(taksiran respon seleksi).

3.Spesifikasi kode data tiap generasi,diikuti denganrincian kode yaitu : G0 (generasi ke-0), G1(generasi ke-1), G2 (generasi ke-2), G3 (generasike-3), F1 (anak generasi ke-0), F2 (anak generasike-1) dan F3 (anak generasi ke-2).

4.Kolom TAG diisi dengan nomor individu itikMojosari betina.

5.Kolom PT diisi dengan estimasi produksi telurenam bulan yang diperoleh dari angka randomdari proses transformasi data.

6.Kolom RPT diisi dengan rataan produksi telurenam bulan itik Mojosari yang didapat daristatistik deskriptif.

7.Kolom HERIT diisi dengan nilai heritabilitasproduksi telur Itik Mojosari.

8.Kolom TNP diisi dengan taksiran nilai pemuliaan.

9.Kolom TTT diisi dengan tetua terpilih yaitu 75ekor ternak dengan nilai taksiran nilai pemuliaantertinggi.

10.Kolom SDEF diisi dengan hasil perhitunganseleksi diferensial.

11.Kolom RTT diisi dengan nilai rataan dariproduksi telur tetua terpilih.12.Kolom RSEL diisi dengan nilai taksiran responseleksi tetua terpilih.13.Data yang sudah diperoleh dihitung hinggagenerasi ke-3.



V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1Produksi Telur

Seleksi merupakan suatu proses pemilihanternak dengan karakteristik tertentu yang akandijadikan sebagai tetua pada generasi berikutnya.Adapun tujuan dilakukannya seleksi pada itikMojosari adalah untuk meningkatkan produktivitasitik mojosari, yakni produksi telur. Dipilihnya kriteriaseleksi produksi telur enam bulan pada itik Mojosarikarena memiliki korelasi genetik yang tinggi denganproduksi telur selama satu tahun (Gunawan, 1988). Sehingga hasil seleksi dari produksi telur enambulan dapat digunakan sebagai acuan besarnyaproduksi telur selama satu periode produksi.Hasil seleksi selama tiga generasimenunjukkan terjadinya peningkatan produksi teluritik mojosari pada tiap generasi. Peningkatanproduksi telur ini ditunjukkan pada nilai rata-ratapopulasi awal itik dan rata-rata populasi terseleksi(tersaji pada lampiran 2). Hal ini terjadi karena tetuaterpilih yang digunakan pada generasi selanjutnyamerupakan ternak yang memiliki karakteristikproduksi telur terbaik. Rataan produksi telurmeningkat dari generasi G1 sebesar 104,96butir/induk/6 bulan menjadi 113,22 butir/induk/6bulan pada generasi G3. Dengan demikian, simulasiprogram seleksi mampu menghasilkan 100 ekor itikMojosari dengan rataan produksi telur 113,22butir/induk/6 bulan dari generasi G3.



V.2Respon Seleksi

Respon seleksi atau kemajuan seleksi ialahperbandingan antara rata-rata performan anakdengan rata-rata performan tetua. Keberhasilansuatu program seleksi ditunjukkan denganmeningkatnya respon seleksi. Besarnya nilai responseleksi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu heritabilitas,intensitas seleksi yang ditentukan oleh proporsiindividu yang diteliti, simpang baku genetik, daninterval generasi seleksi diferensial, heritablitas,dan interval generasi (Adjisoedarmo, 1989). Taksiran respon seleksi jangka pendek padagenerasi I, generasi II dan generasi III terhadapproduksi telur itik Mojosari umur 6 bulan tersajipada lampiran 4. Taksiran respon seleksi tertinggiditunjukkan pada generasi I dan generasi II sebesar0.36. Laju nilai respon seleksi pada generasi I stabilhingga generasi II kemudian menurun padagenerasi III sebesar 0.32. Hal tersebut sesuaidengan Richadson (1968), yang menyatakan bahwarespon seleksi yang diperoleh dalam proses seleksiumumnya menurun besarnya dari generasi kegenerasi. Hasil respon seleksi juga mendekati hasiltaksiran respon seleksi nyata pada penelitianSusanti (2003), dimana respon seleksi yangdihasilkan dari produksi itik mojosari umur enambulan sebesar 0,3. Artinya, rata-rata produksi teluritik Mojosari meningkat sebesar 0,3 butir per satugenerasi.

Penurunan respon seleksi pada tiap generasidisebabkan nilai seleksi diferensial yang menurunpada generasi G3 sebesar 0,23. Seleksi diferensialadalah perbedaan rata-rata performan individu-individu yang terseleksi dengan rata-rata performanindividu-individu pada populasi awal (Falconer danMackay, 1996). Atau dengan kata lain, seleksidiferensial adalah keunggulan ternak-ternak yangterseleksi terhadap rata-rata populasi, sehingga jikakeunggulan tetua terpilihnya menurun akanmengakibatkan respon seleksi yang menurun.Berbeda dengan generasi III, laju respon seleksipada generasi II justru stabil dari generasi I.Besarnya seleksi diferensial II tidak jauh berbedadengan generasi I sehingga respon seleksi yangdihasilkan memiliki nilai yang sama besarnyadengan generasi I.



VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian simulasi seleksi yangdiperoleh dalam upaya meningkatkan produksi teluritik Mojosari, dapat disimpulkan bahwa akan terjadipeningkatan rataan produksi telur itik Mojosari darigenerasi I, generasi II dan generasi III berturut-turut sebesar 108,38 ± 3,29; 110,01 ± 4,45; 113,22 ±5,96 butir/ekor/6 bulan. Laju peningkatan terbesarditunjukkan pada generasi I dan generasi II dengannilai respon seleksi yang sama sebesar 0,36 dankemudian menurun pada generasi III sebesar 0,32



VI.2 Saran

1.Pada pelaksanaan seleksi sebaiknya lebihditekankan pada proses perkawinan untukmenghindari terjadinya

in breeding.

2.Dalam menyusun program pemuliaansebaiknya diselaraskan dengan simulasiseleksi sehingga pelaksanaan seleksi lebihtepat dan efektif.3.Untuk menghasilkan itik mojosari denganproduktivitas unggul, selain upayapeningkatan mutu genetik melalui seleksi,sebaiknya juga diikuti dengan perbaikanpakan dan manajemen.


SUMBER :

Kamis, 05 Juli 2012

MANAJEMEN ANGKA KEMATIAN TERHADAP KEUNTUNGAN PETERNAK AYAM PEDAGING

Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat keuntungan peternak ayam pedaging adalah angka kematian. Semakin rendah angka kematian ayam, maka keuntungan yang akan diperoleh peternak semakin tinggi pula. Demikian pula sebaiknya, semakin tinggi angka kematian, maka keuntungan peternak akan berkurang, bahkan tidak sedikit yang mengalami kerugian bahkan membawa pada kebangkrutan usaha. Oleh karena itu beberapa perusahaan inti dalam kemitaraan ayam pedaging memberikan tambahan keuntungan atau bonus kepada peternak plasma yang dapat menekan angka kematian sampai 8%.
Angka kematian pada ayam dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti bibit yang kurang baik kualitasnya, serangan penyakit, kebersihan kandang yang kurang terjaga, kesalahan manajeman pemeliharaan, pakan yang kadaluarsa dan beberapa faktor lainnya. Oleh karena itu para peternak diharapkan dapat melaksanakan Panca Usaha Peternakan Ayam Pedaging, yaitu :
  1. pemilihan bibit yang baik,

  2. pemberian pakan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan ternak,

  3. pencegahan dan pengendalian penyakit yang kontinyu,

  4. perawatan kebersihan kandang dan peralatan yang terjaga, dan

  5. perencanaan pemasaran yang tepat.

            PT. NATURAL NUSANTARA sebagai salah satu institusi swasta yang bergerak di bidang Agrokomplek khususnya sektor peternakan memberikan solusi untuk menekan angka kematian pada ayam pedaging terutama pada pengoptimalan pertumbuhan dan kesehatan ayam sehingga diperoleh ayam pedaging yang pertumbuhannya cepat dan sehat. Data pengujian di lapangan, termasuk laporan para peternak ayam pedaging yang telah menggunakan produk NASA membuktikan bahwa ayam pedaging yang memakai produk NASA pertumbuhannya lebih cepat, sebagai data yaitu ayam broiler umur 35 hari sudah mencapai berat 1,9 - 2 kg dengan angka kematian yang rendah rata-rata hanya 5%.  Dengan hasil seperti ini, peternak tersebut mendapatkan keuntungan yang besar selain dari nilai hasil bagi usaha, juga dari tambahan bonus angka kematian dan FCR yang rendah.
            Pengaruh produk NASA terhadap rendahnya angka kematian disebabkan dari kandungan produk NASA yaitu Viterna, POC NASA dan Hormonik yang memiliki kandungan mineral dan vitamin yang tinggi, ditambah dengan protein yang terdapat pada Viterna semakin melengkapi nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam pedaging. Sehingga proses metabolisme dalam tubuh ayam berjalan dengan baik dan produktivitasnya akan maksimal dalam bentuk kesehatan yang prima dan produksi daging yang tinggi dalam waktu yang lebih cepat.
            Formula yang digunakan untuk mendapatkan hasil maksimal tersebut  adalah dengan menggabungkan tiga produk NASA yaitu Viterna, POC NASA dan Hormonik menjadi 1 (satu) larutan induk. Dosis penggunaannya adalah 1 tutup botol larutan induk dicampurkan pada per 10 liter air minum per hari. Satu hari cukup satu kali pemberian. Sebagai keterangan penggunaan produk NASA untuk 1000 ekor ayam pedaging dengan pemeliharaan selama 35 hari adalah 5 botol Viterna, 5 botol POC NASA dan 5 botol Hormonik.


Semoga Bermanfaat.
Sukses Selalu..Salam NASA


Rabu, 04 Juli 2012

NATURAL NUSANTARA (NASA) : BUDIDAYA IKAN KERAPU

Salah satu jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivalis) karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan harga Rp.100.000,- - Rp.150.000,- per kilogram bagi ikan kerapu tikus hidup berukuran di atas 300 gram di tingkat pedagang pengumpul.



LOKASI

Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu memegang peranan yang sangat penting. Permilihan lokasi yang tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk budidaya ikan kerapu ini adalah faktor resiko seperti keadaan angin dan gelombang, kedalaman perairan, bebas dari bahan pencemar, tidak mengganggu alur pelayaran; faktor kenyamanan seperti dekat dengan prasarana perhubungan darat, pelelangan ikan (sumber pakan), dan pemasok sarana Dan prasarana yang diperlukan (listrik, telpon), dan faktor hidrografi seperti selain harus jernih, bebas dari bahan pencemaran dan bebas dari arus balik, Dan perairannya harus memiliki sifat fisik dan kimia tertentu (kadar garam, oksigen terlarut).



ANALISIS PRODUKSI

Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas.



Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Kupang ini disarankan jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.



Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran kerapu tikus di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.



Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.



Parameter-parameter ekonlogis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24 – 310C, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8. Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.



Proses Budidaya

Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Untuk keperluan studi ini, dipilih budidaya dengan menggunakan KJA. Budidaya ikan kerapu dalam KJA akan berhasil dengan baik (tumbuh cepat Dan kelangsungan hidup tinggi) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.



Pemilihan Benih

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidakberaturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.



Penebaran Benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu panda kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah :

(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh)

(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat panda kepadatan yang tinggi

(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).



Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah. Produk NASA yang dapat digunakan adalah Viterna dan POC NASA, kedua produk ini dicampur terlebih dahulu menjadi satu.

Dosis : 1 tutup botol campuran dari 2 produk NASA tersebut dicampurkan pada 1 liter air, kemudian disemprotkan atau direndam pada 5 kg pelet atau pakan ikan kerapu lainnya. Selanjutnya dikeringanginkan secukupnya sekitar 15 menit, kemudian baru pakan atau pelet ditebar di kolam. Pemberian 1 - 2 kali per hari pemberian pada pagi atau sore hari.



Hama dan Penyakit

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :

(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm

(b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis

(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis

(d) penyakit akibat serangan bakteri

(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).



Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan udanntuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual. Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.



Cara pengangkutan yang umum digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup Dan umumnya untuk pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam.



Konstruksi Keramba Jaring Apung

a. Pembuatan Rakit Keramba

1. Rakit

Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.



2. Pelampung

Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam da drum fiber glass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran 6x6 m yang dibagi 4 bagian diperlukan 8-9 buah pelampung dan 12 buah pelampung untuk rakit berukuran 8x8 m.



3. Pengikat

Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.



4. Jangkar

Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastik/PE berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.



b. Pembuatan Jaring

1. Jaring

Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu : 
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari seranganikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lenih besar dari kantong jaring dalam

(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.



2. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.



ANALISIS PASAR

Potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan cukup baik. Pada tahun 1994, impor dunia hasil perikanan sekitar 52,492 juta ton. Indonesia termasuk peringkat ke-9 untuk ekspor ikan dunia. Permintaan ikan panda tahun 2010diperkirakan akan mencapai 105 juta ton.



Di samping itu, peluang dan potensi pasar dalam negeri juga masih baik. Total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 sekitar 46 juta ton dengan konsumsi rata-rata 21.71 kg/kepala/tahun. Dengan elastisitas harga 1.06 berarti permintaan akan ikan tidak akan banyak berubah dengan adanya perubahan harga ikan.



Negara yang menjadi tujuan ekspor ikan kerapu adalah Hongkong, Taiwan, Cina, dan Jepang. Harga ikan kerapu di tingkat pembudidaya untuk tujuan ekspor telah mencapai US$33 per kilogramnya. Ikan kerapu yang berukuran kecil (4-5 cm) sebagai ikan hias laku dijual dengan harga Rp.7.000/ekor sedang untuk ikan konsumsi dengan ukuran 400-600 gram/ekor laku dijual dengan harga Rp.70.000/kg untuk kerapu macan dan Rp.300.000/kg untuk kerapu bebek atau kerapu tikus (harga tahun 2001). Dalam analisis ini, tingkat harga jual digunakan harga pasaran saat ini yaitu sebesar Rp.317,000,- per kilogram untuk jenis ikan kerapu tikus. Dengan tingginya permintaan dan harga jual ikan kerapu, maka usaha budidaya ikan kerapu ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkandevisa negara melalui hasil ekspor.



Perkiraan Modal/Biaya Investasi dan Biaya Produksi

Untuk mendirikan usaha/proyek pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring ikat, dibutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja.
Komponen biaya investasi ini, meliputi :

a. Pembuatan rakit berukuran 8 x 8 m

b. Pembuatan waring berukuran 1 x 1 x 1,5 m

c. Pembuatan jaring ukuran 3 x 3 x 3 m

d. Pembuatan rumah jaga

e. Pengadaan sarana kerja



Sedang untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan benih, pakan, bahan bakar, upah/gaji, dan lain-lain.



Referensi : LEMBAGA PENELITIAN UNDANA KERJASAMA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN KUPANG DENGAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

CARA PENGGUNAAN Ovaprim Syndel 10 ml

Ovaprim Syndel 
# Cara mudah dan cepat untuk membantu pematangan dan pengeluaran telur pada pembenihan ikan 
# Kemasan : 10 ml (tidak termasuk alat suntik dan aquades), Aquades dan alat suntik dapat Anda beli di Apotik. 
 
Ovaprim Syndel berfungsi merangsang pelepasan telur dan anti stress pada ikan. Disuntikan pada ikan betina dan jantan. Efektif untuk menstimulasi pelepasan telur pada induk ikan betina dan menambah jumlah sperma pada induk ikan jantan. Biasa digunakan dalam pembibitan ikan Lele, Bawal, Patin, Mas, Gurame, Koi dan ikan-ikan lainnya. 
 
Berikut adalah sekedar gambaran aplikasi Ovaprim pada budidaya pembenihan lele sangkuriang :

1. Siapkan kolam perkawinan, air sudah di endapkan/diaerasi minimal 24 jam. Ketinggian air 30-40cm. Ijuk sudah di siapkan

2. Persiapkan induk betina yang sudah sangat gendut perutnya. Persiapkan juga 2-3 ekor jantan yang sehat

3. Proses penyuntikan dilakukan jam 4 sore Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut : Betina : 0.5ml per 1 kg berat ikan, Jantan : 0.25ml per 1 kg berat ikan Ikan dilepas ke kolam 0.5-1jam setelah proses penyuntikan

4. Pagi hari sekitar jam 06:00 telur terlihat sudah dikeluarkan dan menempel pada ijuk. Induk lele sudah bisa diangkat dan ijuk sudah bisa dipindahkan ketempat yang lebih bersih airnya dan lebih luas dengan tujuan agar telur yang tidak terbuahi dan busuk tidak meracuni benih2 yang berhasil menetas

5. Dua hari kemudian burayak lele sudah terlihat berenang


Dengan menggunakan Ovaprim jumlah telur yang dikeluarkan menjadi lebih banyak sehingga jumlah burayak menjadi lebih banyak juga. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan perkawinan secara alami. Selain itu proses perkawinan dapat dikontrol waktunya sehingga petani menjadi lebih leluasa dalam membuat perhitungan produksi. Untuk aplikasi penyuntikan pada jenis2 ikan lainnya gunakan dosis 0.5ml untuk tiap 1kg berat induk ikan Info : Penyuntikan pada jantan tidak diharuskan tapi akan lebih baik jika dilakukan dimana tujuannya adalah untuk membantu agar induk jantan menjadi lebih terangsang dan juga menambah jumlah spermanya. Untuk pemakaian dosis pada praktek dilapangan ternyata tidak harus seusai dengan aturan dosis. Contoh untuk ikan betina yang perutnya sudah sangat gendut dan matang telur, penggunaan dosis ovaprim dapat dikurangi sedikit dari jumlah aturan pakainya. 
sumber : 




Senin, 02 Juli 2012

Bagaimana Ayam Dapat Tumbuh Cepat

Pada masa kini, ayam khususnya ayam negeri atau biasa disebut ayam ras seperti ayam broiler dapat tumbuh dengan cepat, sehingga dapat dipanen hanya dalam waktu 30 hari. Wajar bila timbul pertanyaan, bagaiman caranya ayam dapat tumbuh secepat itu sehingga beredarlah rumor seperti : Ayam cepat besar karena disuntik zat kimia hormon. Kenyataan sebenarnya, ayam dapat tumbuh secepat itu karena 3 faktor, yaitu :



1. Bibit unggul

Ayam dapat tumbuh cepat karena secara genetis memang ayam jenis ini cepat besar. Ayam ini dari safat keturunannya memang dipelihara sebagai ayam pedaging, atau ayam broiler. Ditambah lagi dengan seleksi ketat guna memperoleh bibit unggul, dimulai dari seleksi ayam nenek, ayam induk dan ayam umur sehari.



2. Lingkungan

Ayam dipelihara pada lingkungan yang baik dan sehat, dalam kandang yang diatur sirkulasi udara serta dijaga kebersihannya. Lingkungan ini memberikan suasana nyaman sehingga ayam tidak mudah stres dan terserang penyakit.



3. Pakan Ayam

Diberi pakan yang diatur gizinya dan disesuaikan dengan umurnya. Kebutuhan zat makanan seperti protein, kalsium, karbohidrat dan sebagainya diperhitungkan secara cermat dan dilakukan tes kandungan gizi pakan ternak di laboratorium. PT. Natural Nusantara yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrokompleks telah memiliki produk pemacu pertumbuhan ayam yang bersifat organik yang bernama Viterna, POC Nasa dan Hormonik. Ketiga produk tersebut berasal dari bahan-bahan alami sehingga tidak menimbulkan efek samping atau gangguan kesehatan bagi manusia yang mengkonsumsi daging ayam tersebut. Selain memacu pertumbuhan ayam sehingga ayam dapat cepat dipanen dengan berat yang signifikan, seperti umur 38 hari sudah dapat mencapai berat hidup rata-rata sebesar 2 kg per ekor, Viterna, POC Nasa dan hormonik berperan dalam mengurangi angka kematian rata-rata dibawah 2%, menghemat pakan secara total rata-rata FCR yang dihasilkan sebesar 1,3 - 1,5.



Demikian pula, kualitas daging yang dihasilkan sangat mendukung program Departemen kesehatan, yaitu hasil uji kandungan daging di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta, diperoleh hasil bahwa daging ayam yang menggunakan produk Nasa memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah kandungan kolesterolnya Ditambah lagi dengan kemanfaatan dapat mengurangi bau kotoran ayam sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada lokasi kandang yang berjarak tidak jauh dari wilayah pemukiman penduduk. Cara pemberiannya adalah ketiga produk nasa tersebut, yaitu : 1 botol Viterna, 1 botol POC Nasa dan 1 botol Hormonik dicampur terlebih dahulu menjadi satu, kemudian ambillah 1 tutup botol campuran ketiga produk Nasa tadi, dimasukkan ke dalam 10 liter air minum diberikan 1 kali setiap hari.



Ibarat hendak 'mencetak' olahragawan tangguh, proses harus dimulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, dan memberikan lingkungan terbaik agar ayam tumbuh dengan cepat dan sehat. Tidaklah seperti anggapan selama ini, begitu disuntik zat kimia hormon, ayam akan segera tumbuh. Ayam bukanlah balon yang begitu dipompa segera menjadi besar. (NASA)