Minggu, 22 April 2012

Ayam Lahirkan Ayam di Sri Lanka




Liputan6.com, Kolombo: Seekor ayam
betina di Sri Lanka beranak dan tidak seperti biasanya bertelur serta
mengeram untuk kemudian telurnya menetas. Pemilik ayam yang tinggal di
kawasan pegunungan Sri Lanka, Ranjith Ekanayake mengatakan bahwa dari
enam ayamnya, satu ekor di antaranya tidak mengeram telur. Ekanayake
kemudian terkejut ketika ayam itu mengeluarkan anak dalam bentuk utuh
tanpa telur. Anak ayam itu tumbuh sehat namun induknya mati.

Pejabat
peternakan pemerintah Sri Lanka mengatakan ia tidak pernah mendengar
kejadian seperti itu sebelumnya. Koran-koran setempat menerbitkan gambar
pejabat peternakan itu yang sedang memeriksa kotoran induk ayam. Ia
mengatakan telur ayam berkembang dalam sistem reproduksi ayam betina
itu.

Di dalam sistem reproduksi induk ayam, telur tersebut
mengalami inkubasi selama 21 hari dan menetas sebelum keluar dari
induknya. Namun ayam betina itu mati karena pendarahan internal. Surat
kabar Daily Mirror, Sri Lanka, dalam judul berita utamanya menyebutkan,
"Ayam yang keluar lebih dahulu, bukan telur."(BBC/ADO)




Kolombo (AFP/ANTARA) – Seekor ayam melahirkan anak ayam
di sebuah peternakan unggas di Sri Lanka tengah, ujar seorang ahli
bedah hewan, Jumat.



Dokter hewan yang bertanggung jawab di kota Welimada, P. R. Yapa,
mengatakan telur itu tampaknya telah dierami di dalam tubuh induk ayam
selama 21 hari dan induk ayam itu mati ketika melahirkaannya.



"Saya hanya mendengar tentang penyimpangan seperti itu, tapi hari ini
saya melihatnya sendiri," kata dokter Yapa saat dihubungi AFP melalui
telepon.



Ia mengatakan pemilik peternakan melaporkan ke dokter hewan setelah
fenomena yang sangat tidak biasa itu terjadi dan dia melakukan
pemeriksaan bedah pada tubuh ayam tersebut untuk memastikan penyebab
kematian.



"Ada luka pada saluran reproduksi yang menyebabkan kematian," kata Yapa.



"Anak ayam itu baik-baik saja." (yg/pt)






TENTANG BUDIDAYA PETERNAKAN BUDIDAYA TERNAK DOMBA




BUDIDAYA TERNAK DOMBA






1. KELUARAN


Ternak domba berproduksi optimal




2. PEDOMAN TEKNIS



  1. Jenis domba asli di Indonesia adalah domba ekor tipis, Domba
    ekor gemuk dan Domba garut


  2. Memilih bibit


    1. Pemilihan bibit, umur Domba > 12 bulan (2 buah gigi
      seri tetap), dengan tubuh baik, bebas cacat tubuh, puting
      dua buah dan berat badan > 20 kg, keturunan dari ternak
      yang beranak kembar.


    2. Calon pejantan, umur > 1 1/2 tahun (2 gigi seri tetap),
      keturunan domba beranak kembar, tidak cacat, skrotum symetris
      dan relatif besar, sehat dan konfirmasi tubuh seimbang.




  3. Pakan


    1. Ternak domba menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan
      dasar dan pakan tambahan (konsentrat).


    2. Pakan tambahan dapat disusun (bungkil kalapa, bungkil kedelai),
      dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.


    3. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro,
      gamal, daun nangka, dsb.


    4. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar
      bahan kering) atau 10 - 15 % berat badan (dasar bahan segar)




  4. Pemberian pakan induk

    Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting
    tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan
    protein 16 %.


  5. Kandang

    Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran
    1 1/2 m2 untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan
    ukuran kandang 2 m2, sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3
    bulan) dengan ukuran 1 m / ekor. Tinggi penyekat 1 1/2 - 2 X tinggi
    ternak.


  6. Pencegahan penyakit : sebelum dikandangkan, domba harus dibebaskan
    dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit
    eksternal dengan dimandikan.



3. SUMBER


Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id


4. KONTAK HUBUNGAN


Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan
Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia





SUSU TAMBAHAN UNTUK ANAK DOMBA



  1. KELUARAN

    Teknologi pemberian susu tambahan


  2. BAHAN

    Air susu sapi/susu bubuk, minyak ikan, telur ayam, gula pasir.


  3. PERALATAN

    Sendok, dot susu, gelas


  4. PEDOMAN TEKNIS


    1. Cara membuat susu jolong (apabila induk mati atau anak
      domba lahir > 2 ekor) pada hari pertama dan kedua. Campurkan
      secara merata 0,25-0,5 liter susu sapi, susu bubuk, atau susu
      kambing, tambahkan minyak ikan, 1 butir telur ayam dan setengah
      sendok makan gula pasir. Aduk hingga merata dan berikan 200
      - 300 cc/hari.


    2. Cara pemberian susu jolong adalah dengan botol susu (dot
      bayi manusia). Berikan langsung secara disusukan 3 - 4 kali
      dengan letak botol lebih tinggi

      dari anak domba.


    3. Susu buatan dibuat dari 3-4 sendok makan susu bubuk (susu
      skim), 250-300 cc air matang hangat, tambahkan mentega dan
      1/2 sensok makan gula pasir. Aduk hingga merata dan berikan
      untuk satu hari.


    4. Pemberian dengan botol sampai umur 2 bulan, setelah umur
      1 bulan, berikan makanan pakan hijauan dan konsentrat semaunya.




  5. SUMBER

    Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001


  6. KONTAK HUBUNGAN

    Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan
    Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia





PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA



  1. KELUARAN

    Pola produksi tepat sasaran


  2. PEDOMAN TEKNIS


    1. Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi
      anak disesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang
      dikejar adalah satu ekor per bulan dapat dijual.


    2. Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil
      untuk menghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan
      dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan
      dengan induk berikutnya tidak bunting.


    3. Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan
      disapih untuk tujuan penggemukan atau bibit.


    4. pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan
      tambahan disamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat
      badan)




  3. SUMBER

    Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001


  4. KONTAK HUBUNGAN

    Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan
    Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia








Jumat, 20 April 2012

PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SERGAI




PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SERGAI


Pendahuluan


Pembangunan
pertanian ke depan menghadapi tantangan dari dua arah yaitu tantangan
internal dan eksternal. Tantangan internal adalah bagaimana masyarakat
pertanian mampu mengembangkan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya
saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan tersentralisasi sejalan dengan
semangat otonomi daerah, sedangkan tantangan eksternal adalah menyangkut
isu perdagangan bebas yang menuntut produk pertanian yang mampu
bersaing dalam kancah perdagangan global. Untuk menyikapi tantangan
tersebut salah satunya adalah meningkatkan sumber daya manusia.
Keberhasilan pembangunan pertanian tidak terlepas dari sumber daya
manusia dalam melakukan usaha tani melalui pemanfaatan modal, penerapan
teknologi dan pemasaran.


Potensi
pertanian tanaman pangan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Serdang
Bedagai adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang hijau,
kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan untuk tanaman
hortikultura meliputi aneka tanaman sayuran seperti cabai, sawi, kacang
panjang dan bayam.


Potensi
peternakan yang dapat dikembangkan diantaranya adalah ternak sapi perah
dan sapi potong, kerbau, kambing, domba dan babi. Potensi ini didukung
oleh lahan budidaya dan padang gembalaan yang cukup luas. Terdapat juga
potensi pengembangan ternak unggas seperti ayam ras pedaging, ayam ras
petelur, ayam buras dan itik.





Kondisi dan potensi


Kondisi


  • Luas wilayah: 190.022 km2

  • Jumlah penduduk: 588.263 orang

  • 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan

  • Batas wilayah:

    • Utara: selat malaka

    • Timur: asahan dan simalungun

    • Selatan: simalungun

    • Barat: sungai ular dan sungai buaya



  • Ketinggian tempat: 0-500 m dpl

  • Kelembaban udara: 84%

  • Tipe iklim: A, D1 dan E2

  • Hari hujan rata-tara: 8-26 hari/bulan

  • Temperatur udara: 23,7 – 32,2 C



Potensi


Sumber daya lahan sawah




















































































kecamatan


irigasi


non-irigasi


jumlah


Perbaungan


6.670


30


6.700


Pantai Cermin


2.900


488


3.388


Sei Rampah


8.015


1.485


9.500


Teluk Mengkudu


1.600


1.350


2.950


Tanjung Beringin


1.785


2.530


4.315


Tebing Tinggi


3.356


765


4.121


Bandar Khalifah


700


3.300


4.000


Dolok Merawan


25


25


50


Dolok Masihul


3.460


663


4.123


Sipispis


382


0


382


Kotarih


995


89


1.084


JUMLAH


29.888


10.725


40.613




Sumber daya lahan kering




















































































kecamatan


pekarangan


tegal/kebun


ladang/huma


Perbaungan


1.624


2.378


0


Pantai Cermin


719


415


305


Sei Rampah


1.878


1.535


322


Teluk Mengkudu


370


771


0


Tanjung Beringin


300


242


0


Tebing Tinggi


1.699


5.313


325


Bandar Khalifah


304


200


0


Dolok Merawan


225


574


745


Dolok Masihul


855


3.441


2.045


Sipispis


429


9.462


0


Kotarih


4.631


4.590


1.155


JUMLAH








46.852




Sasaran luas tanam, panen dan produksi/populasi (sd Juli 2006)







































































KOMODITI


TARGET


REALISASI


2006


Padi sawah

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




69.254

66.560

312.832





41.333

40.207

188.972


Jagung

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




6.625

6.625

22.392





2.374

3.252

10.992


Kedelai

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




1.850

1.778

2.2027





758

545

621


Kacang hijau

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




1.150

1.105

1.204





480

410

447


Ubi kayu

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




10.050

10.050

126.027





5.102

5.968

74.839


Cabai

Luas tanam (ha)

Panen (ha)

Produksi (ton)




250

250

750





137

45

135


Pisang

Panen (pk)

Produksi (ton)




230.000

7.360





155.985

4.836


Sapi potong


8.518


8.404


Kambing


49.552


48.529


Ayam ras telur


594.449


585.667


Ayam ras daging


1.240.201


1.223.077


itik


332.471


327.639




SENTRA PRODUKSI DAN DAERAH PEMASARAN


































































KOMODITI


SENTRA PRODUKSI


DAERAH PEMASARAN


Padi sawah


Pantai
Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Sei Rampah,
Bandar Khailfah, Tebing Tinggi, Dolok Masihul dan Kotarih


Lokal, Medan, Ttebing Tinggi, Deli Serdang dan Simalungun


Jagung


Sei Rampah, Tebing Tinggi, Sipispis, Dolok Merawan, Dolok Masihul dan Kotarih


Lokal, Medan, Tebing Tinggi, Deli Serdang dan Simalungun


Kedelai


Perbaungan, Dolok Masihul, Pantai Cermin, Tteluk Mengkudu dan Sei Rampah


Lokal, Medan, Tebing Tinggi, Deli Serdang


Kacang hijau


Perbaungan, Pantai Cermin, Tebing Tinggi, Bandar Kalifah dan Dolok Masihul


Lokal, Tebing Tinggi, Deli Serdang


Cabai


Perbaungan, Pantai Cermin, Dolok Masihul, Teluk Mengkudu, Tebing Tinggi dan Sei Rampah


Tebing Tinggi dan Medan


Ubi kayu


Sei Rampah, Perbaungan, Dolok Masihul, Tebing Tinggi, Dolok Merawan


Lokal, Tebing Tinggi dan Medan


Pisang


Sipispis, Dolok Merawan, Pantai Cermin dan Sei Rampah


Lokal, Medan, Tebing  Tinggi, Deli Serdang


Sapi potong


Pantai Cermin, Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Tinggi, Perbaungan, Dolok Merawan, Bintang Bayu, Serba Jadi



Lokal, Medan, Tebing Tinggi, Deli Serdang, Tanah Karo


Ayam


Pantai Cermin, Sei Rampah, Perbaungan, Tebing Syahbandar, Dolok Masihul, Sei Bamban, Pegajahan



Lokal, Medan, Tebing Tinggi, Deli Serdang, Jakarta


Kambing


Sei Rampah, Kotarih, Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Tinggi, Tebing Syahbandar, Perbaungan, Pantai Cermin dan Teluk Mengkudu



Lokal, Medan, Ttebing Tinggi, Deli Serdang


itik


Pantai Cermin, Sei Rampah, Teluk Mengkudu dan Tanjung Beringin


Lokal, Medan, Tebing Tinggi









Jumat, 06 April 2012

Kisah Sukses Kemaludin, Dokter "Endog" dari Tasikmalaya

Oleh Cornelius Helmy

KOMPAS.com - Usianya baru 25 tahun. Pendidikan terakhirnya pun hanya madrasah aliyah. Namun, panggilan dokter ”endog” alias dokter telur telah melekat kepada Kemaludin, warga Kampung Sukahurip, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Pasiennya adalah ratusan penetas telur bebek, peternak bebek, dan petugas dinas peternakan di Tasikmalaya. 



Sejak tahun 2009, Kemaludin bak pelita bagi siapa pun yang ingin menetaskan telur bebek. Beragam pertanyaan tentang penetasan telur bebek dijawabnya dengan senang hati, tanpa bayaran. Warung makan, pos ronda, rumah warga, dan tempat tinggalnya sendiri kerap menjadi ruang kelas. Biasanya, ia membawa alat pemeriksaan telur yang dibuat sendiri. Alat itu terbuat dari lampu neon 10 watt yang dibalut kertas tebal.

Kemaludin mengatakan, ada beberapa hal penting yang selalu ia tekankan untuk memeriksa telur. Hal itu di antaranya menjaga suhu ideal 36-37 derajat celsius, disiplin waktu pemeriksaan telur, serta cara melatih sensor hidung dan tangan untuk memeriksa apakah ada telur busuk atau tidak.



Pendampingan itu tidak sia-sia. Sendirian menetaskan telur tiga tahun lalu, kini sekitar 200 warga Sukaratu menekuni bidang ini. Ibu rumah tangga, pemuda pengangguran, dan buruh berpenghasilan minim sudah menikmati keuntungan dari usaha penetasan telur.

”Satu orang minimal menetaskan 300 telur per bulan dengan modal sekitar Rp 1,5 juta. Setelah dijual, biasanya penetas telur bisa mendapatkan keuntungan Rp 500.000- Rp 600.000 per bulan,” ujar Kemaludin.



Minim modal

Persinggungan Kemaludin dengan penetasan telur dipengaruhi ketiadaan biaya melanjutkan sekolah. Setelah memutuskan bekerja selama tiga tahun di Samarinda, Depok, dan Jakarta, Kemaludin melihat peternak bebek Sukaratu kerap kesulitan mendapatkan anakan. Peternak harus membeli anak bebek ke kecamatan lain di Kabupaten Tasikmalaya, bahkan hingga ke Kota Tasikmalaya.

”Dari situ saya pikir, peluang itu bisa saya manfaatkan. Modal nekat karena sebenarnya terbentur biaya dan pengetahuan penetasan telur bebek,” katanya.



Akhir tahun 2008, Kemaludin pun mulai mempersiapkan amunisinya. Berbekal uang tabungan Rp 500.000, ia membeli buku mengenai penetasan telur, bertanya kepada peternak bebek setempat, dan survei harga ke pedagang telur dan anakan bebek. Saat itu, kendala terbesarnya adalah kebutuhan akan media penetasan. Bila membeli peralatan penetasan buatan pabrik, dibutuhkan modal Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per unit. Jumlah tersebut tidaklah mungkin ia dapatkan saat itu.



Otaknya dipaksa berpikir. Hingga suatu waktu ia melihat lemari baju pakaian milik saudaranya yang tak terpakai lagi. Dia pun berkreasi dengan alat yang ada. Dengan menambahkan tiga lampu berkekuatan 5 watt dan termometer, Kemaludin mengubah lemari itu menjadi media penetasan darurat dengan kapasitas 300 butir telur.



Awalnya, metode itu tidak berjalan semulus harapan. Setelah 28 hari masa penetasan, hanya 100 telur dari 200 telur yang menetas. Sisanya busuk dan tidak menetas. Penyebabnya, listrik yang sering putus di Sukaratu. Dalam sehari, listrik bisa padam berjam-jam tanpa sebab pasti. Akibatnya, telur tak mendapatkan suhu hangat ideal sehingga memicu kematian janin.

”Telur mati atau busuk harus segera disingkirkan karena berbahaya merusak telur lain. Gas amoniak dari telur busuk bisa menular pada telur lainnya,” katanya.



Untuk mengatasi masalah putus sambung listrik, Kemaludin berinovasi dengan minyak jelantah. Diletakkan di bawah media penetasan, pemanas berbahan bakar minyak jelantah menjadi bahan bakar alternatif penghangat telur. Hasilnya memuaskan. Saat listrik putus, telur mendapat kehangatan dari api berbahan minyak jelantah. ”Tingkat kegagalan penetasan telur bisa ditekan menjadi 2-3 persen,” katanya.



Pemuda pelopor

Perlahan, jumlah telur yang ditetaskan semakin banyak dan memberikan keuntungan ekonomi lebih besar. Keuntungannya, digunakan untuk membuat media penetasan baru. Pengembangan teknis dilakukan untuk memaksimalkan hasil penetasan.



Dia pun kemudian memodifikasi media penetasan ala lemari baju itu. Kemaludin membuat lemari kayu khusus tingkat empat berukuran 124 x 70 x 60 sentimeter. Lemari dengan dimensi seperti itu mampu menampung 500-600 telur. Media penetasan baru itu dilengkapi lima lampu berkekuatan 5 watt, termometer, pemutus arus bila suhu terlalu tinggi, dan higrometer untuk mengukur kelembaban media penetasan.

Telur yang ditetaskan bertambah banyak. Dalam sebulan, ia bisa menetaskan 5.000 telur dengan omzet Rp 15 juta per bulan. Bebek hasil penetasan berusia 2-3 hari dijual Rp 6.500 per ekor untuk betina dan Rp 2.500 per ekor untuk jantan. Nyaris tidak ada yang tersisa karena sebelum menetas, telur sudah dipesan peternak bebek.



”Pernah ada pesanan dari perusahaan katering maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Mereka meminta 1.000 bebek per hari. Terpaksa ditolak karena kami belum mampu menyediakan,” kata Kemaludin.

Keberhasilannya memutar otak dan memberdayakan masyarakat sekitar menimbulkan pengakuan positif. Inovasi pembuatan alat tetas sederhana membawanya merengkuh Pemuda Pelopor Kabupaten Tasikmalaya dan Jawa Barat pada tahun 2011 di bidang teknologi tepat guna. Ia menyisihkan karya pemuda lain bermodal puluhan kali lebih besar.

Akan tetapi, Kemaludin mengatakan tidak mau tinggi hati. Lewat Kelompok Penetasan Unggas Jaya Mekar Sukaratu yang digagas bersama teman-temannya, ia mengajak pemuda desa yang tak bekerja dan berpenghasilan minim untuk usaha menetaskan telur. Satu media penetasan dihibahkan untuk digunakan semua anggota.



”Sekarang baru ada satu media tetas yang diputar bergiliran sebulan sekali kepada 30 anggota. Prioritas diberikan bagi yang belum punya media penetasan. Kalau sudah ada uang, saya ingin buat beberapa lagi,” katanya.



Selain itu, ia juga masih belajar tentang peningkatan nilai ekonomi telur bebek, seperti mengolahnya menjadi makanan olahan dan pembesaran bebek.

”Banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Semoga di tengah keterbatasan modal, kami bisa terus berinovasi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” kata Kemaludin.