Selasa, 22 November 2011

TIPS, CARA, DAN PANDUAN MEMELIHARA BURUNG PERKUTUT










Daftar Isi Halaman Perkutut





1) PERKUTUT: UMUM


2) PERKUTUT KATURANGGAN ATAU PRIMBON



3) MEMILIH BAKALAN PERKUTUT


4) PERKUTUT CUTRING


5) KATURANGGAN PERKUTUT


6) KONKURS PERKUTUT


7) MAKNA BENDERA KONCER


8 ) TANDA-TANDA PENGHARGAAN


9) MENANGKAR PERKUTUT DI SANGKAR:











1. PERKUTUT: UMUM



Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan
biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal yang diyakini mempunyai
kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan orang-orang tua
kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa
dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang
banyak kita lihat dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi
memiliki kekuatan gaib sesuai dengan alam pikiran masyarakat modern.
Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut burung alam gaib yang bisa
memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah tangga, pangkat
dan jabatan, dll.


Kebiasaan menikmati bunyi suaranya
anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak zaman Majapahit dan
memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya dipelihara
oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat
keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII
pada tahun 1877-1921.


Perkutut juga diyakini sebagai bilangan
ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati yang sempurna dalam
tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma (rumah),
Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut).
Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara
anggungannya dan keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang,
teduh, santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan
alam semesta secara langsung.


Sebagaimana yang telah dikemukakan pada
awal tulisan ini, perkutut memiliki keistimewaan luar biasa karena
dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi pemiliknya
berdasarkan ” Katuranggan ” yang dipercaya memiliki titisan darah gaib,
juga berdasarkan ” Ciri mathi ” adalah ramalan dalam hubungan bentuk
atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki
pengaruh baik (membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga,
pangkat, dlsb.) atau buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik
atau si pemelihara tersebut.


Untuk mengetahui baik tidaknya seekor
perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan dan ciri mathi berupa
ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat,
perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai
berikut/seperti di bawah ini.



2. PERKUTUT KATURANGGAN





Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :



* Perkutut Songgo Ratu:
perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di zaman
Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa
Tutul di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah
menjadi Perkutut yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini
berciri khas di kepalanya ada jambul semacam mahkota berwarna putih.
Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka berkeliaran, hidupnya
hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan.
Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya
selalu ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai
wibawa yang sangat besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak
akan berani bersuara/bunyi. Ciri-ciri fisiknya yang lain adalah, kaki
dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-hitaman. Perkutut yang
mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan suaranya
relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini
bisa untuk menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai
kewibawaan yang tinggi bagi pemiliknya.


* Perkutut Lurah:
dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan
tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama.
Perkutut mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan
keputih-putihan, begitu juga dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal
dihutan makannya disuapi atau dibawakan makanan oleh perkutut yang lain
yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini dipelihara oleh atasan
atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini mempunyai
yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.


* Perkutut Putih:
perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang, sebab
selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan
kekayaan bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya
putih, matanya merah, paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis
hitam dan kuku berwarna putih. Perkutut ini biasanya dahulu hanya
dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini juga diyakini dari
hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang berlangsung
beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya. Jadi perkutut
putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang
membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu
putih. Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang,
perkutut putih datang lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua,
berambut serta berjenggot putih.


* Perkutut Hitam atau Kol Buntet: seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.


* Di samping itu masih ada beberapa jenis
perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut berekor 15 lembar ( Pendawa
Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut juga Perkutut
Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan
kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya
mempunyai yoni sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan
ketenteraman keluarga ( Tepung Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa
Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya besar ), kelancaran berdagang (
Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita mempunyai seekor
perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning dan ekornya
berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut
bagus dan langka serta mahal harganya..





  • Jenis Perkutut





Perkutut (Geopelia striata) banyak hidup
di hutan-hutan dataran rendah. Sebagai burung yang masuk dalam suku
Columbidae, perkutut mempunyai banyak kerabat dekat seperti peragam dan
punai yang tersebar luas di seluruh dunia. Namun, khusus jenis perkutut
penyebarannya hanya terbatas dari Semenanjung Malaya sampai Australia.


Di Indonesia jenis perkutut cukup banyak.
Penghobi membedakan perkutut yang ada sesuai dengan daerah asalnya,
misalnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut Bali, dan perkutut
Nusa Tenggara. Khusus untuk di Jawa, masih dibedakan lagi sesuai dengan
asal daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkutut
berkualitas, misalnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut
Majapahit, perkutut Tuban, dan perkutut Madura.


Di Jawa dulunya perkutut banyak dijumpai
di daerah bersemak terbuka yang kering atau di pinggiran hutan yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bahkan, dulu perkutut juga sering
dijumpai mencari makan di ladang atau persawahan.


Umumnya perkutut hidup dan mencari makan
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Burung-burung ini biasanya
makan di atas permukaan tanah. Tidak jarang ditemukan perkutut yang
sedang minum secara bersamaan pada sumber air.


Karena tidak mudah terganggu dengan
kehadiran manusia dan bisa didekati dalam jarak beberapa meter, perkutut
dikenal sebagai burung yang agak jinak. Bila merasa terancam, burung
ini akan terbang cepat dan berhenti dalam jarak yang pendek atau
bertengger di atas pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.


Di alam bebas perkembang biakan perkutut
tidak sebaik di breeding farm. Di alam bebas perkutut hanya bertelur dua
sampai tiga kali setahun yang terjadi pada bulan Januari-September.
Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang perkutut
yang sedang berahi. Bentuk sarang agak datar dan tipis. Bagian bawah
sarang dibuat dari kumpulan ranting yang agak kasar, sedangkan bagian
atasnya dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus.
sarang umumnya diletakkan pada pohon atau semak yang tidak terlalu
tinggi dari permukaan tanah.


Beberapa hari setelah sarang jadi,
perkutut betina akan bertelur sebanyak dua butir. Telur ini berwarna
putih dengan bentuk oval. Ukuran telur kurang lebih 22 X 17mm. Telur
akan dierami secara bergantian oleh kedua induk selama kurang lebih dua
minggu, setelah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas
tampak berwarna merah, tidak mempunyai bulu, dan matanya masih tertutup.
Pada saat seperti ini anakan masih memerlukan kehangatan dari tubuh
induknya. Oleh karena itu, induk akan mengeraminya sampai tumbuhnya bulu
(sekitar umur dua minggu).


Anakan perkutut yang baru menetas oleh
induknya diberi makan berupa susu yang dihasilkan oleh tembolok
induknya. Proses penyusuan ini berjalan sesuai dengan naluri alamiah
burung. Anak yang belum bisa melihat tersebut menyentuh-nyentuhkan
paruhnya ke arah mulut induknya. Setelah mengena, anakan tersebut akan
memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Proses inilah yang
dinamakan menyusu. Bersamaan masuknya kepala si anak ke tenggorokan
induk, si induk akan memuntahkan isi tembolok yang berupa cairan dan
langsung masuk ke mulut si anak. Proses penyusuan ini biasanya
berlangsung sampai si anak keluar bulu atau sudah bisa terbang.


Perkutut tangkapan hutan yang telah lama
dipelihara orang lazim disebut perkutut lokal. Perkutut tersebut
biasanya sudah pandai manggung, tetapi sayang sulit diternak. Kendalanya
perkutut lokal sangat lamban atau tidak mudah berkembang biak. Upaya
menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut
Bangkok juga lambat atau tidak selancar perkutut Bangkok murni. Akhirnya
banyak yang memilih indukan jantan maupun betina perkutut Bangkok murni
karena lebih efektif .


Perkutut-perkutut lokal tersebut
sebenarnya dalam hal suara tidak terlalu berbeda jauh walaupun
masing-masing mempunyai ciri khas. Perkutut dari satu daerah mempunyai
perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, tetapi perbedaannya tidak
begitu mencolok. Bahkan, dalam hal ukuran atau berat badan hampir tidak
berbeda. Perkutut tergolong dalam kelompok burung kecil (betina 19-21 cm
dan jantan 20-24 cm) dengan berat antara 60-70 gram.


Warna tubuh didominasi dengan warna
cokelat dengan ekor agak panjang. Warna pada bagian kepala abu-abu
dengan bagian belakang kecokelatan. Leher dan bagian sisinya bergaris
halus. Bagian punggung berwarna cokelat dengan tepi-tepi bulu berwarna
hitam. Bulu sisi terluar pada ekor berwarna agak kehitaman dan pada
bagian ujungnya putih.


Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak
kebiruan, paruh abu-abu, dan kaki merah jambu. Warna lain yang menjadi
ciri khas perkutut adalah bulu pada punggung sayap, sisi leher, dada,
dan bagian sisi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.


Jenis perkutut lokal semakin hari semakin
kurang diminati oleh penggemar perkutut terhadap suara yang semakin
meningkat. Sekarang ini penggemar perkutut menuntut suara yang lebih
bagus. Artinya, penggemar perkutut sekarang bukan hanya berpatokan pada
munculnya suara depan, tengah, dan belakang saja, melainkan lebih
berkembang lagi pada tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara,
bersihnya suara, dan sebagainya. Tambahan tuntutan tersebut jelas tidak
bisa di peroleh dari burung tangkapan alam atau lokal, sebab umumnya
suara burung lokal ringan dan datar. Oleh karena itu, tanpa disadari
orang harus beralih pada perkutut hasil silangan. Hanya dengan cara
silangan penggemar bisa memperoleh suara perkutut sesuai dengan yang
diharapkan.

Dengan cara silangan inilah akhirnya penggemar perkutut di tanah air
minded dengan perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan).
Perkutut asal Bangkok tersebut umunya mempunyai kualitas suara yang bisa
diandalkan, baik pada irama dan tekanan suara (depan, tengah, dan
belakang) maupun powernya. Hal itu tidak lepas dari kepiawaian dari
penangkar di sana yang memang diakui cukup ahli dalam soal
silang-menyilang perkutut.




3. MEMILIH BAKALAN PERKUTUT





Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya.
Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian
agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan
tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan
perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik
dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai
berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur
diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam
membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas
(berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya
ketika burung berumur lima bulan.


Para pembeli perkutut, baik untuk
didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan.
Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya
besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar
lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam
tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan
betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.


Untuk membedakan perkutut jantan dan
betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur).
Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan
jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm
atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa
digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat
bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar
perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara
ini.


Setelah bakalan berumur empat bulan,
apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan
menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu
perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari
bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata
perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam,
sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala
perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang
betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian,
yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara
juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang
betina.


Walaupun kita telah mengetahui bahwa
perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat
lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau
panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang
ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah
satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri
demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena
dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.


Bakalan perkutut yang baru berumur
beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau
tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut
pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan
mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui
pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan
juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari
kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli
lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan
terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau
booking untuk mendapatkan piyik.


Penggemar perkutut banyak yang memesan
anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan
kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak
yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya
jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru
lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah
dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari
peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah
(garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan
anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang
tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung
yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.



Bila mau lebih yakin lagi kita bisa
membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut
bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham,
dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang
keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya
bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan
tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar
pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya
bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu
kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat
diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara
belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu
sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang
dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas
walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.


Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan
, show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan
dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli
bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih
dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya
saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau
dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang
jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00
per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara
bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas
bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan
lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.


Membedakan antara burung tangkapan dari
alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil
tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil
penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual
tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui,
sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung
tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung
disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak
jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk
meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran.
Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui
beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila
suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut
merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import.
kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.


Ciri burung lokal lain bila diperhatikan
lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada
bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa
membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut
Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus
sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk.
Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali.
pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau
agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.


Hampir semua peternak Lokal maupun Import
memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk
memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan
siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut
induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal,
pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar
Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada
perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut
hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan
besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual
biasanya disertai dengan Sertifikat.


Cincin tidak menjamin kalau burung
tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau
bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya
dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan
burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar
dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual
beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari
keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak
lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu
menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan
berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan
perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga
saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.


Tingginya harga perkutut tersebut tidak
jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli
burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya
lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama
peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran
peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi
setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri
sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang
melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang
terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu
membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan
perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.



Untuk mengetahui apakah cincin yang
melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau
asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki.
kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau
dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan
cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya
dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah
susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat.
Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang
berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan
untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung
kelas atas.


Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang
pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan
ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki
perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih
kecil, dikenal dengan ukuran 41.





4. PERKUTUT CUTRING



Dalam komunitas penggemar perkutut ada
istilah Cut ring, artinya perkutut yang memang sengaja tidak dipasangi
cincin atau dilepas cincinnya. Perkutut Cut ring tersebut bisa hasil
silangan lokal maupun produk silangan import. mengapa harus di Cut Ring ?
Ada beberapa alasan dari peternak terkenal mengapa harus menjual
burungnya harus dengan melepas cincin. Hal itu untuk menjaga
kredibilitas dari peternak. Perlu diketahui bahwa peternak besar tiap
bulan bisa menetaskan ratusan piyik. Piyik-piyik tersebut tidak semuanya
baik, pasti ada yang jelek ( tersortir ). Sebelum melepas piyik atau
bakalan ke pembeli biasanya peternak melakukan sortir. Dari ratusan ekor
biasanya hanya 10 % yang tergolong bakal istimewa. Sortiran itu harus
dilempar ke pasaran. Di situlah campur aduk, ada bakaln yang termasuk
kategori bagus, sedang, dan jeblok. agar tidak diketahui nama
peternakannya, biasanya peternak yang sudah terkenal sebelum menjual
burung sortiran terlebih dahulu melepas cincin dari kaki perkutut. Lagi
pula peternak merasa sayang kalau sortirannya dibuang percuma. Lebih
baik dijual di pasaran, namun jelas tidak mungkin melempar sortiran
lengkap dengan cincin karena bisa menjadi bumerang bagi peternakan
tersebut.


Praktek pelepasan perkutut sortiran
dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak lokal saja, melainkan
juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-perkutut sortiran
dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak melempar
sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling
besar adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung
sortiran, bukan berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab
kemungkinan untuk ” meledak ” di konkurs masih ada, apalagi kalau
sortiran tersebut dari peternakan terkenal. Seperti diketahui,
penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah burung
tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia
burung antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung
sulit diramalkan suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan
baik, tetapi setelah ngurak malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak
sedikit bakalan pada saat piyik suaranya kurang baik ternyata setelah
melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu, selepas masa
ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.


Burung yang tidak baik inilah yang
kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang Cut ring pasti jelek.
Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru lebih suka
membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal
pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih
bakalan yang nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.


Cut Ring sendiri bukan identik dengan
burung berkualitas rendah karena banyak pula penggemar perkutut yang
mempunyai burung juara justru dilepas ringnya untuk merahasiakan
indukkannya maupun asal usul peternakannya. hal ini dilakukan dengan
pertimbangan agar pemilik indukannya tidak tahu kalau hasil tangkarannya
menjadi juara. Dengan demikian, pemilik burung juara tadi bisa tetap
membeli saudara sedarah dari perkutut juara tersebut secara terus
menerus dengan harga yang relatip murah. Maksud lain melepas ring pada
burung juara adalah agar penggemar lain tidak berbondong-bondong
menyerbu peternakan asal perkutut juara tadi untuk memesan saudara yang
sedarah dari perkutut juara jadi, kalau sampai banyak penggemar yang
mengetahui asal usul dari burung juara tadi, umumnya para penggemar
perkutut dari berbagai daerah menyerbu ke peternakan asal burung juara
sehingga terjadilah booking maupun inden yang berkepanjangan.


Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya
menjadi juara dan banyak pemesan yang datang bisa dipastikan akan
menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat dari harga
sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu
perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau
perkutut tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan
harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut
tersebut berkualitas baik.



5. KATURANGGAN PERKUTUT


Selama ini dalam dunia perkutut ada istilah katuranggan yang
merupakan penggabungan dari dua istilah Jawa katur dan angga. Katur
dalam bahasa Jawa berarti pemberitahuan dan angga berarti tubuh. Jadi,
katuranggan berarti pemberitahuan atau pengetahuan tentang bentuk tubuh.
Dalam membeli perkutut para penggemar perkutut tidak bisa lepas dari
katuranggan. Terlebih lagi kalau perkutut yang bakal dibeli tersebut
harganya sampai jutaan rupiah, pasti calon pembeli sangat memperhatikan
katuranggan. Dari katuranggan bisa diramalkan suara dan titik klimaks
suara perkutut. Oleh karena itu, biasanya calon pembeli minta izin pada
penjual agar diperbolehkan memegang burung yang akan dibeli. Izin
memegang ini maksudnya untuk mengetahui apakah katuranggan burung
tersebut sempurna atau tidak.



Selama ini patokan yang dijadikan
katuranggan ada beberapa hal, misalnya bentuk kepala, paruh, badan, dan
ekor. Patokan tersebut adalah sebagai berikut :


* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat
lonjong seperti buah jambe diperkirakan mampu mengeluarkan suara yang
bagus dan maksimal. Burung yang mempunyai bentuk kepala demikian
diperkirakan kemerduan suaranya dapat bertahan sampai tua. Oleh karena
itu, kepala demikian termasuk kategori terbaik.

* Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka)
diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa
bertahan sampai tua. Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang
mencapai maksimal.

* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan
mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat
sampai burung tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan
menurun.

* Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk
badan ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor
yang meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup
jelas dan bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung
yang paling baik.

* Perkutut yang bentuk paruhnya nggabah (seperti butiran padi), bentuk
badan seperti buah nangka , dan ekornya agak panjang dengan bagian
belakang agak tumpul diperkirakan bersuara tengah baik. Burung dengan
ciri ini termasuk kategori baik.

* Burung yang bentuk paruhnya mapah gedhang (seperti pelepah pisang),
bentuk badan mbluluk (seperti buah kelapa muda), dan ekornya pendek
meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik. Burung dengan ciri
seperti ini termasuk kategori cukup baik.


Walaupun sudah ada petunjuk atau ramalan
dari katuranggan, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita tetap
memperhitungkan kesempurnaan dari bentuk fisik lainnya, misalnya badan
sehat dan tidak ada yang cacat di antara bagian tubuhnya. Bentuk dada
dipilih yang bidang. Dada yang bidang menunjukkan kalau tubuh burung
tersebut baik dan mempunyai kantung suara yang baik juga sehingga suara
yang dikeluarkannya kebanyakan juga baik


Persyaratan anggota badan lain yang
menjadikan burung tergolong kategori baik adalah leher yang panjang
dengan bagian tenggorokan agak besar, mata cerah pandangan tajam, serta
kaki ramping dengan sisik teratur dan mengkilat.



6. KONKURS PERKUTUT





Konkurs merupakan wujud pengukuran
keindahan suara perkutut hasil peternakan, pemeliharaan, dan perawatan.
Konkurs diselenggarakan oleh P3SI. Pelaksanaannya ada beberapa tingkat
yang disesuaikan dengan lingkupnya. Penyelengaraan konkurs perkutut
diatur oleh P3SI ( Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia ).
Organisasi ini bersifat Non politik dan non komersial. Organisasi ini
dibentuk dengan tujuan antara lain menghimpun para pelestari perkutut
dalam satu wadah organisasi yang teratur, menyebarluaskan kecintaan seni
suara perkutut, mengembangkan ilmu pengetahuan perkutut (termasuk
peternakan, pelestarian, dan penjurian ), menanamkan rasa setia kawan
san semangat gotong royong di antara penggemar perkutut, serta
menyelenggarakan konkurs perkutut secara berkala dan teratur.


Kedudukan pengurus pusat P3SI di ibukota (
Jakarta ). Pengurus pusat membentuk koordinator wilayah ( Korwil ) pada
setiap propinsi, kordinator daerah ( Korda ) pada setiap kotamadya dan
kabupaten, serta Sub-korda di setiap kecamatan.


Pelaksanaan konkurs perkutut meliputi
tata cara penyelenggaraan, tata cara penjurian, dan sistem penilaian
suara perkutut. Keseluruhannya dihimpun dalam satu ketetapan, yaitu Tata
cara konkurs dan penjurian P3SI. Jenjang konkurs menurut pedoman P3SI
dibedakan 4 tingkat, yaitu lokal, regional, besar dan nasional.


Konkurs lokal dilaksanakan oleh
Sub-korda. Penyelenggaraanya dianjurkan sebanyak mungkin. Konkurs ini
bersifat penggalakan karena diutamakan untuk memberi peluang kepada
perkutut baru yang belum terlatih. Diharapkan setelah mengikuti konkurs
lokal, nantinya dapat ikut serta dalam konkurs regional, besar, dan
nasional. Bagi anggota atau penggemar perkutut baru dan penggemar
berekonomi lemah, ajang ini merupakan kesempatan yang bagus untuk
latihan bagi perkututnya. Dalam konkurs ini, jumlah kerekan yang
dipasang bebas, tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan yang ada.


Konkurs regional adalah konkurs yang
diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan daerah, seperti piala
Bupati, piala Walikota, maupun piala HUT Kota setempat. Konkurs ini
diselenggarakan oleh Korda. Dalam pelaksanaan konkurs regional, arena
lomba berupa lapangan terbuka, berbentuk blok persegi empat, (5 X 5 atau
5 X 6 m). Tinggi kerekan 7-7,5m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian
dipertanggung-jawabkan oleh 3 atau 4 juri penilai yang terdiri dari 2
koordinator juri, 2 atau 1 orang dewan juri. Juri tersebut dibantu oleh
penancap bendera yang jumlahnya 4 orang atau sesuai kebutuhan. Perkutut
yang dilombakan disebut berbunyi dan mulai diberi nilai bila telah
berbunyi berturut-turut sedikitnya 5 kali.


Konkurs Besar adalah konkurs yang
diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan wilayah yang dikaitkan
dengan peringatan hari-hari besar nasional, seperti HUT RI, Hari
Pahlawan, Hari Kesaktian Pancasila. Konkurs ini dibedakan dua jenis,
yaitu konkurs besar terjadwal dan konkurs besar atas permintaan Korwil
P3SI. Dalam Penyelenggaraannya, lapangan dibagi dalam blok persegi empat
berukuran 5 m X 5 m atau 6 m X 6 m. Tinggi kerekan 7 – 7,5 m dengan
jarak antar kerekan 4 – 5 m. Jumlah kerekan disesuaikan dengan
kebutuhan. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2
koordinator juri, 1-2 orang dewan juri, dan 4 orang pembantu penancap
bendera. Syarat burung mulai diberi nilai adalah setelah burung berbunyi
berturut-turut sedikitnya 8 kali.


Konkurs Nasional dilaksanakan untuk
memperebutkan kejuaraan tingkat nasional, seperti perebutan piala
kejuaraan nasional P3SI (Kejurnas), piala hari ulang tahun P3SI dan
piala Hari Lingkungan Hidup. Masing-masing konkurs tersebut dilakukan
setahun sekali. Sebagai pelaksanaannya yaitu Korda-Korda yang jadwalnya
digilir. Subkorda tidak dibenarkan sebagai pelaksana. Konkurs Nasional
maksimal terdiri 144 kerekan. Bentuk tiap-tiap blok berupa persegi empat
(5 X 5 atau 6 X 6 m). Tinggi kerekan 7 – 7,5 m. Jarak antar kerekan 4-5
m. Penilaian dipertanggung jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 orang
koordinator juri, 2 orang dewan juri, dan 2 orang pembantu penancap
bendera. Syarat burung berbunyi dan mulai diberi nilai setelah
berturut-turut berbunyi sedikitnya 8 kali. Burung perkutut yang telah
mendapatkan juara nasional maupun juara besar tidak dibenarkan untuk
diikutsertakan dalam kejuaraan konkurs lokal. Dengan adanya perbedaan
ketentuan-ketentuan pada tiap-tiap konkurs, rasa bangga pemilik
burungpun akan berbeda-beda bila burungnya mendapat juara.


Berdasarkan usia dan prestasi perkutut
yang disertakan, konkurs perkutut dibedakan atas 3 kelas, yaitu konkurs
piyik, yunior, dan senior. Konkurs piyik pada umumnya digelar pada hari
Sabtu sore, menjelang lomba konkurs senior atau yunior yang berlangsung
pada esok pagi harinya. Dengan demikian, konkurs piyik telah berkembang
menjadi konkurs sore. Kelemahan konkurs sore untuk piyik adalah banyak
piyik yang terkena stress karena kondisi fisik yang belum sekuat
perkutut dewasa. selama ini, belum ada aturan baku untuk konkurs piyik.
Bunyi piyik tak mungkin gacor seperti perkutut dewasa yang mampu
berbunyi sampai 5-6 kali berturut-turut. Paling banter kemampuan piyik
hanya berbunyi 2-3 kali saja.



7. MAKNA BENDERA KONCER



Suara perkutut baru dinilai setelah
memperoleh bendera tanda bunyi. Untuk membedakan burung yang bunyi di
babak pertama, kedua, ketiga, dan keempat, warna bendera yang diberikan
berbeda-beda. Untuk babak pertama, biasanya bendera segitiga yang
diberikan berwarna putih, sedangkan untuk babak kedua merah, babak
ketiga hijau, dan babak keempat kuning.


Setelah mendapat bendera tanda bunyi,
juri terus memantau perkembangan suara perkutut. Kalau layak
ditingkatkan, juri akan memberitahukan pada penancap bendera untuk
memberikan bendera koncer satu warna yang berukuran lebih besar
dibandingkan bendera tanda bunyi. Bendera koncer satu warna (hijau) ini
sebagai pertanda bahwa burung tersebut sudah mendapat nilai 42.


Burung yang gacor (bunyi terus) dan
bunyinya makin lama semakin bagus, nilainya dapat ditambah, tetapi harus
menunggu burung itu berbunyi sampai empat kali berturut-turut. Apabila
telah layak nilainya dinaikkan, bendera koncer satu warna dicabut,
diganti bendera koncer dua warna (hijau di bagian bawah dan kuning di
atasnya). Bendera ini berarti nilainya naik menjadi 42,5. Untuk menambah
bendera dua warna menjadi tiga warna (merah, kuning, hijau) yang
berarti jumlah nilainya 43, tidak bisa diputuskan oleh seorang juri
penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai berikut :


* Burung telah berbunyi
sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut dan semua unsur suara
yang masuk dalam kategori penilaian harus terpenuhi. Bunyinya tanpa
salah dan pembagiannya pas, hal ini menyangkut aspek suara depan,
tengah, dan ujung.

* Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri agar ikut mendengarkan suaranya.

* Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.


Apabila burung bersangkutan layak
dinaikkan nilainya, koordinator juri segera memerintahkan petugas untuk
mencabut bendera koncer dua warna dan menggantinya dengan bendera koncer
tiga warna (hijau, kuning, biru). Dengan demikian nilainya menjadi 43.


Bendera koncer bisa ditambahkan menjadi
empat warna, asalkan kualitas burung masih layak untuk diberi nilai
lebih tinggi. Bendera koncer empat warna (putih, merah, kuning, dan
hijau) dilengkapi dengan gombyok kecil pada bagian atasnya. Bendera ini
menandakan total nilai yang diraih 43,5. Pemberian bendera empat warna
berikut gombyok kecil melalui prosedur sebagai berikut :


* Burung telah delapan kali manggung berturut-turut tanpa salah dan memenuhi syarat keindahan.

* Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan) juri.

* Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan ketua juri.


Bendera lima warna merupakan bendera
empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dengan gombyok besar.
Burung yang mendapat bendera ini berarti memperoleh nilai 44. Burung
dengan kualitas yang pas-pasan sulit memperoleh bendera lima warna.
Untuk mendapatkan bendera ini, burung harus memenuhi syarat yaitu ;
gacor 10 kali berturut-turut tanpa salah dan disetujui oleh seorang juri
dan dua orang koordinator.


Bendera koncer lima warna dengan gombyok
besar dua warna di bagian atas hanya bisa diraih oleh burung yang sudah
lolos dengan meraih bendera lima warna dengan gombyok besar satu warna.
Bendera koncer lima waran dengan gombyok besar dua warna diberikan bila
jumlah nilai yang diperoleh 44,5. Bendera ini hanya akan diraih oleh
beberapa ekor burung saja, terutama di babak ketiga atau di babak
keempat saja. Bendera lima warna plus ini bisa diraih bila; burung
berbunyi sepuluh kali berturut-turut tanpa salah dan diusulkan oleh
koordinator juri serta ketua dewan juri menyertakan tanda tangannya
sebagai pengesahan.


Bendera yang paling istimewa adalah
bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna dan satu bola
ping pong di atasnya. Burung yang mendapat bendera ini benar-benar
istimewa karena mempunyai nilai bulat 45. Pemberian total nilai 45 ini
sangat jarang terjadi sebab bendera istimewa ini hanya diberikan untuk
burung yang sudah lolos meraih nilai 44,5. Nilai tertinggi ini masih
layak naik setengah poin lagi sehingga menjadi 45. Masing-masing unsur
penilaian, yaitu suara depan, tengah, ujung, kualitas suara, dan
iramanya, memperoleh nilai 9 (nilai maksimal). Apabila dalam perhitungan
terakhir terjadi nilai draw (sama), misalnya sama-sama bernilai 44,
tugas para perumus yang berhak menentukan juaranya. Berdasarkan
peraturan P3SI, pemenangnya adalah burung yang memiliki backing nilai
tambah dibandingkan lawannya. Misalnya, burung A pernah menyabet nilai
44,5 di babak kedua, sedangkan di babak lainnya kurang dari angka
tersebut. Adapun burung B tidak pernah menyabet nilai setinggi itu
selama 4 babak lomba. Walaupun total nilai empat babak dibagi rata
jumlahnya sama (44), burung A ditetapkan sebagai juaranya.



8. TANDA-TANDA PENGHARGAAN





Pemenang dalam konkurs berhak mendapat
tanda penghargaan yang berupa piala/trophy, medali, dan piagam
penghargaan. Tanda-tanda penghargaan bagi tiap jenjang konkurs dibedakan
sebagai berikut :


* Untuk Konkurs Nasional, sebuah
piala/trophy bergilir dan 30 buah piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya
5 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2
gram. Piagam pemenang dari pengurus pusat P3SI.

* Untuk Konkurs Besar, sebuah piala bergilir dan 30 piala/trophy tetap.
Sekurang-kurangnya 3 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5
gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus Korwil P3SI
setempat.

* Untuk Konkurs Regional, 30 puluh buah piala/trophy tetap. Piagam pemenang dari pengurus Korda P3SI setempat.

* Untuk Konkurs Lokal, Piala/Trophy atau hadiah lainnya yang dapat
diatur menurut kemampuan dan kondisi Korda/Sub-Korda P3SI setempat.
Piagam penghargaan dan pengurus Korda P3SI setempat.



9. MENANGKAR PERKUTUT DI SANGKAR:



i. Keuntungan



Lazimnya perkutut diternakkan di dalam
kandang. Kandang untuk beternak perkutut umumnya berdinding kawat dan
berkerangka kayu atau besi. Sekecil apa pun kandang—lebar 60 cm, panjang
90 cm, dan tinggi  180 cm dianggap ukuran kecil — selalu didirikan di
atas tanah dan berlantai tanah.


Rupanya untuk beternak perkutut tidak
melulu harus dengan kandang seperti itu. Setidaknya telah ada yang
berhasil beternak perkutut tanpa menggunakan kandang seperti itu.
Kandang yang digunakan beternak lebih tepat disebut sangkar karena
memang berupa kurungan atau sangkar gantung dengan jeruji dari bambu.
Meskipun demikian, penempatan sangkar ini tidak digantung bebas sehingga
bisa berayun-ayun. Sangkar gantung ini dipasang menempel pada dinding.
Dengan demikian, tempat beternak perkutut ini tidak beralaskan tanah.
Ukuran sangkar gantung yarig digunakan relatif sangat kecil, yaitu
panjang dan lebar sekitar m dengan tinggi 60 cm.


Anggapan sementara orang bahwa perkutut
hanya bisa berkembang biak di dalam kandang berlantai tanah ternyata
tidak benar. Di dalam sangkar kecil yang bisa dengan mudah dipindahkan
pun, perkutut bisa berkembang biak. Rupanya burung yang tidak bisa
jinak—selalu ketakutan jika didekati dan tidak mau kembali ke kandang
jika lepas—ini justru sangat mudah dikembangbiakkan.


Keberhasilan menangkarkan perkutut di
dalam sangkar tentunya sangat menggemhirakan bagi mereka yang ingin
belajar beternak perkutut. Digantikannya peran kandang permanen oleh
sangkar yang mudah dipindah tempat membuat usaha beternak perkutut tidak
lagi melulu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki lahan luas.
Selama suatu tempat masih bisa dijangkau oleh sinar matahari maka di
situ bisa digunakan sebagai tempat meletakkan sangkar penangkaran.


Selain menghemat tempat, menangkarkan
perkutut di dalam sangkar juga memiliki manfaat lain, misalnya perkutut
jarang terserang cacing. Serangan cacing umumnya terjadi pada perkutut
yang diternakkan di dalam kandang dengan alas tanah dan kurang terjaga
kebersihannya. Dalam kandang beralaskan tanah, perkutut sering memakan
pakan yang telah jatuh. Hal ini memudahkan cacing masuk ke tubuh
perkutut.


Anak perkutut hasil penangkaran dari
sangkar relatif lebih jinak dibanding perkutut hasil penangkaran dari
kandang. Anak-anak burung menjadi terbiasa dengan tempat yang sempit dan
juga terbiasa berdekatan dengan berbagai aktivitas manusia. Dengan
demikian, perkutut menjadi tidak begitu liar. Perkutut yang berperilaku
liar selalu terbang ketakutan jika didekati oleh manusia atau melihat
sesuatu yang asing baginya. Jika terus-terusan ketakutan umumnya
sayapnya terluka. Meskipun tidak menyebabkan kematian, luka pada sayap
sulit sembuh. Ini jarang terjadi pada anak perkutut hasil ternak dalam
sangkar kecil.


Apabila disimpulkan, keuntungan
menangkarkan perkutut di dalam sangkar dibandingkan di dalam kandang,
dapat dilihat sebagai berikut:


Menangkar di sangkar gantung


•f    Hanya memerlukan tempat yang kecil atau dapat dilakukan di tempat yang kecil, asal terkena sinar matahari


•    Perkutut jarang terkena cacingan


•    Anak yang dihasilkan lebih jinak


Menangkar di kandang penangkaran


•    Memerlukan tempat yang luas


•   Perkutut dapat terserang cacingan


•   Anak perkutut yang dihasilkan masih liar.


ii. Memilih Indukan






Keturunan
yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk
yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti
ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin.
Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut
dipahami oleh peternak.


A.    Memilih Jantan dan Betina


Kemampuan membedakan jenis kelamin
perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi peternak yang sudah
berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan jenis kelamin
perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat segera
ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini
hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan
fisik, kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap
ditangkarkan. Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang
telah dewasa.


1.     Ciri-ciri perkutut jantan



Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan
perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti
diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut
betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit
yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya
menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialah pupur (bulu putih
keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor
panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat
lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut
jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini
agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar
daripada perkutut betina.


Perkutut jantan juga bisa ditandai dari
perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin, perkutut jantan akan
menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan dengan betina,
yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor betina.


2.     Ciri-ciri perkutut betina


Perkutut betina memiliki raut wajah sayu.
Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis sehingga sorot matanya
terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Selain itu, pupur tidak
lebih dari separuh bagian kepala (sehingga warna bulu kepalanya
terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh lurus, serta ekor
pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya tampak lebih
kecil daripada perkutut jantan.



B.    Memilih Induk yang Bersuara Bagus


Bagi awam yang belum pernah memelihara
perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap sama. Sepintas lalu memang
demikian. Namun, jika didengar dengan seksama, setiap perkutut ternyata
memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut lainnya.


Bagi yang sudah terbiasa memperhatikan
suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut dapat dengan mudah
diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut, pasci bisa
menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutuc yang
dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan
suara perkutut memang beragam.


Ragam suara perkutut dapat didengar pada
suara depan, suara tengah, dan suara belakang. Ragam suara juga dapat
diketahui melalui kejelasan jeda antara suara depan, tengah, dan
belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara; serta
kestabilan suara.


Mereka yang telinganya sudah terlatih
mendengarkan suara perkutut akan mengatakan, “Tidak ada perkutut yang
bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”


Suara perkutut yang didengar oleh telinga
manusia jika disederhanakan menjadi tulisan, kira-kira terbaca
“Hur…ketek…kuk”. Ada juga   yang   berbunyi   “Wao…ketek…kung”   atau  
“Klao/kleo… ketek…kung”.


Suara hur, wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.


Suara ketek disebut suara
tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah
kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali
kalau berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah
kali terdengar “Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar
“Hur…ketek-ketek…kuk”.


Suara kuk atau kung disebut suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada yang panjang berdengung, dan sebagainya.


Induk yang dipilih, baik jantan atau
betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara yang bagus. Suara
perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.


1) Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.





2) Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.





3) Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.





4) Memiliki jeda yang jelas antara suara  depan,  tengah,  dan belakang.





5) Antara satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.





6) Suara terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.





7) Memperdengarkan  suara  yang  stabil,   tidak   terpengaruh  oleh perubahan suasana lingkungan.


Jika seekor perkutut dapat
memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu, burung
tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat
memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu
memenuhi kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga
dengan keturunannya.


Meskipun tidak 100% suara induk
diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap mendengarkan suara induk
sebelum membeli keturunannya.  Paling  tidak  induk  yang  bersuara 
bagus juga  akan mengangkat harga keturunannya.


C.    Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan


Keturunan perkutut yang bersuara bagus
selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak selalu mencari induk
berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang berkualitas ini
umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu juara dalam
konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan darah
dengan perkutut-perkutut juara.


Hubungan darah, garis keturunan, atau
silsilah inilah yang perlu diketahui oleh peternak. Meskipun suaranya
tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih sebagai induk jika
memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya hubungan darah ini
membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan keturunan
bersuara bagus.


Meskipun belum bisa diungkap secara
ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke keturunannya. Perkutut yang
menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang kualitasnya prima.
Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada yang mengetahuinya.


Induk yang berkualitas memang tidak
selalu menghasilkan anak yang berkualitas. Adakalanya keturunan yang
baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan beberapa keturunan.
Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi semakin
mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas
inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.


Dengan mengetahui garis keturunan atau
silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan atau paling tidak
mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan menghasilkan keturunan
yang berkualitas.



D.   Jangan Memilih yang Cacat Fisik


Secara fisik, perkutut yang akan
dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan dengan cermat,
cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk berada
di sangkar penangkaran.


Mata buta, kelopak mata tidak simetris,
kelopak mata tidak menutup sempurna, dan jari kaki putus merupakan cacat
fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat sepintas, cacat fisik
seperti ini akan ketahuan.


Lain halnya jika cacat fisiknya adalah
pincang, sayap terkulai, atau tulang dada bengkok. Cacat seperti ini
memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk mengetahuinya. Perkutut
yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena itu, perlu diamati
pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada saat
perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang
normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan
jika dada perkutut diraba dengan jari.


E.    Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam


Sekarang ini perkutut peliharaan yang
berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit daripada yang berasal dari
hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil tangkapan dari alam
suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada penjual burung
yang menjual perkutut tangkapan dari alam.


Meskipun harganya sangat murah, untuk
tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan sekali-kali memilih perkutut
tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil tangkapan memiliki
perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit berkembang
biak.


Lebih baik jika memilih burung hasil
penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih terbiasa dengan manusia
dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh karena itu, tidak
menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam sangkar kecil.


iii. Menyiapkan Penangkaran



Sangkar
gantung untuk beternak perkutut harus dikondisikan supaya bisa
digunakan untuk berkembang biak. Sangkar ini harus ditempatkan dengan
cara yang benar dan harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan
pendukung agar bisa berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Uraian
berikut ini akan menguraikan lebih rinci tentang sangkar dan
perlengkapan pendukung yang harus ada serta cara penempatannya.


A.    Bahan, Bentuk, dan Ukuran Sangkar


Sangkar dengan kerangka terbuat dari kayu
dan jeruji dari bambu sesuai untuk beternak perkutut. Sangkar seperti
ini relatif ringan sehingga tidak merepotkan dalam penempatan.


Di pasar burung, sangkar seperti ini
dijual dalam berbagai bentuk dan ukuran. Untuk beternak perkutut,
sebaiknya dipilih yang berbentuk kotak meninggi dengan ukuran minimum
panjang dan lebar sekitar 45 cm dan tinggi sekitar 60 cm. Sangkar
seukuran ini digunakan untuk mengembangbiakkan sepasang perkutut. Jadi,
satu sangkar hanya diisi sepasang perkutut.


Usahakan tidak memilih sangkar yang
berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran tersebut. Sangkar
yang terlalu kecil akan merusak bulu induk perkutut. Jika sangkar
terlalu besar, induk atau anak perkutut sulit ditangkap karena jangkauan
tangan yang terhatas. Jarak antarjeruji sangkar jangan sampai lehih
dari 1,5 cm, semakin rapat semakin haik. Jarak antarjeruji yang rapat
membuat kepala perkutut tidak bisa dijulurkan keluar sangkar.
Dikhawatirkan leher perkutut terjepit jeruji jika kepalanya bisa
dijulurkan keluar sangkar.


Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya
sangkar memiliki dua pintu. Pintu pertama terletak pada sisi samping
sangkar sebelah bawah, sedangkan yang kedua pada sisi samping sebelah
atas. Pintu pertama digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan wadah
pakan dan wadah minum. Pintu kedua digunakan untuk memasang sarang dan
mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Umumnya,
sangkar yang dijual di pasar burung hanya memiliki satu pintu, berada di
sisi samping sangkar sebelah bawah. Sangkar seperti ini bisa digunakan,
tetapi agak merepotkan untuk mengontrol telur atau anak perkutut yang
belum bisa terbang. Untuk itu, perlu dibuatkan satu pintu lagi. Ukuran
pintu tidak perlu terlalu luas, asal cukup dimasuki wadah sarang.



B.    Perlengkapan Sangkar dan Penempatannya


Perlengkapan yang harus ada di dalam
sangkar meliputi wadah pakan, wadah minum, tengggeran, wadah sarang
berikut bahan sarang, penampung kotoran, dan atap. Semua perlengkapan
ini harus ditata dengan benar supaya mudah dikelola.


1.  Wadah pakan dan wadah minum


Wadah pakan dan wadah minum banyak dijual
di pasar burung. Wadah ini dijual dalam berbagai ukuran dan umumnya
terbuat dari plastik. Untuk perkutut, dipilih wadah yang berdiameter
sekitar 6 cm dan kedalaman juga 6 cm.


Wadah pakan dan wadah minum ini
diletakkan di sebelah kanan atau kiri pintu bagian bawah, menempel pada
jeruji sangkar, Wadah pakan ditempaekan paling dekat dengan pintu. Kedua
wadah ini


diusahakan tidak saling berimpitan,
diberi jarak sekitar 5 cm. Snpaya tidak bergeser atau terbalik, wadah
ini bisa dikaitkan pada jeruji sangkar dengan menggunakan lidi atau
kawat. Supaya pakan atau air minum tidak kemasukan air hujan, dinding
sangkar tempat wadah pakan dan wadah minum menempel ditutup dengan
plastik bening yang tebal.


2.     Tenggeran


Tenggeran diperlukan sebagai tempat
beristirahat. Akan lebih baik jika tenggeran ini terbuat dari ranting
kayu asam. Jika sulit mendapatkan ranting asam, kayu bangunan juga bisa
dimanfaatkan. Ranting untuk tenggeran sebaiknya dipilih yang lurus
dengan diameter sekitar 2,5 cm. Ranting ini tidak perlu dibuang
kulitnya. Kulit ranting yang kasar membuat perkutut tidak mudah
terpeleset, terutama saat kawin.


Satu sangkar diberi dua tenggeran. Kedua
tenggeran ini diletakkan sejajar. Satu diletakkan di bawah, kira-kira
setinggi sepertiga tinggi sangkar. Satunya lagi di atasnya, kira-kira
setinggi dua pertiga tinggi sangkar. Tenggeran yang di sebelah atas
letaknya didekatkan ke dinding belakang sangkar, kira-kira 15 cm dari
dinding belakang. Peletakan tenggeran dibuat seperti ini agar perkutut
tetap bisa mengepakkan sayap tanpa membentur tenggeran di atasnya.


3.     Wadah dan bahan sarang


Wadah sarang untuk perkutut banyak dijual
di pasar burung. Wadah ini juga bisa dibuat sendiri. Bahannya bisa dari
plastik bekas kemasan sabun atau bahan lainnya asal mempunyai ruangan
cekung untuk bahan sarang. Wadah sarang ini ditempatkan sejajar dengan
tenggeran atas, berdekatan dengan pintu atas, pada sudut sangkar, dan
tidak berada di atas wadah pakan dan wadah minum.


Wadah ini selanjutnya diisi bahan sarang.
Bahan sarang berupa daun cemara atau rerumputan yang telah kering.
Bahan sarang ini sebelumnya dibentuk menjadi semacam cekungan, sesuai
dengan wadahnya, dengan cara ditekantekan. Selanjutnya, bahan ini
dimasukkan  ke dalam  wadah jika  pasangan  perkutut di  dalam sangkar
telah melakukan perkawinan.


Dinding sangkar yang berdekatan dengan
sarang ditutup dengan bahan yang tidak tembus air dan berwarna gelap.
Penutupan sebagian dinding sangkar ini supaya sarang tidak basah oleh
hujan dan tidak tekena sinar matahari.


4.     Penampung kotoran


Penampung kotoran bisa terbuat dari
tripleks atau lembaran seng. Perlengkapan ini dipasang di bagian bawah
sangkar. Pemasangan diatur supaya bisa dengan mudah dilepas dari
sangkar.


Penampung kotoran berfungsi menampung
kotoran perkutut dan pakan yang berhamburan. Adanya perlengkapan ini
membuat ruang di bawah sangkar tetap bersih sehingga bisa digunakan
untuk keperluan lain tanpa khawatir kejatuhan kotoran perkutut.


5.     Atap


Meskipun telah tertutup jeruji, sisi atas
sangkar perlu ditutup lagi dengan bahan yang tidak tembus air dan
cahaya. Bahan yang digunakan dipilih yang tidak menyerap dan menghantar
panas terlalu tinggi. Jangan menggunakan seng karena bahan ini sangat
mudah menyerap dan menghantarkan panas dari matahari. Panas berlebihan
yang diserap dan dihantarkan oleh atap ke dalam sangkar sangat
mengganggu kenyamanan perkutut. Panas yang berlebihan juga bisa
menyebabkan telur tidak bisa menetas.


Contoh bahan yang baik untuk atap sangkar
ialah tripleks dan kardus bekas. Kedua bahan ini bisa digunakan
bersamaan. Mulanya bagian atas sangkar ditutup tripleks, lalu di atasnya
diberi kardus bekas yang tebal. Karena kedua bahan ini bisa hancur oleh
air hujan, di atasnya perlu ditutup lagi dengan plastik yang agak
tebal. Dengan atap seperti ini suasana di dalam sangkar tidak terlalu
panas jika matahari bersinar kuat dan tidak kemasukan air ketika hujan.



C.    Penempatan Sangkar


Sangkar untuk beternak perkutut
ditempatkan di dinding dengan cara dikaitkan atau diberi penyangga.
Dengan penempatan seperti ini, sangkar tidak akan bergoyang jika terkena
angin atau tersentuh, baik disengaja atau tidak. Sangkar yang sering
bergoyang, terutama dengan goncangan yang mengejutkan, akan membuat
perkutut merasa terganggu. Jika goncangan yang mengejutkan sering
terjadi pada saat perkutut sedang mengerami telur, kemungkinan telur
tidak menetas menjadi semakin besar.


Dinding tempat sangkar ditempelkan harus
tidak beratap dan dijangkau oleh sinar matahari. Kondisi seperti ini
memungkinkan sangkar selalu dihembus oleh udara segar dan dihangati oleh
sinar matahari. Perkutut memang menuntut adanya udara segar dan sinar
matahari yang menyinari langsung ke tubuhnya minimum dua jam sehari.
Tanpa sinar matahari perkembangbiakan perkutut tidak akan normal dan
sering terjadi gangguan pertumbuhan tulang serta menurunnya kualitas
suara.


Mengingat sinar matahari mutlak
diperlukan oleh perkutut maka akan sangat baik jika sangkar ditempel
pada dinding yang meng-hadap ke timur. Dengan penempatan seperti ini,
perkutut akan selalu mendapat sinar matahari pada pagi hingga tengah
hari. Meskipun demikian, dinding yang menghadap ke utara, selatan, dan
barat tetap bisa digunakan untuk menempel sangkar sepanjang sinar
matahari masih bisa menjangkaunya.


Penempatan sangkar sebaiknya tidak
terlalu tinggi, sebatas masih bisa dijangkau tangan tanpa menggunakan
pijakan. Sangkar yang ditempel pada dinding yang terlalu tinggi akan
merepotkan dalam pengelolaannya. Jika hanya satu, mungkin tidak terlalu
menjadi ma-salah. Namun, jika jumlah sangkarnya banyak, akan sangat
melelahkan dalam mengurusnya.


Jika jumlah sangkar lebih dari satu,
penempatannya bisa secara bersusun. Susunan sangkar sebaiknya tidak
lebih dari tiga. Sangkar paling bawah minimum berjarak 100 cm dari tanah
agar pada saat hujan percikan air dari tanah tidak masuk ke dalam
sangkar. Sisi kiri dan kanan sangkar sebaiknya diberi jarak, minimal
selebar sangkar, agar pasangan perkutut dalam satu sangkar tidak
diganggu atau mengganggu pasangan lain dalam sangkar di sebelahnya.



iv. Menjodohkan Perkutut



Apabila
sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak
ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling
sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap
awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika
terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut
yang akan menjawabnya.


A.    Membeli Pasangan yang Telah Jodoh


Banyak peternak perkutut yang mencampur
beberapa anakan perkutut dalam satu sangkar sebelum burung-burung
tersebut dijual. Setelah berumur enam bulan atau lebih, anak perkutut
ini mulai menampakkan tanda-tanda dewasa kelamin. Perkutut jantan mulai
mencari pasangan dengan mengeluarkan bunyi sambil mengangguk-anggukkan
kepala. Betina yang tertarik akan mendekat. Keduanya lalu saling
mendekatkan kepala. Perkutut jantan lalu membuka paruh untuk memberi
makanan kepada perkutut betina.


Untuk peternak pemula, bisa memanfaatkan
tanda-tanda seperti ini dalam memilih pasangan perkutut. Jika ada
sepasang perkutut telah menampakkan tanda-tanda seperti ini, berarti
keduanya telah jodoh dan siap berkembang biak. Jika berniat membelinya,
segera saja perkutut yang menampakkan tanda-tanda seperti ini disemprot
dengan air hingga basah, lalu ditangkap. Jika tidak ditandai dengan air,
akan sangat membingungkan dalam menangkapnya. Setelah berjodoh, segera
pasangan tersebut dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan. Selama
beberapa hari pasangan burung ini akan beradaptasi dengan tempat yang
baru. Setelah beradaptasi, pasangan ini akan menampakkan tanda-tanda
awal perkembangbiakan.


Biasanya peternak perkutut yang menjual
hasil ternakannya juga menyediakan pasangan perkutut yang sudah jodoh.
Bisa saja kita membeli pasangan perkutut seperti ini dari peternak.
Pasangan seperti ini bisa langsung dimasukkan ke sangkar
perkembangbiakan.


Bagi peternak pemula, membeli pasangan
yang sudah jodoh memang sangat menguntungkan. Tak perlu lagi repot-repot
menjodohkan perkutut. Pasangan yang sudah jodoh bisa langsung
dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan.


Cara memilih pasangan yang sudah berjodoh
seperti di atas juga memiliki kekurangan. Peternak tidak bisa
bereksperimen menjodohkan perkutut sesuai dengan keinginannya.
Penjodohan semata-mata tergantung pada perkutut tersebut dalam memilih
pasangan. Dengan demikian, kualitas suara keturunannya juga semakin
tidak bisa diprediksi. .Namun, bagaimanapun juga cara ini bisa dicoba
oleh pemula. Dalam beternak perkutut, tidak mungkin seorang peternak
pemula bisa langsung mencetak burung berkualitas tanpa harus belajar
terlebih dahulu. Inilah bagian dari proses belajar itu.


B.    Menjodohkan Sepasang Perkutut


Adakalanya sepasang perkutut langsung
kawin ketika disatukan dalam satu sangkar. Namun, tidak jarang pula
sepasang perkutut yang telah lama dijodohkan tidak mau lekas kawin.
Bahkan, sepasang perkutut yang kelihatannya saling tertarik ketika
dicampur malah berkelahi.


Ketidakcocokan pasangan perkutut umumnya
ditandai dengan betina yang tidak mau menerima pejantan. Perkutut betina
selalu menghindar ketika didekati pejantan. Akibatnya, perkutut jantan
selalu mengejarnya. Tidak jarang betina yang tidak mau menerima pejantan
selalu dikejar-kejar dan dipatuki. Jika terus dibiarkan, perkutut
betina akan mengalami luka, bahkan mati.


Hal seperti di atas hanya merupakan
gambaran bahwa menjodohkan perkutut kadang-kadang tidak semudah atau
mungkin juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Seberapa mudah atau
sulitnya menjodohkan perkutut ada baiknya jika dicoba terlebih dahulu.


1.     Menjodohkan satu jantan dengan satu betina


Apabila  ingin  mengawali   beternak 
hanya  dengan  sepasang perkutut, cara ini bisa dipilih.  Cara
penjodohan yang satu ini juga


memungkinkan peternak melakukan
eksperimen untuk menghasilkan anak-anak perkutut yang berkualitas dengan
cara menjodohkan induk-induk yang berkualitas.


Untuk menjodohkan seekor perkutut jantan
dan betina, langkah pertama tentunya membeli calon induk jantan dan
betina. Ada baiknya jika keduanya dibeli tidak dari peternak yang sama.
Jika dibeli dari peternak yang sama, ada kemungkinan akan terjadi
perkawinan antarsaudara.


Sebaiknya dipilih perkutut yang masih
muda, umurnya tidak lebih dari tiga bulan. Sepasang perkutut yang masih
muda ini selanjutnya dimasukkan dalam sangkar yang berbeda. Sangkarnya
cukup dilengkapi dengan tenggeran, wadah pakan, wadah minum, dan
penampung kotoran. Kedua sangkarnya setiap hari harus saling didekatkan,
baik ketika sedang dijemur atau sudah ditempatkan di tempat teduh,
supaya kedua perkutut bisa saling melihat.


Selama kurang lebih tiga bulan, kedua
burung akan saling berinteraksi. Jika perkutut jantan berbunyi, perkutut
betina akan menyahutnya. Selanjutnya, perkutut jantan akan berusaha
menarik perhatian betina dengan suara dan anggukan kepala. Jika ada
reaksi— seakan-akan ingin keluar dari sangkar dan mendekati perkutut
jantan—dari perkutut betina, berarti ada kemajuan dalam penjodohan.


Pasangan yang sudah menampakkan perilaku
seperti itu bisa dicampur dalam satu sangkar. Beberapa saat setelah
dicampur pasangan ini harus dipantau. Jika keduanya tidak menampakkan
tanda-tanda saling bermusuhan, kemungkinan besar keduanya telah jodoh.
Perilaku seksual buriing jantan menjadi sangat jelas jika keduanya telah
jodoh. Percumbuan antara sepasang burung ini biasanya diakhiri dengan
perkawinan. Dalam sehari bisa terjadi perkawinan berulang-ulang.
Perilaku seksual perkutut mudah diamati ketika burung tersebut sedang
dijemur.


Jika ada tanda-tanda perkutut jantan
berusaha mengawini perkutut betina, keduanya bisa segera dipindah ke
sangkar perkembangbiakan. Sebelumnya sangkar perkembangbiakan harus
sudah diisi dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.


Apabila setelah dicampur perkutut jantan
terlihat mematuki perkutut betina, keduanya harus segera dipisah.
Kemungkinan perkutut betina belum siap kawin atau pejantannya memang
galak. Jika terus disatukan, perkutut betina akan terluka, bahkan bisa
mati. Satu bulan kemudian, keduanya bisa disatukan lagi. Jika perkutut
jantan masih menyerangnya, berarti keduanya memang tidak jodoh. Kedua
perkutut ini harus dipasangkan dengan perkutut lain. Burung lain yang
akan dipasangkan dengan burung ini kalau jantan harus lebih muda dari
betina ini dan kalau betina harus lebih tua dari pejantan ini.


2.     Satu jantan bebas memilih betina


Melakukan penjodohan dengan cara ini
berarri harus membeli seekor perkutut jantan dan beberapa—paling tidak
lebih dari dua— ekor betina. Burung-burung ini disatukan dalam sangkar
berukuran panjang kira-kira 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm.
Sangkar ini cukup dilengkapi dengan wadah pakan, wadah minum, tenggeran,
dan penampung kotoran. Di dalam sangkar ini perkutut jantan akan bebas
memilih betina.


Apabila semua perkutut yang dimasukkan ke
dalam sangkar ini telah dewasa kelamin, tidak lebih dari satu bulan
sudah terbentuk pasangan yang jodoh. Betina yang mau menerima pejantan
biasanya selalu berdekatan dengan pejantan tersebut. Keduanya lalu
saling bercumbu dan melakukan perkawinan. Jika terlihat tanda-tanda
seperti ini, pasangan tersebut segera saja diambil. Betina yang tidak
terpilih dibiarkan saja berada dalam sangkar tersebut untuk dicarikan
pejantan lain.


3.     Beberapa jantan dan beberapa betina


Upaya menjodohkan perkutut juga bisa
dilakukan dengan mencampur beberapa pejantan dengan beberapa betina di
dalam satu sangkar. Jumlah jantan dan betina bisa sama atau bisa juga
tidak. Sangkar berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm
yang dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, dan
penampung kotoran bisa digunakan untuk mencampur paling banyak delapan
ekor burung.


Pasangan yang telah jodoh dapat diketahui
melalui pengamatan  terhadap perilaku burung-burung tersebut. Pasangan
yang telah jodoh segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Perkutut
yang belum jodoh dibiarkan  menghuni sangkar penjodohan  hingga 
menemukan pasangannya.


Cara penjodohan seperti ini tetap
memungkinkan adanya burung yang tidak mendapat pasangan. Burung yang
tidak mendapat pasangan bisa tetap dipelihara. Siapa tahu kelak bisa
digunakan untuk mengganti-ganti pasangan.



v. Memelihara Pasangan



Sepasang
perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan
pasangan yang siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar,
pasangan perkutut akan segera kawin dan menghasilkan keturunan.
Memelihara pasangan perkutut yang sudah jodoh hingga berkembang biak
bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan hal-hal berikut ini perkutut
dapat berkembang biak dengan normal.

A.    Kebutuhan Pakan, Air Minum, Vitamin, dan Mineral



Pakan, air, vitamin, dan mineral
merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh perkutut, baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh ataupun fungsi reproduksi. Pastikan
vitamin burung dengan memberikan BirdVit, sedangkan untuk mineral—juga bisa digunakan BirdMineral.
Dengan pemberian vitamin dan mineral itu, maka hanya dengan memberi
pakan berupa biji-bijian, perkutut yang diternakkan dalam kandang
beralas tanah sudah bisa hidup normal dan berkembang biak. Pentingnya
mineral adalah karena tempat beternak hanya berupa sangkar kecil
sehingga tidak memungkinkan perkutut mendapat tambahan mineral dari
tanah. Artinya, unsur yang satu ini perlu diberikan secara khusus. Hal
ini perlu dilakukan karena dikhawatirkan dengan mempercayakan pemenuhan
kebutuhan terhadap mineral dari pakan saja dapat memungkinkan terjadinya
defisiensi mineral. Defisiensi ini bisa mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan tubuh dan proses perkembangbiakan.

1.     Pakan yang diberikan



Perkurut merupakan burung pemakan
biji-bijian. Oleh karena itu, pakan yang diberikan juga berupa
biji-bijian. Biji milet, jewawut, ketan hitam, dan gabah bisa diberikan
kepada perkutut. Komposisinya tiga bagian milet selebihnya campuran
jewawut, ketan hitam, dan gabah dengan perbandingan sama.


Untuk meningkatkan nilai gizi, campuran
biji-bijian ini bisa dicampur dengan pakan ayam petelur dengan
perbandingan 4:1. Penambahan pakan ayam petelur dilakukan hingga
perkutut bertelur. Pada saat mengeram, cukup diberi pakan berupa
biji-bijian. Ketika telur sudah menetas, pakannya bisa ditambah pakan
untuk DOC (day old chiken, anak ayam umur sehari) dengan
perbandingan empat bagian pakan biji-bijian dan satu bagian pakan DOC.
Pakan ini diberikan selama perkutut mengasuh anak.


Pakan ini diberikan dalam jumlah tidak
terlalu banyak, kira-kira habis dimakan selama sehari. Penambahan pakan
sebaiknya tidak dilakukan ketika masih ada pakan yang tersisa. Biasanya
pakan yang tersisa merupakan pakan yang tidak disukai perkutut. Jika
ditambah dengan pakan baru, pakan yang tidak disukai tidak akan pernah
termakan. Amat sayang jika pakan yang tidak disukai ini merupakan pakan
yang nilai gizinya tinggi. Dengan tidak menambahkan pakan baru, pakan
yang tidak disukai terpaksa juga dimakan.


Pemberian pakan sebenarnya bisa tiap tiga
hari sekali. Jika ini dilakukan, kontrol terhadap kesegaran pakan harus
sangat diperhatikan. Jangan sampai ada pakan yang busuk atau berjamur
karena basah atau terkena kotoran. Pakan yang telah busuk bisa
menyebabkan burung sakit atau mati jika memakannya.


Pada. saat pemberian pakan, wadah pakan
harus dibersihkan. Jika perlu, dicuci hingga bersih. Kebersihan wadah
pakan merupakan salah satu pendukung kesehatan perkutut. Penempatan
wadah pakan harus dilakukan dengan pelan-pelan. Jangan sampai melakukan
gerakan yang mengakibatkan perkutut terkejut. Gerakan yang mengejutkan
akan membuat perkutut beterbangan menabrak-nabrak jeruji sangkar.

2.     Air minum



Air oleh perkutut hanya digunakan untuk
minum. Perkutut bukan jenis burung yang menggunakan air untuk
membersihkan tubuhnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan wadah yang
terlalu luas untuk tempat air. Air yang diberikan pun tidak perlu
terlalu banyak, asalkan cukup untuk satu hari. Sepanjang air bisa
dikonsumsi oleh manusia maka air tersebut juga bisa diberikan ke
perkutut, baik yang sudah direbus ataupun belum. Untuk air yang sudah
direbus, harus didinginkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke
perkutut.

Air untuk minum sebaiknya diganti setiap hari. Pada saat air diganti,
wadah air minum harus dibersihkan. Untuk sangkar yang ditempel agak
tinggi, penggantian air minum menjadi agak sulit. Paling tidak harus
menurunkan sangkar terlebih dahulu. Padahal, jika sangkar sering
diturunkan, perkutut menjadi sering terganggu.



Ada suatu cara untuk mengatasi hal
seperti ini. Dua buah botol plastik bekas kemasan sampo atau sejenisnya
bisa digunakan untuk mempermudah penggantian air minum dan pembersihan
wadahnya. Sebelum digunakan, botol harus bebas dari sisa-sisa dan aroma
sampo. Setelah benar-benar bersih, lubang botol dimasuki selang kecil
atau sedotan minuman. Panjang selang disesuaikan dengan ukuran botol.
Yang pasti selang yang berada diluar botol kira-kira sepanjang 20 cm.


Jika botol akan digunakan sebagai alat
untuk menuangkan air minum, selang dimasukkan hingga ke dasar botol.
Jika botol hanya digunakan sebagai sarana untuk membersihkan wadah air
minum, selang tidak perlu dimasukkan hingga ke dasar. Supaya antara
selang dan lubang botol tidak berongga, tepi lubang bisa ditutup dengan
lem plastik.


Botol yang digunakan untuk membersihkan
wadah air minum bekerja dengan cara menyedot air berikut kotoran yang
ada di dalam wadah air minum. Oleh karena itu, sebelum digunakan botol
ini harus dalam keadaan kosong dan bersih. Untuk membersihkan wadah air
minum, ujung selang dimasukkan dalam wadah tersebut. Selanjutnya botol
ditekan-tekan hingga udara yang keluar akan mengaduk-aduk air dalam
wadah minum. Air yang telah kotor bisa segera disedot ke dalam botol
dengan cara melepas tekanan pada botol. Setelah wadah air minum kosong
dan bersih bisa diisi dengan air baru dengan menggunakan botol untuk
menuangkan air. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah air minum, lalu
botol ditekan. Air akan mengalir memenuhi wadah air minum. Dengan
bantuan alat seperti ini, pembersihan wadah minum dan penggantian airnya
bisa dilakukan dengan sangat mudah tanpa harus menurunkan sangkar dari
dinding dan mengeluarkan wadah yang akan dibersihkan.


3.     Multivitamin dan mineral



Pengalaman peternak menunjukkan bahwa pemberian multivitamin, misalnya BirdVit,
untuk burung kicauan juga bisa mempertahankan daya reproduksi perkutut
tetap tinggi. Mukivitamin ini mengandung vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk reproduksi.


Di alam bebas perkutut sering memakan
batu atau kerikil yang lembut untuk membantu pencernakan. Dalam sangkar
penangkaran fungsi batu atau kerikil lembut bisa diganti batu bata.
Pecahan batu bata berukuran setengah genggaman tangan bisa diletakkan di
dasar sangkar. Perkutut akan mematuki batu bata ini untuk membantu
pencernakan sekaligus memenuhi kebutuhan akan mineral. Sebelum diberikan
ke perkutut, batu bata harus dicuci bersih, lalu direbus atau
disangrai. Dengan cara ini perkutut akan terhindar dari serangan
organisme yang kemungkinan menempel pada batu bata.

B.    Kebersihan Sangkar



Sangkar yang bersih akan menghindarkan
perkutut dari penyakit. Oleh karena itu, kebersihan sangkar harus selalu
diperhatikan. Setiap hari kotoran yang tertampung harus dibuang.
Penampungnya harus dibersihkan sebelum dikembalikan ke sangkar.
Pelepasan maupun pemasangan kembali penampung kotoran harus dilakukan
dengan pelan-pelan supaya perkutut tidak ketakutan.


Setelah penampung kotoran bersih, jeruji
pada dasar sangkar juga dibersihkan dari kotoran yang menempel. Umumnya
sangkar model sekarang jeruji pada sisi bawah bisa dilepas seperti
halnya penampung kotoran. Sangkar seperti ini mudah dibersihkan dari
kotoran tanpa mengganggu ketenangan perkutut yang ada di dalamnya.


Sangkar dibersihkan secara total ketika
anak perkutut dipisah dari induknya. Sementara sangkar dibersihkan,
induk perkutut dipindah ke sangkar lain. Semua kotoran yang menempel
pada sangkar harus dibuang. Semua perlengkapan sangkar harus bersih.
Kalau perlu, gunakan FreshAves
untuk melakukan penyemprotan agar burung bebas kutu dan jamur. Setelah
bersih, semua perlengkapan dikembalikan ke tempat semula. Bahan sarang
tidak bisa dipakai lagi untuk bertelur. Bahan sarang harus diganti
dengan yang baru untuk periode perkembangbiakan berikutnya.

C.    Mengontrol Atap dan Pelindung



Kontrol terhadap atap sangkar juga harus
dilakukan secara rutin. Jangan sampai ada atap yang bocor, terutama pada
musim bujan. Posisi pelindung sarang serta wadah pakan dan wadah minum
barus diperhatikan. Jangan sampai posisinya bergeser hingga memungkinkan
sinar matahari atau air hujan masuk ke tempat-tempat tersebut.

D.   Mengontrol Telur



Perkutut betina biasanya bertelur satu
hingga dua minggu setelah kawin. Setiap periode perkembangbiakan seekor
perkutut umumnya menghasilkan dua butir telur. Dua butir telur ini
dikeluarkan berurutan selama dua hari. Meskipun demikian, kadang-kadang
seekor perkutut hanya bertelur satu butir. Telur perkutut dierami selama
14-16 hari.


Sebaiknya tanggal keluarnya telur
dicatat. Pencatatan diperlukan untuk mengetahui kapan telur menetas.
Jika dalam waktu 14— 16 hari belum menetas, jangan terburu-buru telur
tersebut diambil. Barangkali telur tersebut memang belum saatnya
menetas. Telur baru bisa diambil, untuk dibuang, setelah melewati masa
pengeraman selama seminggu. Pengambilan telur yang sudah saatnya
menetas, tetapi belum juga menetas diperlukan supaya induk perkutut
tidak terus mengerami telur yang nyata-nyata tidak mau menetas. Selain
telur, bahan sarang juga perlu diambil.


Kadang-kadang ada perkutut jantan yang
berusaha mengawini perkutut betina yang sedang mengerami telur.
Keinginan perkutut jantan ini sering menyebabkan perkutut betina
berlarian menghindarinya. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu proses
pengeraman telur. Perkutut jantan yang berperilaku seperti ini
sebaiknya dipisah dari betinanya. Perkutut betina dibiarkan mengerami
telur tanpa pejantan.

E.    Memelihara Anak Perkutut



Apabila telur yang dierami telah menetas,
perkutut betina menjadi tidak terlalu liar. Perkutut betina menjadi
lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi anaknya. Setiap
ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.


Seminggu setelah menetas, anak perkutut
sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya sudah ditumbuhi bulu-bulu
jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif bergerak. Organ-organ
geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah. Kakinya belum
mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.


Pada umur sekitar sepuluh hari, sebaiknya
dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak perkutut. Pemasangan
dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari yang menghadap ke
depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang menghadap ke
belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti
cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin
terlambat, cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah
tumbuh besar dan kaku.


Setelah dipasangi cincin atau umur
sepuluh  hari,  anak  perkutut  bisa tetap dipercayakan ke induknya
sendiri   sepanjang   induknya tidak    menelantarkan    anak-anaknya
atau dititipkan ke puter untuk   dibesarkan.   Dengan   dititipkannya
anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat segera bertelur lagi.
Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan mengganti bahan
sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh oleh puter
hingga mampu hidup sendiri.


Umur dua minggu bulu-bulu jarum mulai
mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar dari sarang. Pada
umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di tenggeran.
Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai
bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.


Pada umur tiga minggu, anak perkutut
mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya pun semakin sempurna
menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan mengejar
induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.


Umur empat minggu anak perkutut mulai
bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain bisa terbang, anak perkutut
juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang telah berumur empat
minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).


E     Menjaga Kesehatan Induk



Sangkar, pakan, dan air minum yang selalu
terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan perkutut dari
serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih juga
terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang
kadang-kadang menyerang perkutut.

1.     Cacingan



Perkutut yang terserang cacing
menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan (seakan-akan
berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada kotorannya
dijumpai cacing.


Cacing bisa dibasmi dengan obat cacing untuk burung seperti AscariStop
yang terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung.
Obat ini diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian
obat ini bisa diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat
cacing diberikan setiap sebulan sekali.


2.     Mencret


Kondisi fisik kotoran bisa digunakan
untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan. Perkutut yang sehat
mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak (adakalanya keluarnya
kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga berkesan
seperti mencret, padahal tidak).


Mencret merupakan gangguan pencernaan
dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih atau hijau. Mencret
biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup: perkutut terlihat
lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti ini, air
minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown. Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum parah.



vi. Memanfaatkan Puter sebagai induk asuh



Anak
perkutut bisa dititipkan ke burung puter untuk dibesarkan. Dengan
demikian, induk perkutut tak perlu berlama-lama mengasuh anak. Induk
perkutut hanya mengasuh anak selama kurang lebih sepuluh hari. Waktu
yang seharusnya digunakan untuk mengasuh anak-kurang lebih hingga
anaknya berumur sebulan-bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh
setelah sekian lama mengeram. Begitu kondisinya pulih, induk perkutut
bisa segera dikawinkan dan bertelur lagi. Inilah keuntungan memanfaatkan
puter untuk mengasuh anak perkutut.


A.    Memilih Puter untuk Induk Asuh


Puter yang telah berumur _+l,5 tahun bisa
digunakan untuk membesarkan anak perkutut. Untuk keperluan ini,
diperlukan sepasang puter, jantan dan betina. Sepasang puter bisa
digunakan untuk mengasuh 2—6 ekor anak perkutut.


Sebagai induk pengganti, puter ini harus
benar-benar sehat. Puter yang sehat bisa diketahui dari perilaku dan
penampakan tubuhnya. Perilaku yang lincah dengan nafsu makan yang tinggi
menunjukkan puter tersebut sehat. Bulu puter yang sehat juga tampak
rapi dan bersih. Tak ada sama sekali bekas kotoran di sekitar kloaka.
Matanya tampak bersih dan jernih. Lubang hidung bersih dan kering.


Untuk memastikan puter benar-benar sehat,
selama satu bulan burung ini diisolasi (ditempatkan dalam sangkar dan
dijauhkan tlari perkutut). Selama masa isolasi, puter diberi obat cacing
dua kali dalain waktu dua minggu. Obat cacing khusus untuk burung bisa
pilih AscariStop yang bisa dibeli secara online dengan cara penggunaan dan pembelian bisa di-klik di sini.
Dengan cara ini puter akan terbebas dari cacing. Dengan demikian, anak
perkutut yang akan diasuhnya pun juga terhindar dari serangan cacing.


B. Menyiapkan Sangkar Puter


Puter
yang akan digunakan untuk mengasuh anak perkutut ditempatkan dalam
sangkar berjeruji bambu. Bentuk sangkar sebaiknya memanjang dengan
ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Di dalam sangkar
ini pula anak perkutut akan diasuh oleh puter. Sangkar untuk puter ini
dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, tempat sarang
berikut bahan sarangnya, serta penampung kotoran.


Wadah pakan dan wadah minum sama dengan
yang digunakan untuk perkutut. Wadah ini diletakkan di kanan dan kiri
pintu sangkar. Peletakan seperti ini akan membuat wadah terhindar dari
kotoran puter dan mudah dikeluarkan atau dimasukkan. Supaya tidak mudah
bergeser atau terbalik, wadah pakan dan air minum harus dikaitkan ke
jeruji sangkar.


Tenggeran dipasang pada ketinggian
sepertiga atau setengah tinggi sangkar dengan arah sejajar panjang
sangkar. Tenggeran sebaiknya terbuat dari kayu yang kasar (tidak licin)
sehingga puter atau anak perkutut dapat bertengger dengan baik. Ranting
asam yang masih terbungkus kulit sangat baik untuk tenggeran.


Tempat sarang untuk puter bisa dengan
mudah didapat di pasar burung. Bahan pembuatnya bisa dari bambu atau
rotan. Tempat sarang ini sebaiknya berdiameter sekitar 15 cm. Tempat
sarang diletakkan di dasar sangkar pada sudut yang paling jauh dari
pintu. Tempat sarang ini harus dilengkapi dengan bahan sarang berupa
rerumputan atau daun cemara yang sudah kering. Bahan sarang harus sudah
tersedia ketika puter mulai kawin.


Penampung kotoran dipasang pada bagian
bawah sangkar. Perlengkapan ini harus bisa dengan mudah dipasang dan
dilepas. Penampung kotoran bisa terbuat dari lembaran aluminium atau
tripleks.



C.   Meyiapkan Puter dan Memindahkan Anak Perkutut ke Sangkar Puter


Sebelum menjadi induk asuh, puter perlu dipersiapkan agar siap menerima anak perkutut.


1.     Menyiapkan puter


Puter yang sudah terpilih untuk dijadikan
induk asuh dan telah melewati masa isolasi bisa segera dimasukkan ke
sangkar. Di dalam sangkar ini puter dipersiapkan untuk menerima anak
perkutut.


a.     Dibiarkan mengerami telur


Di dalam sangkar, puter harus diusahakan bisa bertelur dan mengerami telurnya. Telur puter akan menetas setelah dua minggu Sampai umur satu bulan anak perkutut masih diasuh oleh puter


dierami. Umumnya puter mudah jodoh dan
cepat bertelur. Kurang lebih seminggu setelah kawin, puter mulai
bertelur. Dalam masa perkembangbiakan ini puter akan menerima anak
perkutut yang diletakkan di dalam sarangnya. Burung ini akan mengasuh
anak perkutut seperti anaknya sendiri.


Kurang lebih seminggu setelah mengerami
telur, puter mulai memproduksi susu tembolok. Susu tembolok ini akan
diproduksi hingga anaknya berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada masa
puter memproduksi susu tembolok, inilah saat yang tepat untuk mulai
mengasuh anak perkutut. Dengan demikian, anak perkutut akan mendapat
susu tembolok dari puter. Susu tembolok ini penting bagi anak perkutut
yang masih kecil.


Apabila puter terlalu awal bertelur
hingga telurnya diperkirakan menetas sebelum anak perkutut siap
dipindah, sebaiknya telur tersebut dimatikan dengan cara dimasukkan ke
dalam air mendidih selama +_ 1 menit. Setelah itu, telur
dikembalikan ke sarang puter. Puter akan terus mengerami telur yang
tidak akan menetas. Bisa juga telur


puter diganti dengan telur buatan,
misalnya dari batu. Dengan cara ini, susu tembolok yang diproduksi tidak
akan diberikan ke anaknya sendiri.


b.     Diberi pakan dan minum yang berkualitas


Sebelum bertelur puter diberi pakan milet, gabah, dan BirdMature kapsul. Kedua bahan pertama dicampur dengan perbandingan 2:1. Sedangkan BirdMature
diberikan ke dalam air minum. Dengan pakan seperti ini, diharapkan
puter dapat bertelur dengan baik. Untuk mempertinggi daya reproduksi,
multivitamin seperti BirdVit tetap perlu diberikan.


Setelah mengerami telur dan siap dititipi
anak perkutut, pakannya sedikit diubah. Pakan ayam petelur diganti
dengan pakan untuk DOC, sedangkan gabah tidak perlu diberikan (.3 bagian
milet : 1 bagian pakan DOC). Dengan pakan seperti ini, perkembangan
tubuh anak perkutut yang diasuhnya diharapkan bisa semakin baik.


2.     Memindah anak perkutut ke sarang puter


Anak perkutut bisa dipindah ke sarang
puter setelah berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada umur ini, gerakan
anak perkutut tidak begitu aktif. Seluruh kebutuhan hidupnya masih
tergantung pada induknya. .Bulu tubuhnya masih berupa bulu jarum yang
belum mengembang sempurna. Oleh karena itu, selain makan, anak burung
ini masih membutuhkan kehangatan tubuh dari induknya. Dua kebutuhan
hidup ini akan dipenuhi oleh puter.


Sebelum anak perkutut dipindah ke sarang
puter, telur puter yang ada di dalamnya harus diambil. Jangan lupa,
sebelum dipindahkan, kaki anak perkutut dipasangi cincin. Begitu berada
di sarang puter, anak perkutut akan dipelihara oleh puter seperti
anaknya sendiri. Ketika temboloknya kosong dan mencicit (suara anak
perkutut yang kelaparan), puter akan segera memberi makan. Paruh puter
akan dibuka dan didekatkan ke paruh anak perkutut. Pada saat yang
bersamaan, puter rriemuntahkan kembali makanan yang ada di dalam
tembolok ke rongga mulut. Selanjutnya, paruh anak perkutut akan masuk ke
rongga mulut puter untuk mengambil makanan.


Kurang lebih mendekati umur sebulan sejak
menetas dari telur atau tiga minggu setelah diasuh puter, anak perkutut
mulai belajar makan sendiri. Anak burung ini mulai mematuk-matuk
butiran pakan, tetapi masih kesulitan untuk menelannya. Lama-kelamaan
butiran biji bisa ditelan dengan mudah. Ketika sudah mampu makan
sendiri, anak perkutut bisa dipisah dari puter.


D.   Merawat Induk Perkutut yang Anaknya Telah Diambil


Induk perkutut yang anaknya telah
dititipkan ke puter perlu diberi perawatan ekstra. Sehari setelah
anaknya diambil, kedua induk perkutut, baik jantan maupun betina, diberi
kacang hijau sebanyak sepuluh butir setiap ekor. Sebelumnya, kacang
hijau direbus set’engah matang. Butiran kacang hijau ini dimasukkan ke
dalam mulut perkutut hingga tertelan. Pemberian kacang hijau dilakukan
setiap hari selama seminggu.


Selain kacang hijau, induk perkutut juga diberi BirdVit dan BirdMineral.
Berikan minuman yang ke dalamnya dimasukkan BirdVit dan pada
pakan/biji-bijian diberikan BirdMineral. BirdVit bisa diberikan sepekan
tiga kali sedangkan BirdMineral sepekan sekali. BirdMineral adalah mineral burung.


Perawatan ekstra ini diberikan untuk
mempertahankan kondisi induk perkutut agar tetap prima. Tanpa perlakuan
ini dikhawatirkan kondisi induk akan memburuk karena frekuensi
reproduksinya diperpendek. Tanpa campur tangan manusia, perkutut hanya
bertelur satu atau dua kali dalam setahun. Di tempat penangkaran,
perkutut bisa bertelur 6—10 kali dalam setahun. Peningkatan produksi ini
tentunya berpengaruh buruk terhadap kesehatan induk.



vii. Menyapih anakan perkutut




Anak perkutut berusia sekitar seminggu



Setelah diasuh puter selama kurang lebih
1,5 bulan, anak perkutut telah mampu  makan sendiri.  Pada umur inilah, 
anak perkutut bisa disapih. Selanjutnya, anak perkutut tidak tergantung
pada induk asuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


A.   Sangkar untuk Menyapih


Untuk menyapih anak perkutut, diperlukan
sangkar dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, tinggi 40 cm, dan lebar 40
cm (pada prinsipnya semakin besar ukuran sangkar akan semakin baik).
Sangkar seukuran ini bisa digunakan untuk menampung sekitar 10 ekor anak
perkutut. Di dalam sangkar penyapihan ini, anak perkutut akan melatih
otot-otot tubuhnya, terutama otot terbang. Di dalam sangkar ini pula,
anak-anak perkutut mulai belajar bersuara.


Sangkar penyapihan perlu dilengkapi
dengan tenggeran, tempat pakan dan air minum, penampung kotoran, serta
lampu listrik berkekuatan sekitar 10 watt. Lampu listrik dipasang
menempel pada atap sangkar. Lampu ini bcrfungsi sebagai penghangat pada
malam hari atau pada saat udara dingin. Oleh karena itu, lampu ini hanya
dinyalakan pada malam hari atau pada saat udara dingin. Lampu listrik
tidak diperlukan lagi ketika anak perkutut telah berumur empat bulan
atau lebih.


B.    Penempatan Sangkar Penyapihan


Sangkar penyapihan diletakkan di tempat
yang beratap sehingga tidak terkena air ketika hujan. Setiap hari
sangkar berikut anak perkutut di dalamnya harus dijemur di bawah sinar
matahari minimal dua jam. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari,
sekitar pukul 07.00-09.00.


Selama sangkar dijemur, dilakukan juga
pembersihan terhadap tempat pakan dan air minum serta penampung kotoran.
Sisa pakan hari kemarin sebaiknya dibuang dan diganti dengan pakan yang
baru, demikian juga air minumnya.


Pada malam hari atau pada saat suhu udara
terasa dingin, lampu dalam sangkar dinyalakan. Lampu yang menyala akan
membuat udara di dalam sangkar menjadi hangat. Udara yang hangat sangat
diperlukan oleh anak perkutut mengingat bulu-bulunya belum tumbuh
sempurna dan belum mampu menghadapi perbedaan cuaca


yang ekstrem. Panas dari lampu ini akan membantu anak perkutut menghadapi dinginnya udara malam dan cuaca yang buruk.


C.    Pakan untuk Anak yang Disapih


Anak perkutut yang baru disapih diberi
pakan milet. Biji-bijian berukuran agat besar seperti gabah dan ketan
hitam tidak perlu diberikan. Milet yang diberikan harus bersih dan
benar-benar bernas.


Untuk menjamin kebersihan, sebelum
diberikan, milet dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan di bawah
sinar matahari. Pencucian juga bisa digunakan untuk menyeleksi milet
yang benar-benar bernas. Milet yang bernas tenggelam di dalam air,
sedangkan yang kosong akan mengambang. Milet yang mengambang inilah yang
harus dibuang.


Jika anakan perkutut yang disapih lebih
dari dua, ukuran tempat pakan harus agak besar, lebih dari 7 cm. Dengan
tempat pakan yang agak besar, anakan perkutut tidak akan berebut tempat
sewaktu makan. Pakan diberikan sehari sekali, pada pagi hari. Pemberian
pakan dilakukan bersamaan dengan pemberian air minum. Ada baiknya jika
air minum yang diberikan berupa air bersih yang telah matang (sudah
direbus hingga mendidih, lalu didinginkan).



viii. Menyeleksi Perkutut Anakan sapihan



Seleksi terhadap anak perkutut bisa
dilakukan saat anak perkutut mulai ditempatkan di sangkar penyapihan. Di
sangkar penyapihan, bentuk fisik anak perkutut hisa diamati dan
suaranya mulai bisa didengar. Seleksi dimaksudkan untuk mencari anak
perkutut yang berfisik normal dan bersuara bagus.


A.    Seleksi Kualitas Fisik


Sebenarnya yang dipentingkan dari seekor
perkutut adalah kualitas suaranya. Meskipun demikian, bentuk fisik yang
normal juga perlu diperhatikan. Adakalanya anak perkutut menyandang
cacat fisik secara bawaan. Cacat fisik bisa diketahui hanya dengan
pengamatan sekilas atau dengan cara yang lebih teliti.


Mata juling dan kaki pengkor merupakan
cacat bawaan yang dapat diketahui dengan cepat. Cacat fisik yang
membutuhkan pengamatan lebih cermat ialah tulang dada bengkok. Tulang
dada bengkok hanya dapat diketahui dengan jalan meraba dada perkutut.
Tulang dada yang normai rerasa lurus ketika diraba.


Anak burung yang menderita cacat seperti
itu sebaiknya disatukan dalam sangkar yang sama, Bagaimanapun pembeli
juga memperhatikan penampilan fisik. Burung yang cacat tak akan dibeli
kecuali suaranya istimewa.


Anak perkutut yang cacat juga perlu
didengar. suaranya. Siapa tahu dari beberapa anak perkutut yang cacat
fisik ada yang bersuara  istimewa.   Untuk  itu,  setelah  seleksi 
kualitas fisik  harus  diikuti dengan seleksi kualitas suara.


B.    Seleksi Kualitas Suara


Seleksi kualitas suara sulit dilakukan
ketika anak perkutut baru bisa mengeluarkan “suara air” (suara anak).
Suara air sulit untuk patokan perkiraan suara setelah dewasa. Oleh
karenanya, jangan menyeleksi anak perkutut yang masih dalam tahap ini.


Lama-kelamaan suara air menjadi semakin
jelas seiring dengan bertambahnya umur perkutut. Pada umur tiga bulan,
suara anak perkutut sudah semakin jelas dan mulai stabil (tidak
berubah-ubah). Suara anak perkutut dikatakan stabil jika selama paling
tidak lima kali, suara yang dikeluarkan tidak berubah-ubah. Dengan
demikian, suara yang dimilikinya akan tetap sama hingga dewasa. Pada
umur inilah seleksi kualitas suara bisa dengan mudah dilakukan.


Seleksi kualitas suara menuntut peternak
mengetahui kriteria suara yang bagus. Oleh karena itu, tidak ada
jeleknya jika peternak sering datang ke konkurs perkutut. Pada konkurs
perkutut, peternak bisa mendengar dan mengetahui secara langsung suara
perkutut yang berkualitas. Selanjutnya, suara dalam konkurs bisa
dibandingkan dengan suara perkutut hasil ternakannya. (Habis)


Tips dan info lain:



1. Jika burung perkutut jantan untuk
penangkaran tidak juga manggung gacor merayu betina meski secara umum
terlihat sehat atau burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah
berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya
tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa
memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina
benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja
kita menggunakan Bird Mature (klik saja).


Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah
terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung
penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.


2. Jika burung-burung anakan dari
penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek,
karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa
indukannya mengonsumsi Bird Mineral (klik saja).


Bird Mineral tidak hanya bagus untuk
anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat,
mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak
terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas
paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung
menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak
terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak
kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa
segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi;
kematian embrio rendah.


3. Jika Anda masih bingung juga bagaimana cara menangkar burung yang baik, bergabung saja dengan Om Kicau Hotline yang memberi layanan premium konsultasi perawatan dan penangkaran burung. Bagaimana?









GUNAKAN SEARCH ENGINE INI UNTUK MENEMUKAN ARTIKEL ANDA :



Loading



Logitech Keyboards

Tidak ada komentar:

Posting Komentar